EPISODE 09

Mike menyibak gorden jendela, dilihatnya belasan orang yang tumbang tak sadarkan diri di sekitar jalanan. Zero berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar apartemen, menunggu dua wanita yang sekarang telah manjadi temannya. Zero sangat ingin menanyakan keadaan mereka tapi Mike melarangnya untuk menghubungi Lim dan Rena, Mike mengatakan jika bunyi ponsel bisa saja mengancam nyawa dua temannya itu. Alhasil yang dapat mereka lakukan hanya memantau keadaan, dan menunggu lenyapnya gas beracun pengubah manusia itu.

Dibalik kaca jendela tempat Mike mengintip, satu persatu orang yang tadinya tergeletak tak bergerak, kini bangun dengan tubuh kaku seperti mayat hidup. Namun itu bukanlah mayat atau seonggok raga tanpa nyawa, kulitnya mungkin terlihat membiru dengan urat yang timbul dan dengan mata putih, juga liur yang jatuh tak beraturan. Tapi manusia itu sebenarnya masih hidup dan bernyawa.

Zero tanpa sengaja melihat kearah jendela tempat Mike menyaksikan bangkitnya Zombie. Dengan kening berkerut, Zero melangkah cepat mendekati Mike dan ikut menyaksikan perubahan orang-orang yang ada di jalanan. Sebuah pemandangan yang cukup mengharukan menarik perhatian mereka, seorang anak kecil bangun dengan mata putih kemerahannya. Dengan kaku anak kecil itu berjalan dari trotoar ke arah jalan yang telah sepi kendaraan. Anak itu berhenti tepat diatas garis putih pemisah arah, sekilas anak itu seperti menitikkan air matanya yang telah bercampur dengan darah berwarna hitam. Darah itu mengalir, memberi garis di pipi putih pucatnya. Dengan kaku anak itu membuka mulutnya dan menggerakkannya seperti gerakan mulut ikan. Anak itu sedikit bersuara ketika membuka mulutnya.

"Papa?", Terka Mike, memerhatikan gerak bibir anak kecil itu.

"Apakah dia rindu ayahnya?", Lantur Zero.

"Aku tidak tahu jika zombie masih memiliki ingatan!", Heran Mike.

Sambil terus menggerakkan mulutnya, anak itu tiba-tiba merentangkan tangannya. Sebuah cahaya berjalan mendekat ke arah gadis kecil itu. Dengan kuat gadis itu meneriaki sebuah kata terakhirnya,"Papaaaa!!!!". Sebuah truk tronton yang melaju melindas dan ******* tubuh gadis kecil itu.

Crassshh!

Ban-ban besar yang berhimpitan itu tepat melindas tubuh anak kecil itu. Dari bahu hingga ujung kakinya ***** ditumbuk ban besar yang menampung berat truk berisi. Perut gadis itu penyek dan mengeluarkan organ-organ yang ada didalamnya. Dada gadis kecil itu tergeser, hampir lepas dari tubuhnya dan mengeluarkan paru-paru, lengkap dengan jantungya. Hanya kepala gadis kecil itu yang selamat, matanya yang putih berbanjirkan air mata berdarah itu seakan menjadi awal sebuah peristiwa besar. Wajah yang mengenaskan itu tersenyum, seakan menikmati kematiannya.

Urat Zero tegang menyaksikan kejadian yang bahkan tak dapat dibayangkannya. Berbeda dengan Mike yang bahkan telah menyaksikan hal-hal yang lebih sadis dan mengerikan dari yang baru saja disaksikannya. Dengan wajah dingin, Mike kembali menutup gorden jendela dan melangkah menuju sofa, menenangkan pikirannya. Zero yang masih belum beranjak dari tempatnya, menggigil tak karuan setelah melihat darah dan ******* tubuh gadis kecil itu.

"Dia mati?, Ha... Hancur!", Ucap Zero.

Mike mengamati wajah pucat temannya, dilihatnya tangan Zero yang menggigil tak karuan. Kemudian dia berkata,"Hei? Apakah kau baik saja?", Mike beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Zero, berniat menenangkannya.

"Hancur!, Huekkk", Zero berlari kearah kamar mandi dengan keringat dingin diwajah.

Mike yang baru saja berjalan tiga langkah dari sofa, terpaksa kembali berbalik sambil menghela nafas. Tiga puluh menit telah berlalu sejak racun dari kembang api itu turun dan mengubah manusia. Mike sesekali memeriksa jalanan, memastikan apartemen yang dihuninya tidak kemasukan tamu kaku tak diundang.

Untuk kesekian kalinya Mike kembali menyibak gorden dan memeriksa trotoar dibawah. Perhatian mIke beralih kearah jalanan tempat tubuh anak kecil yang telah tergiling ban. Zombie-zombie mengerumuni tubuh dengan daging dan organ yang hancur itu dengan air liur yang menetes, beberapa zombie terlihat melompat kearah kerumunan dan melahap gilingan daging itu dengan rakus. Mike menelan salivanya, pemandangan itu mengunci matanya. Zero yang baru saja kembali dari kamar mandi ikut menyaksikan zombie-zombie yang menikmati makanan pembuka mereka.

"Mike!, Tutup gordennya!", Teriak Zero. Kembali berlari kearah kamar mandi menahan mual yang melilit perutnya.

"Maaf, Zero!.—Sepertinya aku akan kehilangan nafsu makan untuk lima hari kedepan!", Ucap Mike kembali menutup gorden dan kembali ke sofa.

Suara air keran wastafel bergemuruh didalam ruangan. Zero mengangkat wajahnya, meneliti setiap lekuk wajahnya di cermin dengan nafas memburu. Kilasan gambaran peristiwa yang dilihatnya tadi kembali terbayang. Zero denagn kembali membasuh wajahnya dengan air, berusaha menghapus semua kejadian yang disaksikannya.

"Kumohon hilanglah! Kumohon hilanglah!", Gumam Zero, mensugesti dirinya sendiri. Merasa lebih baik, Zero keluar dari kamar mandi dan ikut merebahkan tubuhnya keatas sofa.

"Apa kau masih mual?", Tanya Mike.

"Aku baik saja!, Jangan hiraukan aku!", Balas Zero.

"Baiklah", pasrah Mike.

"Apakah ada kabar berita dari kedua wanita itu?", Tanya Zero.

"Tidak, belum ada"

"Berapa lama lagi?"

"Apakah kau menghawatirkan mereka?"

"Tentu saja!, Mau bagaimana pun, bukankah mereka sudah menjadi teman kita?"

"Kalau begitu, ayo kita lihat kondisi mereka!"

"Apa?"

"Bukankah kau menghawatirkan mereka?, Cepatlah siapkan barang mu kita pergi sekarang!"

"Apa kau yakin?, Lihatlah zombie-zombie itu!. Oh, aku benar-benar tidak yakin jika kita akan selamat!"

"Apa kau takut berubah lagi menjadi zombie?"

"Baiklah, ayo!. Aku tidak takut!"

Mike mengambil dua buah tongkat bisbol yang disandarkan didekat sofa, dan memberikan satu kepada Zero. Kemudian mereka memandikan pakaian yang dikenakan mereka, dengan bubuk merica. Setelah semua siap mereka melangkah keluar pintu kamar apartemen dan langsung turun kebawah menggunakan tangga.

Sebuah kejutan meriah telah menanti mereka didasar tangga. Pintu apartemen yang terbuka membuat kedua pria itu kebingungan. Sambil berjalan dengan pelan tanpa suara, Mike menoleh ke kanan dan kekiri memeriksa kondisi ruangan. Zero yang melangkah membututi Mike melakukan hal yang sama. Zero menoleh ke kanan dan kekiri, namun hanya mendapati perabotan rumah yang disinari lampu. Melihat kondisi sekitar ruangan yang aman, Mike bergegas menuju pintu berniat untuk menutupnya. Sebuah lompatan dari belakang sofa ruang tamu mengagetkan mereka. Sebuah zombie dengan rambut panjang terurai melompat kearah Mike, dengan tangan terulur dan mulut ternganga berusaha menggigit dan memakan manusia yang berdiri di depannya.

Mike menahan mulut zombie itu dengan tongkat bisbol. Zero yang panik, hanya bisa diam mematung menyaksikan Zombie yang menggigit tongkat bisbol dengan mulutnya yang terus menumpahkan liur.

Tak tahan dengan gerak amukan zombie itu, Mike berusaha memutar otak untuk menyerang balik zombie yang berusaha menggigitnya. Dilihatnya Zero yang masih berdiri mematung dengan mata terbelalak. Mike berteriak memanggil Zero untuk membentuknya memukul kepala zombie yang sedang menyerangnya. Namun, Zero sama sekali tidak menghiraukan, dia masih berdiri mematung dnagn wajah pucat. Mike memaki dalam hatinya. Dengan sekuat tenaga, Mike mendorong Zombie itu hingga tubuhnya menyentuh dinding. Mike menjambak rambut panjang zombie itu, kemudian membentukan kepala belakangnya beberapa kali kedinding. Darah segar berwarna hitam keluar dari kepalanya, zombie itu semakin melemah dan melemah. Mengetahui lawannya yang telah sekarang, Mike membawa zombie wanita itu keluar apartemen dan melemparkannya ke sebuah mobil sedan mini yang terparkir diseberang jalan. Guncangan yang dihasilkan membuat mobil itu mengeluarkan bunyi alarm yang menarik perhatian zombie-zombie lain yang berada di sekitar.

Mike bergegas masuk kedalam apartemen, dan langsung membawa Zero keluar dari apartemen. Sebuah pesan singkat Mike kirimkan ke Rena, yang berisikan,"Tolong, beritahu lokasi kalian saat ini!. Kami sedang dalam perjalanan!".

Dua menit kemudian Rena membalas,"Kami berada di sebuah minimarket yang berjarak 3 blok dari apartemen. Tapi tolong kalian jangan kesini terlebih dahulu!. Situasi sangat tidak memungkinkan!".

Mike kambali mengetik pesan,"Tolong beritahu detail tempatnya. Kami akan memantau dari kejauhan jika memang sangat berbahaya".

Sebuah pesan dari Rena kembali muncul,"Minimarket yang masih dalam keadaan buka. Ada banyak zombie didepannya. Minimarket yang terletak dipinggir jalan utama".

"Mike?, Kau membunuhnya?!", Ucap Zero tiba-tiba, memandang dengan tatapan kosong.

"Zero?, Sepertinya kau sedikit syok?", Ucap Mike dengan kening berkerut.

"Kau... Kau pembunuh!, Mike kau pembunuh!", Ucap Zero yang masih melihat kedapan dengan tatapan kosong.

"Zero?. Apa yang terjadi dengan mu?", Ucap Mike khawatir.

"Mike pembunuh, Mike pembunuh, Mike pembunuh, Mike pembunuh", Gumam Zero.

"Oh Tuhan, kenapa lagi ini?!"

Terpopuler

Comments

Vincent Da Vinci

Vincent Da Vinci

terlalu banyak percakapan bodoh!!!!!!! tidak perlu terangkan apa2 pada yg tidak percaya

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!