Gadisha terkejut ketika ia membuka pagar sesosok laki-laki tampan yang menjadi tetangga barunya berdiri di balik pagar.
"Hai selamat malam..aku ganggu nggak?" sapa orang dibalik pagar.
"Kenalkan aku Bastian Agung Prabawa..tetangga baru" sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
Gadisha terdiam sesaat sambil melongo seakan tidak percaya.
"Haloo..koq bengong kaget yaa?"suara Bastian membangunkan diamnya Gadisha.
"Oh ya yaa..maaf saya kaget kirain pak Min yang datang..ada apa ya?" Gadisha tetap waspada bagaimana pun juga ia baru bertemu orang asing dan lagi pula ia sendirian di rumah.
"Aku ingin kenalan..wajarkan sesama tetangga saling kenal, tadi aku sudah sebutkan nama.. Bastian Agung Prabawa" sambil mengulurkan tangannya lagi.
"Oh..saya Gadisha Alexandrina" jawab Gadisha sambil membalas jabatan tangan Bastian.
"Boleh kita ngobrol sebentar..hanya supaya kita kenal saja itupun kalau tidak mengganggu kamu" pinta Bastian
"Hmm..bisa sih tapi maaf mungkin saya ganti baju dulu..silahkan duduk dulu" Gadisha mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu tapi tetap membuka pintunya, lalu ia masuk ke kamar untuk berganti baju Karena tidak sopan rasanya kalau hanya memakai baju tidur.
"Ok silahkan..santai aja aku tunggu" jawab Bastian.
Gadisha masuk untuk berganti baju, ia masih tidak percaya laki-laki yang kemarin dilihatnya memakai jas putih ada di hadapan. Tidak ingin membuat tamunya menunggu lama ia segera menyelesaikan merapikan diri.
"Maaf menunggu lama..mau minum apa?" tawar Gadisha pada Bastian yang duduk di kursi tamu.
"Air putih saja cukup" jawab Bastian tidak ingin merepotkan sang empunya rumah.
"baiklah tunggu sebentar"
Bastian melihat Gadisha masuk ke dalam ruang keluarga, ia tersenyum tipis "cantik, menawan dan tutur katanya pun halus" berkata dalam hatinya.
Tidak lama Gadisha keluar dengan membawa sebotol air mineral dingin dan setoples stik keju.
"Waoow..perempuan sepertimu tidak diet?" tanya Bastian
"Maksudnya?" tanya Gadisha heran.
"Biasanya kalau perempuan akan memilah camilan yang dimakan, pahamlah berhubungan dengan berat badan." jawab Bastian
"Ooh..saya tetap makan tapi tidak terlalu banyak, jadi masih bisa makan apa saja asal semuanya terukur"balas Gadisha menjelaskan.
"excacly..cerdas sekali..aku suka pemikiran seperti itu" jawab Bastian.
"Kamu di sini sendiri?" sambung bastian
Gadisha mengangguk dan tersenyum.
"Orang tuamu?"
"Sudah tidak ada" jawab Gadisha.
"Maksudnya sudah meninggal? tanya Bastian
Gadisha mengangguk lagi
"both?" tanya Bastian sambil melihatkan dua jarinya.
Gadisha mengangguk sambil melipat bibirnya.
"Ooh sorry..maaf bukan maksudku membuatmu sedih..aku turut berduka" Bastian terlihat menyesal sudah membahas itu.
"Tidak apa..its ok saya sedang berusaha untuk ikhlas..mungkin sudah takdirnya" jawab Gadisha datar
Suasana jadi hening tidak ada yang membuka pembicaraan lagi, sampai Gadisha akhirnya merasa tidak enak.
"Silahkan diminum mas walau cuma air putih, apa mau kopi?" tawar Gadisha.
"hmm tidak usah Sha ini sudah cukup"
Gadisha merasa ada yang aneh ketika Bastian memanggilnya Sha, selama ini tidak ada yang memanggil dengan nama itu.
"Aku kesini niatku ingin mengenal tetangga, selama ini aku tinggal di apartemen tapi karena orang tuaku akan pindah ke kota ini maka aku diminta untuk tinggal di rumah yang baru dibelinya mungkin bulan depan orang tuaku akan datang setelah papa pensiun"
Gadisha terdiam
"Dulu mama papa juga ingin tinggal di sini ketika mereka telah pensiun, tapi takdir berkata lain" ujar Gadisha sambil melihat ke arah bingkai foto besar yang menempel di dinding. Seketika Bastian mengikuti arah pandangan Gadisha dan menatap foto keluarga Gadisha.
"Kamu dua bersaudara?" tanya Bastian
"Ya "jawab Gadisha singkat
"Kakak tidak tinggal di sini?" tanya Bastian lagi
"Tidak..Aa di Jakarta"
Bastian manggut-manggut.
"oh ya Sha kamu kerja dimana? sepertinya kemarin arah kita hampir sama"
"Aku ngajar sebagai asdos di FEB UGAMA" jawab Gadisha.
"Waah dosennya cantik begini bisa jadi rebutan mahasiswa nih" Bastian menggoda sambil terkekeh.
"Mana ada yang mau sama perempuan yang lebih tua mas..mereka aja manggilnya ibu" jawab Gadisha.
"itukan hanya formalitas di dalam lingkungan kampus,. aku yakin pasti ada mahasiswa yang suka sama kamu" ujar bastian yakin.
"Ya suka tapi mungkin hanya sebatas karena cara saya mengajar atau karena mata kuliah yang saya pegang saat ini, seperti kita dulu suka dengan guru bahasa atau guru seni, tapi pasti nggak suka dengan guru matematika atau guru kimia..jadi nilainya subyektif"
"Selama jadi dosen belum ada tuh yang menyatakan cinta sama saya" ujar Gadisha lagi sambil tertawa.
"Terus siapa dong yang sudah mengucapkan cinta..pak dosen juga?" selidik Bastian
"kepo..rahasia!!"
"hahahaha.." Bastian tertawa lebar
"Mas Bastian kerja dimana?" tanya Gadisha pura-pura tidak tahu
"Di depan kampus kamu" jawab Bastian
"Emang dimana?"
"Rumkit di depan kampus kamu"
"Mas Bastian Dokter?" tanya Gadisha
Bastian mengangguk.
"Bisa dong kalau berobat gratis hehehe" Gadisha tertawa ringan.
"My pleasure..tapi kalau mau dibedah yaa.."
"Wahh nggak jadi deh walau gratis juga..mending nggak usah aja" jawab Gadisha
Bastian tertawa lebar
Gadisha manggut-manggut, "Jadi mas Bastian Spesialis bedah?" tanya Gadisha
"Yap betul" jawab Bastian
"Oh ya sudah lebih dari jam tujuh Sha saatnya makan malam, tentu kamu belum makankan? apa kamu mau makan malam bersamaku ? kita makan di luar atau bisa pesan antar" Bastian menawarkan pilihan.
"Tak baik makan terlalu malam" ia menambahkan.
"terima kasih sudah diingatkan pak dokter" Gadisha tersenyum lalu pamit hendak ke ruang makan, tak lama ia kembali lagi ke ruang tamu.
"hemm..mbok Jum sudah masak, kalau mas Bastian berkenan bisa makan di sini saja.. kebetulan mbok masak rawon, mas bisa makan rawon?" tanya Gadisha.
"Waah itu sih makanan kesukaan saya..mama sering membuat di rumah maklum mama berasal dari Jawa timur"
"Baiklah silahkan" Gadisha mempersilahkan Bastian pindah ke ruang makan, di meja makan sudah terhidang rawon, telor asin dan sambal terasi tidak lupa kerupuk udang.
Gadisha menyodorkan mangkuk nasi untuk Bastian mengambil nasinya.
"Kamu bisa ambilkan nasi untuk aku?" pinta Bastian sambil memandang Gadisha.
Gadisha mengambil piring yang di sodorkan Bastian.
"Cukup segini?" tanya Gadisha
"Ya cukup..terima kasih" Bastian mengangguk.
Mereka mulai makan tidak ada pembicaraan di awal kegiatan makan malam.
"Aku jadi nggak enak Sha malah di suguhi makan enak gini" Bastian membuka perbincangan setelah piringnya hampir kosong, "masakan mbok Jum nggak kalah sama masakan mama yang asli Jawa timur" ujar Bastian memuji rawon mbok Jum.
"hmm...tapi tentunya masakan mama kitalah yang paling juara" timpal Gadisha, wajahnya seketika berubah sendu seakan kerinduan pada sang mama terangkat kembali.
"Maaf aku jadi sentimentil hehehe" Gadisha merasa tak enak hati.
"nggak apa-apa Sha itu wajar..kamu bisa cerita apa aja sama aku..kamu bisa koq mengandalkan aku anything anytime" Bastian menatap Gadisha dalam.
"terima kasih" Gadisha tersenyum
"Sudah selesai makannya Mas? tidak mau nambah?" tawar Gadisha lagi.
"Cukup Sha terima kasih..nanti kalau saya habiskan bisa di anggap tamu tak diundang yang tau diri lagi" jawab Bastian sambil terkekeh
"Ya tinggal aku kirim aja bill nya" jawab Gadisha sambil mendelik
Bastian terkekeh-kekeh
"Terima kasih Sha malam ini perkenalan kita menyenangkan..kamu orang yang humble semoga kita bisa berteman ya atau mungkin bisa lebih dari teman" Bastian tersenyum menggoda
Gadisha hanya menyerngitkan alisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments