Bastian memperhatikan Gadisha makan, gadis ini tidak terlihat menjaga gengsi ia tanpa malu-malu makan dengan tangan sedangkan dirinya sendiri makan dengan sendok garpu tapi memang karena ia makan menu yang berkuah hanya saja ia pun tidak terbiasa makan pake tangan.
"Kayaknya enak banget ikan pesmolnya..aku cobain dong aaa.." Bastian membuka mulutnya minta di suapi ikan pesmol.
Gadisha terlihat ragu-ragu.
"Mana Sha aku pengen coba ikannya?" pinta Bastian lagi, Gadisha mau tidak mau memasukkan potongan ikan ke mulut Bastian dengan tangannya.
"Pantesan kamu suka emang enak sih" Bastian mengacungkan jempolnya.
"Kamu mau coba sup ikan ? " Bastian menyorongkan sendok ke mulut Gadisha
"Ayo buka aaa" Bastian mencontohkan membuka mulut agar Gadisha mengikutinya, dengan terpaksa Gadisha membuka mulut hingga Bastian menyuapinya.
"Gimana Sha enakkan?" tanya Bastian
Gadisha hanya mengangguk-anggukan kepala sambil mengunyah sup ikan.
" Yaa enak.. kuahnya seger" Jawab Gadisha
Tidak lama makanan sudah habis.
"Kamu balik ke kampus atau mau pulang Sha?" Tanya Bastian sambil melap mulutnya dengan tisu.
"Balik ke kampus lah..semua peralatan aku masih di kampus, laptop dan buku-buku masih di mejaku lagi pula aku harus absen pulang" jawab Gadisha
"Mas Bastian nggak balik ke rumah sakit?"
"Ya balik juga aku harus cek jadwal operasi untuk besok"
"Hmm Sha" Bastian memanggil Gadisha yang sedang melihat ponselnya.
"Yah" Gadisha mendongak menatap Bastian.
Bastian terlihat ragu, ia mengusap-usap pergelangan tangannya sendiri.
"oh yah mas maaf aku terbiasa melakukan ini, nanti billnya kita bayar sama-sama yah" pinta Gadisha
"Hah.." Bastian kaget dan bengong.
"Aku yang ngajak kamu makan ke sini jadi itu tanggung jawabku" kata Bastian tegas, ia punya harga diri apalagi ia laki-laki dan punya penghasilan mapan.
"Tapi mas.."
"No debat Sha..aku tau kamu mampu dan punya penghasilan juga tapi ini jadi tanggung jawabku ok" Bastian tidak mau dibantah.
Gadisha terdiam
"please Sha buat aku berarti di sisimu..aku ingin merasa dibutuhkan" Bastian merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Ok wait..aku bayar bill dulu kamu bisa tunggu di mobil..nggak akan lama" Bastian menyerahkan kunci mobil pada Gadisha agar ia bisa masuk dulu sementara Bastian menyelesaikan pembayaran.
Setelah menyelesaikan semua pembayaran Bastian segera berjalan kearah parkiran, Gadisha sudah menunggu di mobil.
"Give me ten minutes..aku ingin bicara serius dengan kamu" Bastian terlihat menarik napas
Gadisha masih terdiam berusaha untuk menyimak apa yang akan dibicarakan, apa Bastian tersinggung dengan perkataannya tadi atau....
"Sha..Aku akui aku merasa ada dalam dilema, tapi jujur aku ingin berjuang untuk mendapatkan kebahagiaanku.. terlepas dari semua masalah yang akan timbul tapi aku ingin kamu tau aku serius" Bastian diam sesaat lalu mengambil tangan Gadisha untuk digenggam.
"Aku sayang kamu and i think i falling in love with u..aku mencintaimu" Bastian mengatakan dengan jelas, bibirnya mencium tangan Gadisha.
Gadisha terpaku dan mematung..beberapa detik ia berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Sha..kamu mau berjuang bersamaku?" tanya Bastian
"Maksud mas berjuang seperti apa?" ada trauma di hati Gadisha ketika dulu ia menjalin kasih dengan Satria, sekuat apapun perjuangannya jika orangtua tidak merestui ia bisa apa. Gadisha menggigit bibirnya rasanya ia harus siap-siap kembali untuk kecewa dan berakhir dengan perpisahan.
"Kamu tau kalau kita berbeda keyakinan?" Bastian memastikan perkiraannya.
Gadisha terhenyak, bagaimana bisa ia melewatkan hal itu? pantas saja tidak pernah sekalipun ia mendengar Bastian mengucapkan salam. Ia memang kurang peka akan hal itu..oohh baru tau seperti ini saja hatinya bagai teriris pisau periiiih. Cinta kenapa kau harus hadir pada dua insan yang berada di dua sisi yang berbeda.
"Sha..maafkan aku membawamu ke dalam situasi seperti ini..jujur aku ingin egois memilikimu tanpa memikirkan perbedaan itu, kamu mau kan Sha?" pinta Bastian memohon.
"Lalu akan dibawa kemana akhir tujuan kita mas" tanya Gadisha menatap wajah sendu Bastian.
"Kamu mencintaiku Sha?"
Gadisha tidak menjawab, sejatinya mungkin ia lah yang lebih dulu jatuh cinta pada laki-laki ini.
"Kita jalani bersama dulu Sha..biarkan takdir yang membawanya, tapi setidaknya kita pernah saling memiliki dan mencintai" pinta Bastian.
"Maafkan aku Sha..aku egois" Bastian tertunduk menutup mata dengan sebelah tangannya.
Gadisha menarik napas pelan dan berusaha melepaskan genggaman tangan Bastian. Tapi Bastian semakin erat menggenggamnya.
"Kamu marah Sha..please Sha jangan menjauh" mohon Bastian dengan tulus.
"Kamu tau mas dengan seperti ini kita akan berhadapan dengan restu orang tua juga, bukan hanya orang tua tapi juga hati nurani kita masing-masing"
Gadisha terdiam lagi.
"Sebaiknya kita saling menahan diri dulu, kita tidak usah bertemu dulu sementara..Selami hati masing-masing" tegas Gadisha
"Tolong antar aku ke kampus mas sudah hampir waktu absen pulang" pinta Gadisha
Bastian menutup mata sejenak dan menarik napas dalam mengendalikan emosi negatif yang menggunung di dadanya, antara lega, menyesal, marah dan kecewa.
Lalu ia mulai menjalankan mobilnya menuju kampus Gadisha, tidak ada percakapan apapun selama perjalanan. Tapi terasa ada yang aneh dari cara menyetir Bastian yang diliputi emosi, Gadisha hanya diam saja ia tidak ingin membuat Bastian semakin emosi.
Mendekati lobby kampus mobil berhenti sesaat.
"Sha..aku ingin dengar dari bibirmu sendiri..apa kamu mencintaiku?" tanya Bastian ingin memastikan, setidaknya jika aku tau kamu juga memiliki perasaan yang sama aku akan merasa bahagia.
Gadisha memandang Bastian lekat bibirnya bergetar menahan tangis, apa yang ia rasakan tidak dapat ia pungkiri tapi bayangan masa depan hubungannya terlalu menyakitkan. Bayangan perpisahan membuat hatinya nyeri tapi ia ingin merasa mencintai dan dicintai saat ini.
"Apa mas sangat ingin mendengar pengakuan ku?" tanya Gadisha
Bastian mengangguk.
"Walau sekalipun itu sangat menyakitkan?"
Keduanya terdiam
"Terima kasih makan siangnya..kapan-kapan aku yang akan traktir kamu mas" Gadisha memegang pergelangan tangan Bastian lalu berbalik hendak turun dari mobil.
"Sha.." Bastian menahan lengan Gadisha
"Apa itu artinya kita masih bisa bersama?" tanya Bastian
Gadisha tersenyum "Aku turun ya..bye"
Gadisha turun dari mobil dan berjalan menjauh masuk ke dalam lobby fakultas.
Bastian tersenyum bahagia walau pun tanpa balasan cinta dari Gadisha, ia tak tau akhir dari kisah cintanya setidaknya ia ingin bahagia saat ini.
Tuhan menciptakan perbedaan bukan untuk disamakan, berdampingan dalam perbedaan bukan berarti harus hidup bersama.
Berlahan Bastian melihat punggung Gadisha menghilang dari pandangannya, kehadiran Gadisha di hidupnya saat ini membuat imun dan imannya terusik. Imunnya meningkat karena ia merasa selalu bahagia sehingga hari-harinya selalu dipenuhi semangat, sedangkan iman berhubungan dengan keyakinannya tapi ia akan menyertakan dalam doa tentang akhir perjalanan kisahnya.
*
*
bersambung
Stay healthy 💪❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments