Keesokan harinya, Luna kembali datang ke kediaman Bara. Pagi-pagi sekali gadis itu sudah berada di rumah Bara, masuk dengan seenaknya.
Rosa melihat keberadaan Luna. Gadis itu tengah mengelap meja yang ada di ruang tengah. Saat melihat keberadaan Luna, Rosa pun menghampiri wanita yang selalu berpenampilan nyentrik itu.
Luna memutar kedua bola matanya dengan malas, saat melihat Rosa yang sudah berdiri di hadapannya. "Minggir!" tukas gadis itu.
"Ada perlu apa datang kemari pagi-pagi sekali?" tanya Rosa yang masih mengutamakan sopan santunnya, meskipun tamu yang datang tak memiliki adab sama sekali.
"Suka-suka aku lah! Lagi pula aku tidak memiliki urusan denganmu!" tunjuk Luna.
"Sebaiknya kamu minggir!" ujar lanjut wanita itu sedikit mendorong tubuh Rosa.
Rosa mundur beberapa langkah akibat dorongan dari gadis tersebut. Namun, ia tak ingin kalah. Rosa kembali menghadang Luna dengan merentangkan tangannya lebar-lebar.
"Suka-suka mu? Kamu pikir sopan mengunjungi suami orang sepagi ini. Lagi pula, berhenti mengganggu Bara, karena dia sudah mempunyai istri!" balas Rosa dengan melontarkan kalimat tersebut.
"Istri? Siapa? Kamu?" Luna menutup mulutnya tertawa. Gadis itu memindai penampilan Rosa dari atas sampai ke bawah.
"Siapapun yang melihatmu, tentunya akan berpikir bahwa kamu bukanlah istri Bara melainkan seorang pembantu," cecar Luna sembari bersedekap.
Rosa melihat dirinya sendiri, memang benar, penampilannya seperti pembantu. Akan tetapi, bagaimana pun juga Rosa tetap istri sahnya Bara Dirgantara.
"Aku tidak peduli, bagaimana kamu menilai penampilanku. Tapi, satu hal yang tak bisa kamu rubah hanya dari satu kali pandangan saja, kenyataan bahwa aku adalah istri sah nya Bara, sementara kamu, hanya bagian dari masa lalu Bara yang belum bisa menerima kenyataan itu!" balas Rosa.
Ia ingin membukakan mata gadis yang ada di hadapannya dengan lebar, agar dia tahu, bahwa posisinya hanyalah sebagai masa lalu, bukan masa depan.
PLAK ...
Satu tamparan mendarat di pipi Rosa. Luna benar-benar marah mendengar Rosa berucap demikian. Memang benar, kenyataan bahwa Rosa tetaplah istri dari Bara, akan tetapi itu semua karena Rosa yang mengambil Bara darinya.
"Kamu ... jika bukan kamu yang menggoda Bara lebih dulu, jika tidak ada kamu, mungkin aku lah yang dinikahi oleh Bara, bukan kamu. Kamu hanyalah wanita kampung yang dinikahi hanya karena rasa iba Bara terhadapmu, puas?!" tukas Luna dengan sorot mata yang tajam. Sesekali ia menunjuk bahu Rosa dan sedikit mendorongnya karena merasa kesal terhadap ucapan Rosa sebelumnya.
Mendengar Luna berucap bahwa Bara menikahinya hanya karena rasa iba, membuat Rosa juga terbawa emosi. Rosa hendak membalas tamparan yang masih terasa panas di pipinya.
Namun, tangan Rosa hanya mengudara, ia melihat ke arah Bara yang saat itu juga menangkap tangannya yang hendak menampar Luna.
"Apa yang kamu lakukan?!" Bara menggeram, ia menghempaskan tangan istrinya.
"Dia yang lebih dulu menamparku. Aku hanya menegurnya untuk menjaga sikap dan tidak masuk sesuka hatinya," jelas Rosa.
"Sayang, dia yang lebih dulu menyakitiku, dia berucap pedas padaku. Aku tidak terima, aku hanya ingin memberitahukan padanya jika apa yang dikatakannya tidak benar. Dia hendak menamparku, aku tidak pernah menamparnya sekalipun, sungguh!" ujar Luna yang langsung bersembunyi di belakang Bara.
Bara menatap ke arah istrinya dengan mengeraskan rahang. "Berhenti untuk ikut campur urusanku!" Bara memperingati Rosa dengan ekspresi dinginnya.
"T-tapi ... tetap saja, aku adalah istrimu, Mas. Tidak sewajarnya wanita itu selalu menempel padamu, karena kamu sudah beristri," ujar Rosa.
Mas? Lagi-lagi panggilan itu dilontarkan oleh Rosa. Bara membencinya, ia benci terbuai dengan panggilan yang disematkan oleh Rosa padanya. Ia juga tidak ingin wanita yang menjadi istrinya itu besar kepala karena peristiwa semalam.
Bara mencari cara, bagaimana untuk menyakiti hati istrinya. Apalagi melihat liontin itu, membuat kebencian di hati Bara sulit untuk dimusnahkan.
Tanpa ragu-ragu, Bara meraih tengkuk Luna. Pria itu nekat mencium Luna di depan Rosa yang notabene-nya adalah istrinya sendiri.
Luna terkejut, matanya membola saat mendapatkan serangan dari Bara. Sementara Rosa, kakinya terasa lemas melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Sungguh! Bara benar-benar menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Selama ini, Rosa mempertahankan Bara karena gadis itu yakin, suatu saat nanti Bara akan sadar dengan kelakuannya dan kembali kepada Rosa. Namun, setelah menyaksikan semua ini, harapan Rosa seolah menguap tak tersisa.
Rosa menitikkan air matanya saat itu juga. Sementara Bara, ia masih menempelkan bibirnya pada bibir Luna, sengaja melakukan hal itu untuk menyakiti sang istri yang sangat ia benci.
Rosa tak percaya Bara akan menyakitinya dengan cara seperti ini. Rosa dapat menerima cercaan dari Bara, ia bisa menerima siksaan fisik dari pria yang menyandang status sebagai suaminya itu. Namun, untuk yang satu ini, Rosa merasa ia sudah tak sanggup lagi. Gadis itu memilih pergi bersama dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Sungguh! Bara benar-benar seorang b*jingan yang mampu menghancurkan hatinya menjadi serpihan.
Bara sadar kepergian Rosa. Pria itu pun melepaskan ciumannya. Akan tetapi, Luna kembali meraih tengkuk pria tersebut, ******* bibir Bara dengan sangat rakus. Gadis itu menyangka, jika Bara melakukan hal ini karena membelanya, Bara mencintai dirinya.
Sesaat kemudian, Bara langsung mendorong Luna. Sorot mata Bara memancarkan sebuah kebencian pada gadis tersebut.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini," usir Bara dengan nada dingin. Pria itu hanya menggunakan Luna sebagai alat untuk membuat istrinya sakit hati. Tak ada cinta di hati Bara untuk wanita yang berpenampilan nyentrik itu. Bara memilih pergi meninggalkan Luna.
Di waktu yang bersamaan, Rosa terisak di dalam kamarnya. Ia duduk di sudut sembari memeluk lututnya. Dadanya terasa sesak, hatinya seakan remuk tak lagi berbentuk. Bara telah mematahkan semangatnya, Bara telah mematahkan harapannya.
"Kenapa harus aku? Kenapa seakan cobaan bertubi-tubi diberikan kepadaku Tuhan? Salah apa aku? Tidak bisakah aku menikmati kebahagiaan itu barang sedikit saja?" racau Rosa meratapi nasibnya yang tak sebaik orang lain. Ia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, dipungut dan disiksa oleh ibu tirinya.
Rosa mengira, siksaan itu akan berhenti sampai di situ saja ketika ia sudah menikah nanti. Faktanya, derita baru pun kembali menghampirinya. Suaminya yang tiba-tiba membencinya dan bersikap kejam padanya tanpa tahu apa kesalahan dari gadis itu.
Suara isak tangis Rosa terdengar begitu pilu. Seakan meneriakkan sebuah kepedihan yang selama ini ia rasakan. Rosaline, gadis malang yang hanya menjadi korban atas dendam Bara yang bermula dari perselingkuhan ayahnya.
Bara tak tahu, ia telah terjebak dalam hasrat yang salah. Hasrat untuk membenci Rosa, gadis malang yang tak bersalah.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
lovely
dasar cewek bodoh s Rosa 🥵
2022-12-29
0
Ani Ponianingsih
kenapa km gak pergi sj rosa,sdh cukup km mencintai bara,
2022-12-01
2