Cinta Ini Tercipta Dari Kata "Seandainya"
...Episode 1...
Cerita ini di awali ketika seorang pria yang sedang membeli minuman di depan minimarket. Pria itu terlihat sangat aneh, gayanya sangat culun. Berjalan sambil membawa tas yang besar dan
menggunakan kaca mata. Lensanya sangat tebal, terlihat pria itu, seperti kutu buku.
Jalan dengan santai dan matanya tidak melirik kanan-kiri. Matanya fokus melihat ke depan. Dibalik penampilannya yang culun ternyata pria ini adalah orang yang sangat cerdas dalam ilmu informatika.
Wajar kacamatanya sangat tebal, karena sepanjang hari hanya duduk di depan layar monitor. Pria itu bernama Kevin. Kevin lahir
dilingkungan keluarga yang sederhana, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh mencetak batako dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Kevin anak tunggal, ya… tentu tidak memiliki saudara.
Meski hidupnya sederhana, keluarganya terlihat sangat bahagia. Hidupnya memang pas-pasan, tapi prinsip orang tuanya yang jangan pernah meminta-minta dan jangan berhutang.
Sejak SD, Kevin sangat senang dengan hal yang berkaitan dengan teknologi, ketertarikannya dengan teknologi berawal dari berita TV, yang
menayangkan sosok ahli teknologi.
Setelah melihat berita itu, Kevin berandai-andai menjadi penemu dan tokoh hebat di bidang teknologi. Ia berimajinasi bisa membuat sebuah robot yang mampu membantu manusia dalam beraktifitas.
Diwaktu itu ia duduk di bangku kelas 6 SD. Jika
dibandingkan dengan anak seusianya, pemikirannya jauh lebih maju dan cerdas. Ayahnya selalu mendukung setiap keinginan Kevin, yang ingin menjadi ahli di bidang teknologi.
Meski, tidak punya uang banyak, ayahnya selalu mengusahakan keperluan Kevin untuk belajar komputer. “Yah, kapan ya aku bisa punya komputer?” tanya Kevin untuk ayahnya.
“Sabar ya Nak, nanti ayah usahakan bisa beli komputer,” jawab ayahnya.
Setelah menunggu, harus bersabar dengan waktu yang lama, akhirnya Kevin dibelikan komputer bekas, kondisinya lumayan masih bagus, dan komputer menjadi saksi bisu perjuangan Kevin dalam meraih cita-citanya.
Hari ini Kevin genap berusia 26 tahun, cita-cita besarnya belum tercapai. Sembari meraih cita-citanya itu, Kevin meluangkan waktunya untuk membantu perekonomian keluarganya.
Tiba hari ini Kevin di panggil salah satu perusahaan ternama, perusahaan ini bergerak
di bidang teknologi, tepatnya pabrik mobil. Kevin menjalani tes untuk masuk bekerja di perusahaan itu.
Dengan skill dan kemampuannya, Kevin langsung diterima di perusahaan tersebut. Gaya yang culun dan sulit bergaul dengan teman-temannya, Kevin menjadi karyawan yang dikucilkan dan menjadi bahan gunjingan. Tetapi, tiba-tiba ada perempuan yang mendatanginya dan mengajak berkenalan.
“Hai namaku Tasya, Kamu karyawan baru kan. Salam kenal ya.” Berjabat tangan dengan Kevin
dan tersenyum.
“Iya saya karyawan baru, mohon kerja sama dan bantuannya,” jawab Kevin dengan kepala menunduk ke lantai.
Tasya yang merasa kasian melihat Kevin menjadi gunjingan, selalu menemani Kevin dalam bekerja. Kevin dan Tasya dalam pekerjaan, masuk kedalam 1 tim. Di tim itu berisi 5 orang, termasuk ketua tim yang bernama pak Tio.
Suatu ketika pak Tio memberikan tugas kepada Kevin untuk membuat desain eksterior mobil baru dan diberikan batas waktu 1 minggu untuk menyelesaikannya.
Kevin tak banyak protes, dan menyanggupi tugas
tersebut. Setelah memberikan tugas kepada Kevin, pak Tio pergi ke ruangannya. Disitu hanya ada Tasya dan rekan-rekan yang lainnya.
“Vin, yakin kamu sanggup membuat desain mobil baru hanya dengan waktu 1 minggu?” tanya Tasya.
“Tugas yang diberikan kepadaku itu, bukan PR sekolah, mau enggak mau, aku harus sanggup dan bekerja semaksimal mungkin...” jawab Kevin dengan polosnya.
“Tapi, itu kan tugas yang lumayan sulit dikerjakan dalam waktu hanya 1 minggu,” lanjut kata Tasya.
Kevin hanya tersenyum mendengar perkataan Tasya. Kemudian Tasya pergi ke tempat duduknya dan melanjutkan pekerjaan. Di ruangan itu ada 2 rekan Kevin lainnya yang bernama Aldo dan Mega. Aldo dan Mega kebetulan duduk berjauhan dengan Kevin, mereka mulai membicarakan tentang Kevin.
“Lihat Do, orang itu aneh nggak sih?” tanya Mega.
“Iya aneh banget, udah culun tapi sombong. Tugas yang diberikan itu kan sulit, mana bisa orang culun kaya dia bisa menyelesaikannya dengan cepat,” jawab Aldo.
“Kok bisa ya orang kaya gitu keterima di perusahaan ini haha.” Mega tertawa pelan-pelan takut kedengaran Kevin.
“Mungkin HRD nya ngantuk waktu ngetes haha.” Aldo ikut tertawa.
Mereka menggunjingkan Kevin hanya karena fisik dan penampilan. Tasya mendengar semua pembicaraan mereka berdua. Tak terima Kevin jadi bahan gunjingan mereka, Tasya berkata,
“Woi, bisa nggak, gak usah ngomongin temen 1 tim. Kerjain tuh, kerjaan kalian yang masih banyak dan berantakan!” bentak Tasya.
Sedikit berbicara tentang Tasya, wanita satu ini adalah wanita yang sangat tomboi. Galak dan mulutnya sedikit kasar, tapi hatinya baik. Dibalik sifatnya dan perlakuannya yang sedikit kasar, Tasya sangat menghargai orang lain yang baik
dengannya dan suka membantu teman yang kesulitan.
Setelah mendengar Tasya marah, Aldo dan Mega seketika diam dan melanjutkan pekerjaannya.
Tasya melihat ke arah Kevin yang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya. Tangannya sangat lincah memegang keyboard dan mouse. Tanpa coret-coretan dan hitungan di kertas, Kevin mampu mendesain dengan baik.
Lama bekerja… akhirnya jam istirahat datang. “Vin ayuk makan di kantin bareng!” ajak Tasya.
“Enggaklah aku bawa bontot,” jawab Kevin.
“Oh, yasudah kalau gitu, aku ke kantin ya…” kata Tasya. Sebelum meninggalkan Kevin, Tasya berkata, “Semangat!”
Sifat lugu dan pemalu membuat Kevin sulit bergaul dengan temannya. Bahkan di kantor
itu, Kevin hanya mengobrol dengan Tasya. Itu pun, tidak sering.
Setelah jam istirahat selesai, Kevin mulai melanjutkan pekerjaannya. Tak terasa karena terlalu fokus waktu begitu cepat berlalu, Kevin
yang sedang fokus tidak memperhatikan jam, ternyata sudah masuk jam pulang.
“Vin, kamu pulang dengan siapa?” tanya Tasya.
“Aku pulang naik ojek,” jawab Kevin.
“Bareng aku aja gimana?” ucap Tasya, mengajak Kevin pulang bareng.
“Enggak usah, nanti ngerepotin,” masih dengan tatapan ke lantai tak berani menatap mata Tasya.
“Enggak ngerepotin kok, sekalian aku pingin tau rumahmu dimana.” Tasya tersenyum.
Ditariknya tangan Kevin dan di ajak masuk kedalam mobil Tasya. Saat diperjalanan, Tasya
memberanikan diri menanyakan banyak hal tentang Kevin.
“Vin, kenapa kamu enggak marah saat ada temen
kantor yang ngata-ngatain kamu?”
“Untuk apa aku marah, semua yang mereka bicarakan sudah pernah aku dengar saat aku
duduk di bangku sekolah. Aku sudah terbiasa menjadi bahan olok-olokan teman.”
“Ngelawan kek Vin! Kamu kan laki-laki.” Tasya mulai geram mendengar jawaban Kevin yang begitu pasrah nya.
“Biarin aja, aku nggak suka berkelahi,” jawab Kevin.
“Yasudah kalau gitu.” Muka Tasya terlihat sedikit kesal.
Sesampainya di rumah Kevin, Tasya langsung pamit pulang. Kevin masuk kerumahnya, belum sempat mandi, Kevin langsung melanjutkan pekerjaannya sampai larut malam. Keesokan harinya, saat sampai di kantor tiba… tiba…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments