EPISODE 11

"sungguh lucu!, Terperangkap dan ditawan di sebuah bangunan milik sendiri, oleh dua wanita yang bahkan tidak ku ketahui tujuan mereka kemari", Pria pemilik minimarket itu mendengus, diperhatikannya kedua wanita yang sedang membasmi manusia berliur, dengan berdiri diatas rak miliknya.

"Hei, kalian para gadis!. Apakah tak memiliki hati sama sekali?, Bukankah tali ini terlalu kuat?!, Tanganku benar-benar mati rasa saat ini".

"Kalau begitu berusaha lah untuk menghidupkan rasanya kembali!. Apakah kau tidak lihat?, Kami sedang sibuk disini", Sahut Rena yang masih tetap mengayunkan pipa besi kearah kepala zombie yang berusaha mendekat.

"Itu tidak lu...", Ucapan pria itu terpotong oleh sebuah peluru melesat tepat di samping kepalanya.

Dengan mengukir wajah meledek, Lim berkata,"Tembakan selanjutnya tidak akan meleset jika kau tidak menutup mulut mu!".

"Dasar tidak beretika!", Dengus pemilik minimarket, sedikit berbisik.

...◣◈◊◈◢...

Sebuah mobil sedan hitam melaju dijalanan sepi tanpa kendaraan yang melintas, hanya beberapa kekacauan yang terlihat sejauh mata memandang. Beberapa mobil bermuatan maupun angkutan jalan lainnya terlihat saling bertambrakan dan, menabrak gedung dan bangunan yang berderet di tepian jalan.

Seorang pria berbadan tegap duduk di kursi pengemudi dengan potongan koran tergenggam ditangannya yang sibuk mengendalikan kemudi mobilnya. Dilihatnya sekeliling jalan yang sedang dilaluinya, tak ada satupun manusia atau zombie yang dikabarkan akan menyerang dunia. Dia memperlambat mobilnya sebelum menghentikannya di taman kota, yang terletak di depan kantor pusat pemerintahan.

Pria itu membuka sedikit jendela mobilnya untuk mengeluarkan kepulan asap dari rokok yang baru saja dinyalakannya. Dibukanya kembali selebaran koran yang telah dipotong nya. Untuk kesekian kalinya, pria itu menilik kalimat bercetak tebal yang terukir diatas kertas itu, 'MEMBAWA CERITA DONGENG DARI MASA DEPAN : KIAMAT ZOMBIE' . Pria itu tersenyum, melemparkan rokoknya ke asbak, kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap kosong langit-langit mobil.

"Malam pergantian yang sangat berbeda, iya kan putri ayah?, Sinta?. Sepertinya tahun ini sangat spesial?!. Aku sungguh beruntung percaya dengan cerita tidak masuk akal dari sobekan koran ini!, Jika tidak aku mungkin berakhir dengan sangat menyedihkan!. Ide yang bagus untuk berlindung di dalam mobil ini, sambil melihat nyala kembang api di langit", Ucapnya.

"Tapi...., Kenapa? Kenapa harus keluarga ku yang tidak selamat?. Kenapa bukan aku?. Sinta! Putriku! Istriku!. Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk tetap dirumah menunggu ku?. Kenapa kalian mengkhianati ku?! Kenapa?"

2 jam yang lalu....

"Maaf, sersan?. Ada telpon untukmu", Ucap seorang pria menyadarkan lamunan sersannya.

"Ah?, Maaf. Sepertinya aku perlu istirahat?, Terimakasih", balasnya.

"Ya, sersan. Saya harap anda bisa lebih rileks sedikit dan menjaga kesehatan anda. Saya mohon pamit". Ucap pria kurus tinggi, lengkap dengan seragam polisi nya.

"Ya ya, terimakasih sarannya", Balas pria yang dipanggil sersan itu, bergerak menerima telepon.

"Hallo?, Sayang?. Kenapa lama sekali? Apakah kamu sedang sibuk?, Maaf jika aku mengganggu pekerjaan mu!", Ucap wanita di seberang telepon.

"Ah maaf kan aku!, Aku tidak sibuk, hanya sedikit melamun", Jawab sersan polisi yang bernama Joursen, kepada lawan bicaranya.

"Syukurlah!. Apakah kau tidak pulang malam ini?. Ini malam tahun baru, loh!. Sinta baru saja mengiris daging bersamaku, dia berkata tidak akan mulai membakar jika ayahnya tidak pulang".

"Ahahahah, anak itu. Ngomong-ngomong, sebaiknya kamu tidak keluar atau membuka jendela malam ini! Sepertinya kau harus membatalkan rencana bakar-bakar mu?".

"Kenapa?, Apa kau tidak suka daging bakar?, Tapi setauku kau sangat menyukainya?!".

"Bukan begitu!, Apakah kau tidak melihat koran dari 3 hari yang lalu?. Berita yang sama yang selalu muncul selama 3 hari! Apakah kau tau?".

"Iklan monoton 3 hari?, Ah maksudmu yang berjudul 'membawa cerita dongeng dari masa depan : kiamat zombie' itu?".

"Ya, benar!".

"Lalu?, Ada apa dengan itu?. Bukankah kau mengatakan bahwa itu hanya sebuah tipuan bodoh. Dan hanya orang gila yang mempercayai nya?".

"Ya!, Aku memang pernah mengatakan itu!. Tapi sebaiknya kau menuruti ucapanku, aku memiliki perasaan kurang mengenakan. Hati ku berkata sebaiknya kita waspada. Lagi pula membakar daging bisa kita lakukan besok dan kapan pun, bukan?!".

"Tapi Sinta sangat bersemangat saat ini, mungkin akan sedikit mengecewakannya. Tapi, akan ku coba!".

"Baiklah, tahun ini akan segera berakhir 10 menit lagi, aku akan pulang sebentar lagi. Aku harap kau tidak membuka jendela dan pintu, juga ventilasi maupun AC, aku kan tiba 30 menit lagi".

"Baiklah, sampai jumpa!". Wanita itu mengakhiri panggilan teleponnya.

Terlihat raut cemas diwajah sersan Joursen. Dia kurang yakin jika istrinya akan melakukan apa yang diucapkannya. Setelah lama merenung, ia bergerak menggapai kunci mobil diatas meja lalu beranjak menuju mobil sedan hitam miliknya.

***

Seorang gadis kecil yang sangat mengenakan dress pink terlihat sangat manis, serasi dengan senyuman miliknya yang merekah, ketika telah berhasil membujuk ibunya pergi naik bis untuk pergi menjemput ayahnya di kantor polisi. Tangan mungilnya ia lambai-lambaikan ke udara. Sementara, wanita disampingnya sedang sibuk menelpon suaminya.

"Ibu!, Apakah ibu marah?", Ucap gadis kecil dengan wajah imutnya yang sedang memancarkan kekhawatiran.

"Tidak sayang!, Ibu tidak marah. Ibu hanya sedang mencoba menelpon ayahmu", Ucap wanita disamping gadis kecil itu.

"Apakah ayah belum mengangkat teleponnya?"

"Ya, begitulah"

"Mungkin ayah sedang sibuk ibu!, Ibu jangan ganggu ayah! Nanti ayah khawatir dan tidak bisa bekerja dengan baik!", Gadis kecil yang baru berusia 3 tahun itu memperhatikan sikap kedewasaannya yang membuat ibu yang berjalan di sampingnya benar-benar tidak bisa menahan rasa gemas, untuk mencubit pipi anaknya yang kenyal itu.

"Baiklah, ibu tidak akan menelpon ayahmu. Sesuai yang kau katakan putriku", Ucap sang ibu yang masih setia mencubit pipi anaknya.

"Ibu, hentikan. Ini sakit!", Rengek sang putri.

"Baiklah Sinta, putriku yang manis. Lihat, kembang api alfabet telah dihidupkan!".

"Wahh, ibu itu indah sekali!. Kita sangat beruntung datang ke sini!".

"Apa putri ibu tidak lelah?, Bagaimana jika naik satu bus lagi?".

"Tidak ibu!, Aku benci bau bus!. Dan keju berjalan itu terlalu kotor, dengan orang-orang yang selalu memenuhi dalamnya".

"Tutur katamu melebih orang dewasa!. Dari mana kau belajar mengucapkannya?".

"Emm... Dari ibu-ibu tetangga, mungkin?, Hihihi".

"Dasar anak nakal!"

"Hehe, maaf!"

Ibu dan anak itu kemudian berjalan dengan diselingi canda tawa. Dengan mata yang sesekali menatap langit yang sedang dihiasi oleh kembang api dengan percikan warna khasnya. Mata mereka benar-benar memantulkan cahaya dari langit, cahaya yang akan membuat mereka menjadi makhluk yang berbeda.

Di tengah suara letusan dan luncuran kembang api, sang ibu terbatuk dan memegang lehernya seakan tercekik oleh sesuatu. Sinta hanya melihat ibunya dengan wajah bingung. Ibu Sinta berlutut, berusaha mengeluarkan suara untuk berteriak. Namun, sepertinya sia-sia. Tidak ada satupun suara yang keluar, hanya mulut yang ternganga dan mata yang terus-menerus melotot.

"Ibu?", Gadis kecil itu memperlihatkan raut kekhawatiran kearah ibunya. "Ibu kenapa?, Ibu sakit?". Tidak ada respon dari sang ibu, hanya suara deru nafas yang terdengar dari mulut sang ibu.

Sinta panik, bergegas ia berusaha meminta pertolongan orang lain yang mungkin berada di sekitarnya. Sungguh naas, sebelum ia dapat bergerak mencari pertolongan. Hal yang sama terjadi padanya, nafasnya tersengal, dadanya sesak seperti ada batu besar yang menimpa dadanya. Tubuhnya dibanjiri keringat, dan akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri di samping tubuh ibunya.

***

Sersan Joursen, baru saja tiba di depan rumah minimalis miliknya. Beberapa kali bel dibunyikan, tak ada balasan sama sekali. Dilihatnya jam tangannya, kemudian kembali memencet bel rumahnya. Karena sama sekali tak ada jawaban, Sersan Joursen merasa ada yang aneh, ia berjalan menghampiri rumah tetangganya yang sepertinya sedang bersiap untuk mengadakan pesta daging panggang di halaman depan.

"Permisi, mohon maaf mengganggu. Apakah ada yang melihat istri dan anakku?", Tanya sersan Joursen.

"Oh, ayah Sinta!, Sinta tadi pergi dengan ibunya, sepertinya ingin melihat kambang api ke pusat kota?!. Sepanjang jalan Sinta terus menyerukan 'kembang api, kembang api' dengan sangat semangat!. Saat aku bertanya, ibunya mengatakan jika Sinta merengek untuk menjemput ayahnya. Dan ternyata kau tidak bertemu mereka?", Ucap seorang wanita paruh baya dengan senampan daging di tangannya.

"Ya, aku tidak bertemu mereka. Baiklah, saya harus mencari mereka lagi. Selamat berpesta!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!