#5

...Episode 5...

"Pagi banget Tas, kirain mau nanti malem," ucap Kevin.

"Tadinya mau nanti malem, tapi aku pikir-pikir kalau malem waktunya singkat banget," jawab Tasya, melontarkan senyumnya ke Kevin.

"Yasudah aku mandi dulu, tunggu sebentar disini, oke?" Kevin berdiri.

"Oke!"

Kevin pergi mandi dan Tasya menunggu di ruang tamu sendirian. Ayah dan ibu Kevin masih sibuk membicarakan mereka berdua.

"Yah temennya Kevin itu pacarnya apa ya? Ibunya tertawa-tawa kegirangan.

Ayah Kevin tersenyum dan berkata, "Masa iya sih Bu, Kevin udah berani pacaran?"

"Ayah ini gimana sih... malah enggak percaya gitu. Ucapan itu doa Yah, jawab iya aja kenapa!" Mata Ibu Kevin Melotot.

Tak berani melihat matanya, sambil menunduk ayah Kevin berkata, "Iya... kayanya pacarnya itu Bu."

"Nah... gitu, coba yok Yah kita intip," ucap ibu Kevin.

Dengan santai ayah Kevin hanya menjawab, "Jangan Bu, enggak sopan. Biar aja mereka berdua."

"Yasudah kalau Ayah enggak mau, Ibu aja yang ngintip!"

Ayah Kevin hanya geleng-geleng kepala. Ibunya langsung pergi, jalannya pelan sekali sampai-sampai tidak terdengar suara kaki. Mulai mengintip di pojokan tembok dekat ruang tamu.

"Ngapain Bu?" Terdengar suara Kevin dari arah belakang Ibunya.

Ibu Kevin kaget, reflek latah, mengatakan "Kucing kucing eh... celurut."

Kevin tertawa terbahak-bahak. "Dasar Ibu ini," ucap Kevin.

Ibunya malu dan berkata, "Mengagetkan ibu aja! Ibu cuma nggak sengaja lewat dan lihat ke ruang tamu kok hehe." Ibu Kevin berbicara sambil berjalan ke arah belakang rumah.

Kevin kemudian jalan menuju kamarnya sambil geleng-geleng kepala. Setelah siap, Kevin dan Tasya berpamitan dengan orang tua Kevin.

"Bu, Yah, aku keluar sebentar yah?" ucap Kevin.

"Iya Om, Tante, saya pinjem Kevin sebentar ya... hehe." Tasya berkata sembari senyum-senyum.

"Mau kemana?" tanya ayah Kevin.

"ih... Ayah banyak tanya, biar aja namanya anak muda!" saut ibunya.

Ayah Kevin hanya diam tak berkutik, sepertinya ayah Kevin ini suami takut istri hehe.

"Pinjem yang lama juga enggak papa," lanjut ucap ibunya.

"Assalamu'alaikum." Kevin hanya mengucapkan salam dan mengajak Tasya berangkat. Sebelum Tasya pergi, melontarkan senyum kepada orang tua Kevin.

Melihat Tasya dan Kevin sudah pergi. Ibu Kevin lompat-lompat kegirangan. Merasa bahagia. Bernyanyi nyanyi tidak jelas. Di akhir kegirangannya, Ibu Kevin teriak, "Anak kita normal...!"

Ayah Kevin yang melihat tingkah ibunya hanya tertawa-tawa. Tertawa bukan karena bahagia melihat Kevin pergi dengan Tasya tapi, lucu melihat tingkah ibunya.

"Sudah Bu, sana masak sapa tau nanti temennya Kevin itu mau di ajak makan disini loh," ucap Ayah Kevin.

"Oh iya juga, sapa tau aja dia jadi mantuku besok haha." Tertawa keras sekali.

Ayah Kevin pergi ke belakang rumah dan melanjutkan aktifitasnya, sedangkan ibunya pergi masak dengan semangat dan bernyanyi-nyanyi.

Hari ini adalah hari dimana ibu Kevin sangat bahagia. Sebelum hari ini, ibu Kevin sering melamun dan sedih melihat Kevin yang sedikit berbeda dengan anak-anak lainnya.

Masih teringat jelas oleh ibunya, kejadian dimana Kevin di ganggu dan di olok-olok oleh temen sekolah. Kejadian itu terjadi saat Kevin duduk di bangku SMP.

Waktu itu...

Ibu Kevin sebelum bekerja sebagai asisten rumah tangga, ia berjualan. Berjualan di depan Sekolah Menengah Pertama (SMP). SMP itu adalah tempat dimana anak tersayangnya sekolah. Siapa lagi kalau bukan Kevin.

Setiap hari ibunya jualan sosis bakar. Sudah lama ia berjualan, bahkan sebelum Kevin duduk di bangku SMP. Dua tahun lebih, tepatnya ketika Kevin sudah kelas 9, tidak pernah terdengar oleh ibunya masalah yg menyangkut anak semata wayangnya itu.

Tidak berkelahi, tidak pernah melihat anaknya menangis. Ibunya hanya tau, setiap pulang sekolah anaknya selalu tersenyum dan ceria. Walau, memang anaknya sedikit berbeda dengan teman-temannya.

Selain terlihat ceria saat pulang sekolah, ibunya selalu mendengar dari guru-gurunya bahwa, Kevin anak yang cerdas dan pandai. Setiap Ujian selalu mendapat nilai 100, dan ketika kenaikan kelas selalu mendapat ranking 1.

Ibunya dibuat bahagia atas prestasi Kevin tersebut. Tetapi... kebahagian itu tiba-tiba menjadi kesedihan dan menyakitkan hati, saat melihat Kevin sedang berjalan yang akan pulang dan menghampiri ibunya di depan.

"Culun... culun... cacing... cacing...." Suara itu terdengar dari mulut , teman-teman Kevin yang ramai berjalan di belakangnya.

Kevin tidak melawan. Bukan karena tidak mau melawan tetapi, memang tidak bisa melawan. Saat Kevin tak terima dan melawan suara olokan olokan itu semakin keras. Itu yang membuat Kevin lebih memilih diam.

Tak hanya sedang berjalan mereka melakukan pembullyan, tapi saat di dalam kelas juga. terkadang telinga Kevin dimainkan oleh teman-temannya.

Perlakuan teman-temannya sudah sangat berlebihan. Kevin sudah tidak menangis karena sudah terlalu sering ia menangis di dalam kelas. Baginya menangis adalah hal yang membuat teman-temannya puas dan akan melakukan perbuatan yang lebih parah lagi.

Gurunya tidak pernah dapat laporan atau melihat Kevin di bully. Temannya yang baik dan kasian melihat Kevin di bully merasa takut ketika ingin melapor ke guru. Mereka selalu di ancam saat akan melapor.

Di hari itu, teman-temannya yang suka bully sudah sangat berani dan keterlaluan. Melakukan hal yang tak pantas dilakukan di depan umum. Mungkin, hari itu adalah hari terakhir mereka duduk di bangku SMP.

Setelah pengumuman kelulusan mereka beranggapan, sekolah tidak akan menghukum mereka. Ibu Kevin yang melihat kejadian itu langsung berlari dan membela anaknya.

"DIAM!!! APA TIDAK PERNAH DI AJARI SOPAN SANTUN KALIAN? PERGI!" Bentak ibu Kevin dan memeluk anak tersayangnya.

Tak lama salah satu guru datang dan mengatakan, "BUBAR!"

Kompaknya mereka bersorak "Hu...."

Ibu Kevin menggandeng anaknya pergi ke depan sekolah. Berjalan, tak bisa membendung air matanya, tetes demi tetes air matanya berjatuhan. Sakitnya perasaan seorang ibu, ketika melihat anaknya dilecehkan.

"Kevin enggak papa kan?" tanya ibunya sambil memegang pipi Kevin

"Enggak papa Bu, sudah bisa mereka seperti itu," jawab Kevin.

"Ya Allah Nak... maafin ibu, ibu enggak tau." Ibu Kevin memeluk erat Kevin, tangisnya pecah.

Kevin hanya terdiam dan tak tau harus bagai mana untuk menenangkan ibunya. "Kita pergi dari sekolah ini dan enggak usah kesini-sini lagi ya...." Sambil menggandeng tangan Kevin, ibunya berjalan pergi pulang. Dagangannya sudah di bereskan dan di tutup.

Kevin yang tak tega melihat ibunya berjalan terus menerus meneteskan air matanya, berkata, "Bu... udah jangan nangis lagi, aku enggak papa kok," ucap Kevin.

"Kenapa Kevin enggak ngomong dari dulu?" tanya ibu Kevin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!