Bab 12. Tak Mendapatkan Jawaban

Malam harinya, Bara baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Pria tersebut keluar dengan menggunakan bathrobe berwarna abu-abu, bercermin di depan kaca berukuran besar yang ada di kamar mandinya itu. Ia mengusap cermin tersebut dengan tangannya yang basah, memandang wajahnya yang dingin dengan seksama.

"Jangan goyah, tetap pada keputusan awal," ucap Bara menekankan pada dirinya untuk tidak terpengaruh apapun.

Tujuan utamanya adalah balas dendam, dan pria itu harus sebisa mungkin mewujudkannya. Ini semua demi membalaskan dendamnya, dendam ibunya, serta luka lama yang ia dapat semasa kecil dahulu.

Di waktu yang bersamaan, Rosa tengah memasak sesuatu di dapur. Gadis itu menyuruh agar koki atau pun pelayan bagian pendapuran tidak usah menolongnya, karena ia akan mempersiapkan semuanya sendirian.

"Tapi Nyonya, tangan Nyonya masih terluka," ucap salah satu koki yang ada di sana.

"Tidak apa-apa, lukaku sudah membaik. Aku akan menyiapkan makanan untuk suamiku. Kalian beristirahat lah," ujar Rosa.

Pelayan dan juga koki pun langsung menundukkan kepalanya, pamit undur diri. Mereka mengikuti perintah dari Rosa. Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, Rosa tetaplah nyonya di rumah itu. Tidak mungkin bagi mereka membantah ucapan Rosa.

Rosa mulai memasak, entah mengapa terbit segaris senyum di bibirnya saat ia memasakkan semuanya untuk Bara. Rosa selalu bersikap tulus kepada Bara dan semoga saja, untuk kali ini, Bara tidak akan menolaknya lagi.

Sesekali Rosa meringis, saat merasakan perih dibagian telapak tangannya. Serta luka bakar karena tumpahan kopi panas di punggung tangan gadis itu.

Hidangan pun satu persatu dibawa oleh Rosa menuju ke meja makan. Gadis itu menata makanan yang ada di atas meja sedemikian rupa agar terlihat menarik dan dapat dinikmati oleh sang suami.

Terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Rosa sudah menebak, siapa yang datang dan melangkah menuju ke meja makan.

Gadis itu berbalik, menunjukkan senyum terbaik di wajah cantiknya. Bara sedikit mengernyitkan keningnya melihat Rosa. Kenapa gadis itu terlihat ceria? Bukankah tadi pagi Rosa menangis sesegukkan saat ia mengeceknya melalui cctv?

Bara pun beranggapan. Bahwa air mata Rosa hanyalah sekedar air mata buaya saja. Gadis itu seakan tengah bersandiwara dan membuat Bara merasa iba padanya.

Bara mengalihkan pandangannya pada makanan yang tersaji di atas meja makan. Semua hidangan yang ada di sana tampak sangat lezat.

"Aku yang memasaknya untukmu, nikmatilah!" celetuk Rosa.

Mendengar ucapan Rosa barusan, membuat Bara langsung kehilangan selera makannya. Pria itu pun langsung memanggil pelayan bagian dapur.

"Bibi, ..." Belum ada suara sahutan dari pelayanan tersebut. Hingga Bara pun kembali memanggil pelayannya itu dengan suara yang cukup lantang.

"Bibi!!" seru Bara.

Semua orang yang bertugas di dapur segera menghampiri sembari lari terbirit-birit. Lima orang langsung datang menghadap Bara. Tiga orang koki dan dua orang pelayan biasa yang bertugas di dapur.

"A-ada apa, Tuan?" tanya salah satu dari mereka dengan suara yang terbata-bata. Ia tak bisa menyembunyikan rasa paniknya saat Bara memanggilnya dengan sangat lantang.

"Kalian aku pekerjakan untuk melayaniku di dapur. Memasakkan untukku, kenapa wanita ini yang memasak?" tanya Bara.

"Mereka tidak salah. Aku yang menyuruhnya untuk beristirahat," ucap Rosa menimpali.

"Tutup mulutmu! Aku tidak bertanya padamu!" tukas Bara dengan tatapan tajam.

"Ma-maafkan kami, Tuan. Kami akan memasakkan Tuan," ujar salah satu koki tersebut yang merasa ketakutan.

"Lain kali, tidak usah menyuruh wanita ini untuk memasak. Aku tidak butuh masakannya!" cecar Bara yang langsung melemparkan satu persatu piring yang ada di atas meja tersebut hingga semuanya pecah.

"Siapa tahu, dia menaruh racun di dalamnya agar membuatku sekarat. Wanita ini terlalu licik!" tukas Bara.

Lagi dan lagi, hati Rosa bak diperas. Sungguh ucapan Bara menghujam dadanya berkali-kali. Mengapa suaminya selalu saja memperlakukan dirinya seperti ini, seakan Rosa ingin membunuhnya saat itu juga. Padahal, tak sedikit pun terbesit di benak Rosa untuk memperlakukan Bara seperti itu.

Rosa menatap makanan yang berhamburan dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu memungut salah satu makanan yang ada di lantai, lalu kemudian memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya tanpa rasa jijik sedikit pun.

Rosa mengunyah makanan tersebut dan menelannya dengan mata yang berkaca-kaca menatap Bara. Sementara Bara terlihat acuh, seakan tidak mempedulikan apa yang dilakukan oleh wanita yang ada di hadapannya.

"Lihatlah! Aku masih baik-baik saja. Bukankah ini sudah membuktikan bahwa aku tidak menaruh racun seperti yang kamu perkiraan," ujar Rosa menatap Bara dengan seksama, sementara yang ditatap hanya membuang muka.

"Aku ingin bertanya padamu satu hal, kenapa kamu membenciku seperti ini? Kamu selalu saja menganggap seolah aku adalah wanita yang hina. Apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Apa yang membuatmu sampai sebenci ini padaku?" tanya Rosa.

Bara memberikan kode dengan menggunakan tangannya, menyuruh para pelayan serta koki yang ada di sana untuk segera pergi. Ke lima orang tersebut langsung menuruti ucapan Tuannya, pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Kenapa kamu tidak menjawab ucapanku? Aku selalu saja bertanya tapi tak pernah mendapatkan jawaban apapun darimu," ujar Rosa.

"Kamu ingin tahu alasannya? Karena kamu patut dibenci. Wanita sepertimu tak layak mendapatkan sebuah kebahagiaan!" cecar Bara.

Bak serasa tersambar petir di siang hari, mendengar penuturan Bara membuat hati Rosa hancur menjadi serpihan kecil. Dirinya tak layak mendapatkan sebuah kebahagiaan, lantas mengapa Bara menikahinya.

"Jika kamu memang membenciku, kenapa kamu harus menikahi ...." Belum tuntas Rosa mengucapkan kalimatnya, Bara langsung memotong ucapan gadis itu.

"Menikah denganmu, adalah kesialan yang harus aku jalankan. Kamu paham?!"

Rosa hanya bisa tersenyum perih. Ia tak kuasa menahan air matanya, membiarkan bulir bening itu mengalir, membasahi pipinya.

"Jika memang seperti itu, baiklah akan aku terima. Asal kamu tahu, aku akan tetap memberikan seluruh cintaku untukmu, aku akan tetap tulus mencintaimu meskipun kamu memperlakukan ku seperti ini. Aku akan memberikan cintaku lebih besar dari pada kebencian yang kamu miliki, dengan begitu, kamu bisa mencintaiku. Kamu akan merasakan rasa sakitnya juga disaat kamu membenciku!"

Mendengar ucapan dari istrinya, membuat Bara pun gelap mata. Pria itu memberikan tamparan pada istrinya, akan tetapi tangannya hanya mengudara. Entah mengapa, rasanya sulit sekali bagi Bara mendaratkan kelima jari tersebut di pipi mulus Rosa.

Bara mengepalkan tangannya dengan erat, lalu sesaat kemudian memilih pergi dari tempat itu. Sementara Rosa, hanya bisa memandangi punggung Bara yang semakin lama semakin menjauh. Air matanya kembali jatuh. Rosa seolah tak mendapatkan jawaban apapun dari Bara. Alasan awal pria itu membencinya, alasan pria itu menganggapnya seperti wanita yang hina.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

dasar cewekjj bodoh Rosa bikin harga diri wanita rendah di benci di hina terap cinta realnya non sennnn 😜🥵

2022-12-28

0

Ratri Pambayun

Ratri Pambayun

kau tahu Bara, itu bukan air mata buaya. karena terkadang, org yg ceria adalah org yg terluka hanya saja dia begitu pandai dalam menyembunyikan luka

2022-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!