Hari untuk pulang ke Semarang tiba Satria merasa hatinya tak tenang, ada keraguan dan keresahan saat pulang kampung menemui orang tuanya. Bukan tanpa alasan Satria malas untuk pulang karena ketika ada kumpul keluarga pasti tema perjodohan dengan anak sang jendral akan selalu dibahas.
Satria berharap pertemuan kali ini dengan ayah dan ibunya berlangsung normal saling melepas rindu dan berbagi cerita.
'Gimana tugasmu lancar Dek?' tanya pak Hendro ayah Satria, pak Hendro seorang perwira tinggi polisi yang bertugas di kepolisian daerah Jawa Tengah. Memangku jabatan yang lumayan berpengaruh, ia ingin Satria menjadi penerusnya.
'Alhamdulillah lancar Yah masih terus berjalan sesuai prosedur' Satria menjawab sambil duduk di hadapan pak Hendro.
'Kapan kamu akan mewujudkan cita-cita ayah dan ibu?' pak Hendro menarik napas berat, ia tau ini keliru sudah memaksakan keinginannya tapi ini demi masa depan Satria. Dengan koneksi yang kuat tentu saja akan mempermudah jalan untuk Satria meraih kariernya.
'Apa aku tidak bisa memilih masa depanku sendiri Yah? apa harus seperti ini jalannya?' Satria merasa menjadi seorang yang kerdil, tidak bisa memperjuangkan dirinya sendiri.
"Apalagi yang kamu pertimbangkan, semua sudah lengkap, kamu tinggal menjalani. Soal cinta lama-lama juga bakal cinta..nggak ada yang kurang' tegas pak Hendro
Satria terdiam pikirannya buntu , ia tidak akan bisa mengelak jika ayahnya sudah membuat keputusan. Bagi ayahnya semua adalah perintah yang harus di jalankan.
Satria pamit dengan alasan lelah padahal ia sudah tak berselera untuk membahas soal perjodohannya. 'Aku harus bagaimana ya Allah? apa aku harus menjadi pecundang dengan mengingkari Diri sendiri dan janjiku.' batinnya terasa perih, ia tidak bisa membayangkan kehidupannya setelah cintanya pada Gadisha harus berakhir 'maafkan mas Dis' sudut matanya basah, baru membayangkan saja ia sudah merasakan luka yang dalam apalagi nanti setelah terjadi mungkin ia seperti prajurit yang kalah dalam perang berdarah-darah dengan baju yang compang camping.
Satria mengambil ponselnya rasa bersalah sudah meninggalkan Gadisha di Yogya sendirian, apa pandangan Gadisha soal ia yang tak mengajak Gadisha pulang ke rumah. Sebagai seorang laki-laki sudah sewajarnya ia akan membawa kekasihnya untuk bertemu dengan orang tuanya, tapi apa yang dilakukan Satria ia seperti menyembunyikan hubungannya dengan Gadisha.
'huaah..' Satria membuang napas dan memejamkan mata, pikirannya tidak karuan. Ingin rasanya ia mengatakan Pada ayah dan ibunya kalau ia sudah punya calon untuk dijadikan istri, tapi keberaniannya seolah-olah hangus di bakar ketakutan mengecewakan orang tuanya.
Tangannya mengusap layar ponselnya, terlihat foto mereka berdua sehabis olahraga kala itu, wajah Gadisha yang polos tanpa riasan malah terlihat memancarkan sinar. Satria menyukai perempuan apa adanya itu, walaupun ia memiliki segalanya tapi sikap low profilenya mampu membuat Satria terkungkung rindu dan cinta.
tok..tok..tok
'Deekkk..' terdengar ibu memanggil Satria dari luar kamar, ' Dekk ayo acara segera di mulai kamu siap-siap ganti baju yang pantas' Ibu mengingatkan untuk ia mengganti baju untuk acara pengajian.
Belum terdengar suara di dalam kamar, ' Deeek kamu denger nggak ? apa kamu tidur yah?' suara ibu kembali memanggil. ' Iya Bu aku denger, aku siap-siap dulu' jawab Satria dari dalam kamar.
***
Dikota lain walaupun hari libur tapi Gadisha masih berkutat dengan tugas-tugas mahasiswanya, banyak tugas yang masuk membuat ia harus extra tenaga dalam mengoreksi. Pekerjaan yang membuat mata lelah dan leher pegal, sejenak ia merenggangkan lehernya dan mengucek matanya agar sedikit relaks. Gadisha meninggalkan sejenak pekerjaannya lalu duduk di teras belakang sambil matanya melihat ikan koi yang berenang kesana kemari, tatapan kosong menatap kolam tapi pikirannya terbang ke sosok yang dianggap kekasihnya. Sikap Satria sebelum pulang ke rumah orang tuanya agak berbeda, ia terlihat murung dan tak bersemangat.
' Maafkan mas ya sayang belum bisa mengajakmu bertemu Ayah dan ibu, ada yang mas harus pastikan dulu..kamu doakan mas ya agar kita tetap bersama' Satria menatap Gadisha pada malam kemarin sebelum ia pamit paginya untuk pulang.
Sejujurnya Gadisha mempunyai firasat tak enak, dia adalah orang yang sensitif bisa merasakan dan membaca ada kejanggalan dalam sikap Satria.
Bunyi telepon mengganggu lamunannya, Gadisha melangkah masuk menuju meja kerja tempat ponselnya tergeletak.
Panggilan dari teman sejawatnya sesama asisten dosen.
'Assalamu 'alaikum halo Gung..' ternyata Agung teman sesama asisten dosen.
'Wa alaikumusalam Dis..aku mau ngabari tadi di kampus aku ketemu pak dekan, kebetulan kami sama-sama main bulutangkis, katanya bulan depan ada program beasiswa untuk pasca di UI kalau mau ikut test kita bisa siap-siap untuk nyiapin persyaratannya.' Gadisha mendengarkan dengan seksama agung menjelaskan tentang program pasca, sebagai asisten ia dituntut untuk mengambil jenjang strata lebih tinggi.
'Ok nanti kita sama-sama aja Gung..kabari aku lagi kalau ada perkembangan'
'Ok siap..see u'
Gadisha menutup sambungan teleponnya, lalu nada notifikasi masuk dari Satria
Pol Satria : kamu lg tlp ya sayang? aku kangen kamu..(emot love)
Gadisha : 'iya mas tadi lagi bicara dengan agung rekan di kampus.
baru pesan terkirim langsung muncul nada panggil di telepon.
Pak Lazuardi tertera di layar.
'Haloo Assalamu'alaikum pak..' sapa Gadisha
'Wa Alaikum salam Dis..kamu sudah baca email dari rektorat? kalau sekitar bulan depan ada pembukaan pasca beasiswa di Jakarta, apa kamu berminat?'
'Saya belum baca pak..tapi sepertinya ini kesempatan untuk saya pak'
'Iya Dis kamu coba saja siapa tau rejeki kamu disana, hanya saja kamu perlu pikirkan juga kalau saya belum selesai S3, jadi mungkin kamu harus kerja keras kalau kamu lolos, kuliah di Jakarta sedangkan tugas ngajar kamu masih sangat banyak di sini' jelas pak Ardi
'Iya pak saya paham..tapi kalau sekiranya bisa di jalani dua-duanya nggak masalahkan pak? tanya Gadisha
'Tentu saja bisa..asal kamu nanti manage waktu dengan baik, biasanya perkuliahan pasca diadakan di hari weekend jadi kamu bisa atur dengan jadwal kelas kamu'
'baik pak saya paham..terima kasih infonya pak, akan saya persiapkan' jawab Gadisha
Setelah pembicaraan telepon selesai Gadisha memikirkan pembicaraan dengan Agung dan pak Ardi tadi, tidak ada salahnya mencoba untuk mengambil program pasca.
***
Satria menghela napas pesannya pada Gadisha hanya di balas satu kali setelah itu tidak ada balasan, ia mencoba menelpon tapi keliatannya nomor telepon Gadisha sedang bicara juga.
'Kemana kamu sayang?' Satria gelisah ketika teleponnya tidak di jawab Gadisha.
Ia ingin mengabari bahwa ia akan menginap satu malam di rumah orang tuanya, ibunya menahan Satria untuk tetap di rumah karena nanti malam rencananya mereka akan berkunjung ke keluarga pak Sigit atasan ayahnya.
ketika cinta menemui batas maka cerita indahnya akan berakhir hanya kedukaan dan luka yang tertinggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments