Manusia Akhir Zaman
Langit biru gelap mulai memudar, matahari mendaki naik ke atas langit, menghapus semua unsur warna gelap yang menjadi background para awan. Tak ada seorang pun sejauh mata memandang, kecuali lautan zombie yang terlihat jelas diatas tower pusat penelitian Howner, yang membentang luas layaknya samudra.
Seorang dengan penampilan yang kurang sukar dipandang merenggangkan tubuhnya di lapisan beton menara pusat penelitian, setelah semalaman bertempur menembaki para Zombie yang berusaha naik menghampirinya.
"Hahh... Apakah benar hanya tersisa aku sendiri?" Ucapnya dengan suara parau, melepaskan pandangannya sangat jauh kedepan.
"Oh ayolah! Harus sampai kapan aku menggenggam revolver bergagang kayu ini?! Peluruku tak akan bisa bertahan! Apakah aku harus menunggu sampai badai sialan ini berakhir?!", Dengan keputus asaan dia meludahkan satu peluru dari mocong revolvernya kearah zombie bertubuh kekar yang melompat kearahnya.
Satu tembakan dari revolver tua sangat mampu untuk merobohkan raga gila yang siap mencabik-cabik tubuhnya.Satu tendangan menjatuhkan tubuh zombie berbadan kekar yang telah ia tembak sambil berkata,
"Dasar peneliti Sialan!, Apa gunanya kembang sebuah kembang api?, Apakah itu lebih berguna dari sejuta nyawa?. Ini namanya pemusnahan massal!.Dasar idiot!!".
Satu bom kecil dengan daya ledak tinggi yang dipicu oleh benturan, melayang kearah lautan zombie yang berada di bawah lab penelitian.
"Apa? Sialan!!." Ucapnya tak percaya ketika melihat bom yang ia lempar melesat dan tidak jatuh kedalam lautan zombie yang mengelilinginya, melainkan masuk ke dalam lab penelitian yang dipenuhi berbagai macam zat kimia.
"Tapi, ini lebih baik. Mari akhiri ini!. Selamat tinggal semua manusia pucat! Mungkin aku akan sedikit merindukan kalian" Ucapnya kemudian dengan tekad yang kuat untuk mengakhiri ini semua.
...◣◈◊◈◢...
Matahari telah lama menyingsing, dan menghadirkan diri di tengah keramaian kota. Bangunan-bangunan kokoh berjejer di sepanjang jalanan beraspal tempat para alat transportasi darat berlalu lalang, melakukan tugasnya.
Seorang pria disebuah ruangan terlonjak diatas tempat tidurnya. Tampang kebingungan terlukis jelas diwajahnya, tubuh maskulinnya dialiri keringat sebesar biji jagung, namun hal tersebut tak dihiraukannya. Dia lebih tertarik melihat dunia luar dengan menyibak gorden jendelanya.
Di balik kaca jendela, aktivitas orang-orang sibuk telah memenuhi jalanan. Sungguh pemandangan yang lazim di temui di kota-kota besar. Hiruk pikuk kendaran dan polusi yang mengalir ke udara telah biasa ditemukan. Akan tetapi hal tersebut semakin menambah kebingungan pria berbungkus selimut yang sedang mengintip dibalik jendela.
Dengan rasa sedikit tak percaya, dia mengusap kedua matanya, menganggap yang di depannya sekarang hanyalah ilusi semata. Dengan nada tak percaya dia berkata,
"Hah? Apa yang terjadi?".
Kemudian pria itu melihat sekeliling ruangan yang ditempatinya dan kembali berkata,"Hey hey! Apa ini? Sepertinya aku mengenali ruangan ini?. Tunggu! Apakah aku sekarang ada di surga?, Atau... Kiamat zombie tadi hanyalah mimpi?. Aku tak percaya ada mimpi sepanjang dan sehebat itu! Jika itu benar hanya mimpi, maka aku akan menjadi penulis naskah terbaik di negri ini!".
Orang-orang yang berlalu lalang di jalan yang ada di bawahnya, membuat dia sangat tertarik untuk memastikan bahwa orang yang ada di bawahnya bukanlah zombie yang sedang mengepungnya."Aku harap tebakanku salah!", Kedua tangan pria itu bertumpu di bingkai jendela yang telah dibuka lebar. Karena sangat penasaran, pria itu semakin membungkuk dan terus menjulurkan tubuhnya ke bawah, guna memastikan dan melihat secara jelas apa yang sedang berjalan di bawahnya.
"Hei nak! Aku harap kau tak bunuh diri dengan manjatuhkan tubuhmu dari lantai 3 kamarmu!, Kau tau tempat pemakaman telah penuh. Lebih baik kau memilih hari lain, atau jasadmu tak akan dikuburkan!" Teriak seorang wanita tua dari sebrang jalan, mengarahkan tongkat bergagang cekung miliknya, menunjuk pria yang sedang menjulurkan tubuhnya kebawah, dari jendela.
"Maaf nenek, aku juga tak berharap untuk mati lagi! Tapi jika benar aku masih hidup aku harap kiamat zombie itu tak muncul lagi, atau aku akan lebih memilih mati dengan jasad tak dikubur, dari pada mati dengan jasad yang berjalan" Sahut pria itu, lalu bergerak menutup daun jendela dan menarik gorden.
"Dasar anak zaman sekarang, apakah itu tata krama yang baik ketika berbicara kepada orang tua?, Sepertinya dia mulai gila karena alat-alat masa kini?!" Gumam wanita tua itu, kemudian melangkah melanjutkan perjalanannya.
"Ahaha, apa yang tadi kukatakan kepada wanita tua itu?" Tawanya, dengan tubuh bersandar pada dinding.
" Apakah aku mulai tak waras?. Tunggu sebentar! Bukankah tadi aku mengatakan mati untuk yang kedua kalinya? Oh benar, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya! Ketegangan yang kurasakan begitu nyata ketika ledakan bom itu membuat nyilu tulang-tulang ku. Kiamat zombie yang menghantui dunia benar-benar terasa amat nyata!. Kalau tidak salah aku berada di atas menara dan sedang dikepung oleh ribuan, tidak! Tapi jutaan atau bahkan milyaran zombie yang kelaparan dan sedang menanti daging ku! Sebantar! Kalau aku tak salah ingat kiamat itu terjadi pada tanggal..."
Dengan kening berkerut pria itu berusaha mengingat tanggal dan peristiwa lain yang berhubungan dengan dimulainya wabah zombie.
"Malam hari... Aku sedang duduk di kursi itu, menatap keluar jendela, kemudian ada kembang api... Dan aku benar-benar sendiri... Tahun baru! Ya benar itu terjadi pada malam pergantian tahun!".
Ponsel yang terletak diatas meja diambil untuk memeriksa tanggal hari ini. Tanggal yang indah tentu saja! Karena tanggal yang tertera dilayar ponselnya berhasil membelalakkan matanya. 22 Desember 20xx, tepatnya 10 hari sebelum wabah zombie melanda. Untuk beberapa saat, pria itu mematung dengan pandangan yang masih terpaku ke layar ponsel di tangannya. sampai ponsel itu bergetar dan membuat lamunanya buyar, ia bahkan hampir melemparkan ponsel miliknya karena terkejut.
Dalam keadaan yang masih sedikit panik, pria itu memencet tombol hijau di layar ponselnya, lalu bergegas menyapa lawan bicaranya,"Hallo?".
"Holla Hallo. Hey, Mike niat wawancara atau tidak?!, Aku sudah menunggu mu dari 20 menit yang lalu! Cobalah untuk sedikit lebih disiplin!" Balas seorang pria dari sebrang.
"Ah maaf, siapa ini?" Balas pria yang dipanggil Mike oleh lawan bicaranya, dengan sebuah alis terangkat.
"Hey! Jangan bercanda! Aku Zero, temanmu. Apakah kau habis tertimpa pohon?. Aku tidak mau tau! Pokoknya dalam 5 menit, batang hidungmu sudah harus muncul di hadapanku!" Teriaknya.
Sambungan terputus seketika, Pria bernama Mike masih menatap layar ponselnya selama beberapa detik, kemudian bergumam,
"Tanggal 22. Ya, aku ingat jika aku memiliki janji pergi wawancara pekerjaan, dengan temanku Zero yang memiliki yang tempramen kurang baik ini. Sebaiknya aku bergegas atau dia akan pergi ke tempat wawancara itu!".
Mike hendak berkemas untuk menemui teman yang telah menunggunya, namun sesuatu membuatnya berhenti sejenak, dia berfikir jika benar kiamat zombie itu akan terulang kembali di 9 hari lagi, maka dia harus memperingati seluruh orang di negaranya akan peristiwa besar itu. Sambil berjalan bolak balik, dia kembali berfikir bahwa mungkin orang-orang yang mendengarkan ceritanya akan menganggapnya gila atau kurang waras. 'Tak akan ada yang percaya cerita yang benar-benar seperti fantasi itu!' Pikirannya.
Getar ponsel kembali melenyapkan pikirannya, kali ini tiga pesan teks melintang di layar ponsel miliknya.
'Hei sialan!!'
'Apakah kau menyuruhku untuk menunggumu seumur hidup?'
'kemarilah! Atau aku akan membuatmu tak bisa kemana-mana!'
Mike membaca pesan dari temannya itu sekilas, kemudian mematikan ponsel dan bergegas meninggalkan kamar apartemennya, sambil mengenakan jaket dengan terburu-buru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments