EPISODE 18

Bangunan yang akan dimasuki oleh tim B, adalah rumah makan tradisional berlantai dua. Tidak ada jendela besar didepannya, hanya ada beberapa kaca persegi warna-warni tembus pandang yang ditata sedemikian rupa. Rumah makan ini kelihatannya beroperasi tadi malam. Sebab pintu masuknya terbuka lebar seakan siap menelan siapa saja yang berada di depannya.

Tim B berjalan mengendap-endap, mendekat kearah pintu yang ternganga, dengan Zero yang memimpin di depan. Rena bersiap di belakang dengan senapan glock 17 yang juga diberi peredam sederhana.

Hanya tinggal selangkah lagi, Zero tiba tepat di depan pintu. Zero menghentikan langkahnya tiba-tiba sebelum kembali melangkah, ia berbalik menghadap Mike dengan wajah panik.

Mike mengernyit heran, "Ada apa bung?".

"Demi apapun, Mike! Sebaiknya kau saja yang duluan!", Ucap Zero, bergerak mundur. "Silahkan, Sobat!".

Mike hanya membalas Zero, dengan senyum penuh arti.

"Ku kira kau bisa sedikit berani. Ternyata tak lebih dari 'kucing rumahan'", Ejek Rena yang berjalan dibelakang Mike dengan tangan yang tetap mengacungkan pistol.

"Ya. Tapi sebaiknya kau sedikit berharap kepada 'kucing rumahan' ini!?", Balas Zero.

"Tidak mungkin!", Ketus Rena.

Mike telah berada tepat di mulut pintu. Ruangan yang ada di depan matanya, diterangi oleh lampu berwarna kuning dan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi. Tak ada seorang manusia atau zombie yang terlihat. Ruangan itu hanya diisi meja yang berisikan berbagai macam makanan dan minuman, juga kursi yang terlihat sedikit berantakan. Ada sebuah meja yang cukup panjang di samping pintu sebelah kiri, yang digunakan sebagai meja kasir . Mike bergerak masuk, diikuti oleh dua orang dibelakangnya. Mereka sedikit menurunkan senjata karena tak ada tanda-tanda pergerakan di ruangan yang mereka masuki. Rena berjalan mendekat ke arah dapur yang ruangannya terletak di depan sebelah kiri meja kasir. Beberapa peralatan dapur terlihat jatuh ke lantai, makanan setengah jadi juga berserakan bersama dengan alat masaknya.

Rena mengedarkan pandangan, menyusuri seisi ruangan. Ketika sudah yakin akan keamanan ruangan yang ada di depan, mulai melangkah masuk dengan moncong senjata yang diarahkan ke bawah. Dapur yang cukup luas, atau bisa dibilang cukup panjang. Ada sebuah tangga yang akan membawanya ke lantai selanjutnya, berjarak sekitar 2 meter di sebelah kanan pintu. Rena mulai memeriksa di sebelah kanan dapur. Pemandangan yang sama ia temukan, alat masak berserakan dan makanan bertumpahan. Sedikit aneh rasanya melihat banyaknya makanan setengah matang, tetapi api kompor tidak ada yang terlihat masih menyala, atau makanan yang masih tergeletak diatasnya sama sekali tidak hangus. Lemari bahan makanan tertutup rapat, nyaris tak bercelah. Seolah-olah semua manusia yang ada di sini sudah mengetahui akan seperti apa peristiwa yang akan terjadi malam tadi. Rena berganti ke sisi bagian kiri dapur. Tidak ada tanda-tanda pergerakan sama sekali, sehingga dia memutuskan untuk tidak meneliti lebih lanjut di bagian kiri.

Rena berniat meninggalkan dapur, namun seorang pria dengan pakaian ala juru masak menghentikannya. Satu tarikan di kaki membuat Rena tersentak, bahkan hampir terjungkal ke depan. Sungguh pria yang mengerikan, baju putih bersihnya kini bermandikan berbagai macam kuah dan minyak. Sesuatu sepertinya menghalanginya untuk bangun dari posisinya yang tengkurap, curahan minyak panas menjadi alasannya. Walau kaki pria itu terlihat terbungkus oleh kain putih, terlihat jelas jika kain itu mengkerut seperti karet yang terbakar, kerutannya terlihat dari mata kaki hingga ke lutut. Wajah pria itu menghadap ke bawah dan tubuhnya ditutupi oleh seragam juru masak dan sarung tangan, sangat sulit memastikan apakah dia seorang manusia yang sedang tersiksa, atau seorang zombie yang sangat malang. Rena bergerak membungkuk kearah pria itu, sebelum dirinya menarik pelatuk pistol glock 17 yang ada ditangannya. Suara geraman yang muncul membuat Rena mengurungkan niat, dan mengarahkan mongcong pistol dan menarik pelatuknya, dua peluru dimuntahkan dan tepat mengenai kepala. Cengkraman tangan pria itu mengendor, Rena menggunakan kakinya untuk membalik tubuh langsing itu. 'seorang manusia!', Rena sungguh tak menyangka dia salah sasaran. Pria itu bukanlah seorang zombie yang malang, tapi seorang manusia yang tersiksa.

Rena berjalan mundur kebelakang dengan tubuh bergetar, pistol yang dipegangnya jatuh terpelanting ke bawah. Tubuhnya bersandar lemah ke dinding yang dilapisi cat putih. Matanya berair, ia menangis tanpa disengaja. "Apa yang kulakukan?!", ucapnya kepada dirinya sendiri.

Suara geraman itu datang kembali. Jaraknya terdengar jauh, namun bergerak mendekat dengan cepat. Rena yang masih terpaku dengan mayat pria yang baru saja dibunuhnya itu, tak menyadari kedatangan sesosok zombie wanita berpakaian sama dengan pria itu. Sebuah loncatan sempurna dari wanita zombie yang berusaha menangkap Rena, seperti kucing yang memburu tikus. Hanya tinggal setengah meter lagi, zombie itu mendekap tubuh Rena. Zero yang kebetulan melintas ke depan pintu dapur, bergegas masuk ke dalam dan menancapkan pisau miliknya ke perut zombie itu. Rena tersentak kaget oleh jatuhnya sesosok tubuh wanita yang kini tergeletak di depannya. Zero berjalan mendekat dan menarik kembali pisau yang tadinya ia tancapkan ke zombie itu. Darah hitam kental muncrat keluar dari luka tusukan pisau, memberi warna pada pakaian putih itu.

"Apa kau baik?", Tanya Zero tanpa melihat kearah Rena.

Rena menahan tangannya yang terus bergetar, dengan membuatnya menggenggam satu sama lain. "A... Aku... Baik, Mungkin?", Jawabnya.

"Mungkin?", Zero memalingkan kepalanya kearah Rena. Wajah penuh peluh dengan sedikit pucat terlihat dengan jelas dimata Zero. "Apa yang terjadi?", Tanya Zero kemudian.

Rena menunjuk kearah mayat pria yang tergeletak tak bernyawa tak jauh didepannya. "A... Aku... Membunuh pria itu!", Ucapnya lirih.

Zero mengikuti arah tunjukan jari Rena. Sebuah tubuh pria berpakaian putih terlihat tengkurap diatas genangan darah berwarna merah tua, mengotori keramik putih dibawahnya. Darah itu mengalir deras dari kepala pria itu, seakan tidak berujung.

"Aku kira dia zombie! Aku mendengar dia menggeram seperti zombie!. Sebenarnya aku tidak berniat untuk menarik pelatuknya, aku hanya..." Ucap Rena histeris, dengan mata berair. Kemudian dia menangis dengan mendekap mulutnya sendiri.

Zero menekuk wajahnya kebawah, dengan kuat digenggamnya kain celana yang sedang ia kenakan. "Cihh. Apa yang kau pikirkan? Lupakan! Dia sudah mati, mau kau tangisi bagaimana pun pria itu tidak akan bangun lagi", Bentak Zero. "Ayo keluar dari ruangan ini, dan periksa tempat lainnya!. Jangan kau ingat lagi!", Zero menyeret Rena keluar dari dapur, menghampiri Mike yang sedang melihat kearrah tangga yang akan membawanya ke lantai dua.

Mike mendengar suara dua pasang langkah kaki yang mendekat dengan tenang kearahnya."Yo!, Sepertinya ruangan ini aman. Bagaimana dengan disana?", Tanya Mike menunjuk kearah dapur, tanpa berpaling dari tangga.

Rena kembali mendekap mulutnya, berusaha tidak mengeluarkan suara tangisan dari mulutnya. Sedangkan Zero masih menenangkan jantungnya yang terus berdebat karena aksinya tadi. Jujur saja Zero sama sekali tidak punya nyali untuk menyerang zombie wanita tadi, sebuah gerakan refleks membuatnya menusukkan pisaunya. Dan juga sebenarnya Zero menahan getaran tubuhnya pada saat hendak menarik pisau dari tubuh zombie tadi. Tubuhnya penuh peluh, dan perutnya bergejolak ingin mengeluarkan kambali makan siang tadi. Tapi, demi terlihat keren ia menahan semua itu. Ia tetap berwajah gagah walau tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.

Melihat tak ada sahutan, Mike memutar tubuhnyaenghadap dua orang yang berdiri dibelakangnya. Dilihat dari wajah keduanya, tidak ada yang baik. Dan sepertinya Mike ketinggalan peristiwa serunya.

Terpopuler

Comments

Anisha Andriyana Bahri

Anisha Andriyana Bahri

smpe ke bab ini bnr" menegangkan.. dn sy sk dgn cra km thor.penulisanmu sngt pnjang..sy sk.. skligus bkin penasaran akhir dr kisah ini. smngt trs thor

2023-01-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!