Bab 4. Kau Tetap Wanitaku

Rosa tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya. Dengan mulut sedikit menganga menatap Bara yang saat itu tengah bersimpuh di hadapannya dengan memperlihatkan sebuah cincin yang sangat cantik dari dalam kotak beludru berwarna merah itu.

"Pak, jujur saya menyukai Pak Bara sedari awal bertemu. Namun, apakah Pak Bara tidak keberatan dengan status sosial saya yang hanyalah seorang karyawan biasa?" ucap Rosa mengatakan apa yang dirasakannya saat ini.

"Aku tidak perlu apapun darimu. Cukup hanya kamu mencintaiku saja," ujar Bara yang mencoba membujuk Rosa. Tujuan utamanya memang mendapatkan cinta dari gadis tersebut. Dan setelah itu, ia akan membuat hidup Rosa bak di dalam neraka.

Mata Rosa berkaca-kaca. Ia terharu akan ucapan pria yang ada di hadapannya. Rosa berpikir jika ia sedang dalam sebuah dongeng dan dirinyalah yang menjadi pemeran utama dalam cerita tersebut. Melihat Bara adalah sosok pria yang tampan dan juga memiliki status sosial yang tinggi.

Jauh dari semua itu, Bara hanya menyiapkan sebuah perangkap. Ucapan manis yang dilontarkan oleh Bara hanya ia pergunakan untuk menjebak Rosa saja. Membuat gadis itu terbuai, lalu kemudian menceburkannya ke dalam lumpur yang kotor.

Rosa perlahan menganggukkan kepalanya. Pertanda bahwa ia menerima lamaran dari Bara. Tanpa babibu, pria itu langsung menyematkan cincin di jari manis Rosa, lalu kemudian mengecup punggung tangan Rosa seakan bahwa dirinya adalah pria yang sangat romantis.

Bara beranjak dari posisinya. Rosa pun langsung menghambur ke pelukan pria tersebut. Namun, tanpa Rosa ketahui, saat itu Bara tidak membalas pelukannya sama sekali. Bahkan ia sempat mengembangkan senyum liciknya tanpa sepengetahuan Rosa.

"Kamu telah jatuh ke dalam perangkapku. Setelah ini, nikmatilah hidupmu bagai di neraka. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan ibuku," batin Bara.

....

Kabar tentang pernikahan Bara dan Rosa pun kian mencuat. Semua orang di kantor ramai memperbincangkan pernikahan Bara dan Rosa yang akan digelar dalam waktu dekat.

Ada banyak persepsi dari orang lain, mengatakan bahwa Rosa hamil duluan, karena gadis itu yang selalu saja menempel dan mencari muka di depan atasannya.

Rosa yang mendengar desas-desus orang yang memperbincangkan tentang keburukannya, memilih untuk menebalkan telinga. Bagi gadis itu, tak penting mendengarkan cemoohan orang lain, cukup dengarkan kata hati saja, seperti yang pernah diucapkan Bara kepadanya.

Pernikahan yang akan diadakan memang terbilang cepat, karena permintaan Bara yang tak ingin menundanya lebih lama lagi. Membuat alasan jika pria tersebut takut nantinya khilaf karena terlalu lama menunda. Padahal, semua itu hanyalah sebuah alasan Bara saja. Cepat diadakan pernikahan, maka cepat pula proses balas dendam yang akan ia jalankan.

Rosa baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dan sekarang, waktunya gadis itu untuk pulang. Ia bersiap-siap, merapikan dokumen yang berserakan di atas meja, menumpuknya jadi satu kesatuan. Gadis itu pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar.

Saat dirinya baru saja melewati pintu utama gedung tersebut, ia merogoh ponselnya, mengecek sebuah notifikasi pesan singkat yang baru saja berbunyi.

Ibu dan Gea akan pergi keluar kota dalam waktu yang lama, dikarenakan ada urusan mendesak. Mungkin ibu tidak bisa hadir di pesta pernikahanmu. Semoga berbahagia dengan hidupmu yang baru.

Rosa membaca serentetan pesan yang dikirimkan oleh ibunya. Gadis itu menghela napas dengan dalam saat mengetahui ibu dan kakaknya hendak keluar kota, sementara waktu pernikahannya hanya tinggal satu minggu lagi.

Di waktu yang bersamaan, Tina dan Gea tengah menaiki sebuah bis yang mengantarkannya jauh dari tempat tinggalnya itu. Tina menyunggingkan senyum liciknya setelah mengirimkan pesan singkat kepada Rosa.

"Tidak masalah jika nantinya, gadis bodoh itu menebus dosa-dosaku. Setidaknya anggaplah itu sebagai tanda terima kasihnya padaku karena telah membesarkan sampai sekarang," batin Tina.

"Bu, kenapa kita harus pergi dari rumah?" tanya Gea yang merasa penasaran.

"Untuk menjauhi sebuah kesialan yang akan terjadi. Ibu tidak ingin kita juga terkena imbasnya. Biarkan wanita bodoh itu saja yang menanggungnya," ucap Tina menimpali pertanyaan putrinya.

"Sedari waktu itu, aku tidak mengerti tentang kesialan apa yang dimaksud oleh ibu. Bukankah Rosa akan menikah dengan pria yang tampan dan juga kaya? Aku bahkan merasa iri dengannya!" tukas Gea memberengut dengan memajukan bibirnya satu centi.

Melihat putrinya yang memberengut seperti itu, membuat Tina menjadi geram dan menjewer telinga kiri anaknya.

"Awww! Sakit Bu," ujar Gea sembari memegangi telinganya.

"Apakah kamu juga bodoh? Tergiur hanya dengan wajah tampan dan juga kekayaan yang pria itu miliki? Cerita Cinderella hanya ada di negeri dongeng, tidak ada di dunia nyata!" tukas Tina yang benar-benar geram dengan ucapan anaknya yang sempat berkata iri.

Gea hanya bisa diam. Gadis tersebut mendengkus kesal seraya mengusap kupingnya yang masib terasa panas akibat jeweran ibunya tadi.

.....

Malam ini, Bara pergi ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Pria tersebut berjalan menuju ruangan tempat Diana berada.

Bara melihat ibunya yang saat itu tengah tertidur pulas. Pria itu pun membenarkan selimut yang dipakai oleh ibunya, memberikan tatapan lembut dan penuh kehangatan pada wanita yang telah melahirkannya.

"Ma, sebentar lagi aku akan menikah, dengan wanita yang seharusnya paling ku benci di dunia ini. Aku, akan membalaskan semua rasa sakit yang pernah mama alami," gumam Bara.

Diana masih terlelap dalam tidurnya. Ia tampak nyaman dan tak ingin diganggu. Bara hanya bisa memandangi wajah teduh ibunya saat tertidur, karena jika terbangun, kemungkinan besar wanita tersebut akan mengamuk ataupun mencoba kembali bunuh diri.

Setelah cukup lama menunggui ibunya, Bara pun memutuskan untuk pulang. Pria tersebut melangkah pergi dari tempat itu.

Baru saja Bara masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat layar benda pipihnya yang menyala, memperlihatkan nama sang kekasih yang tertera di layar tersebut.

Bara memilih mengacuhkan panggilan itu. Membiarkan ponselnya tetap berdering, akan tetapi Luna meneleponnya lagi dan lagi, membuat Bara menepikan mobil yang ia kendarai, lalu kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Apakah berita yang ku dengar itu benar? Berita tentang kamu akan menikahi salah satu pegawaimu itu?" tanya Luna dari seberang telepon.

Bara tak menjawab ucapan gadis itu, ia memilih untuk mendiamkannya saja.

"Jawab aku, Bara!" geram Luna.

"Iya." Bara menimpali ucapan kekasihnya itu dengan singkat, akan tetapi membuat Luna hancur seketika.

"Lalu ... bagaimana denganku, Bara! Kenapa kamu tega memperlakukan ini kepadaku!" Luna menangis tersedu. Ia tak rela kekasihnya akan menikahi wanita lain.

"Kamu tetaplah menjadi kekasihku," timpal Bara.

"Apa? Kamu tidak waras, Bara!" cecar Luna.

"Meskipun sudah menikah, tidak akan merubah apapun diantara kita. Kamu ... tetap menjadi wanitaku," ujar Bara.

Luna memutuskan panggilan secara sepihak. Sementara Bara menatap ke depan sembari menggertakkan giginya.

"Luna, adalah salah satu alat untuk menyalurkan balas dendamku pada gadis itu," gumam Bara.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!