Tiga Jam dari waktu yang telah disepakati untuk bertemu, Satria dengan semangat 45 sudah bersiap di atas motornya. Hari Minggu yang berbeda dari biasanya, biasanya ia selalu standby di asrama atau di kantor tapi kali ini berbeda ada rasa yang tidak bisa dideskripsikan. Ini memang rasa yang nano-nano, Satria bukan tidak pernah suka dengan perempuan tapi menghadapi Gadisha seperti memiliki tantangan tersendiri dan debar yang berbeda. Sejak bertemu di alun-alun Satria sudah terpesona dengan paras Gadisha, apalagi setelah berbincang ia bisa menilai seperti apa Gadisha.
Setelah menstater motornya Satria melajukan motornya ke arah Utara kota, mall yang di kunjungi merupakan salah satu mall terbesar dan termewah di kotanya. Gadisha memberitahu nama salon yang ia akan kunjungi supaya Satria tidak sulit mencarinya, waktu treatment sekitar 2 jam sehingga Satria tidak terlalu lama menunggu.
Gadisha telah selesai melakukan berbagai treatment, rasanya wajah dan tubuhnya terasa segar dan bugar. Ia memang jarang mendatangi salon paling tiga bulan sekali sekalian merapikan rambutnya atau pada saat waktu luang, Gadisha bukan type perempuan yang harus tampil berlebihan, tapi dengan tampil natural ia merasa sudah cukup percaya diri.
Pol Satria : 'aku sudah di TKP , kamu sudah selesai? aku tidak melihatmu?'
Pesan chat dari Satria masuk ke ponsel Gadisha.
Saat ini Gadisha masih di toilet ia segera keluar setelah membaca pesan dari Satria, dari kejauhan ia melihat Satria berdiri di depan salon sambil tertunduk melihat ponselnya.
'eheemm..' Gadisha pura-pura berdehem di sebelah Satria
'Laah kirain kamu masih di dalam ?' tanya Satria
'Aku sudah selesai, tadi ke toilet dulu di sana' jawab Gadisha
Satria memandang Gadisha bibirnya melengkung tersenyum, tak sadar tangannya ingin mengelus rambut di pelipis Gadisha. Gerakan reflek tapi kemudian bisa ia kendalikan, tangannya turun ke lengan Gadisha mengajak segera untuk melangkah dari tempat itu.
'Ayo kita mau kemana? apa kita makan siang dulu? waktu makan siang sudah hampir lewat' ujar Satria melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan hampir jam 2 siang.
'Boleh aja..kita mau makan dimana?' tanya Gadisha
'Kamu mau makan apa? apa ada yang sedang ingin kamu makan? ' sambil melirik ke arah Gadisha.
'Apa aja boleh, aku nggak pemilih makanan asal enak dan halal hehe ' Gadisha tersenyum
'Makanan Jepang, Korea atau tradisional Indonesia?' Satria memberi pilihan.
'Bagaimana kalau ramen sepertinya enak di siang begini atau mas mau makanan Indonesia? ada sop buntut atau Soto Betawi di sana' ujar Gadisha sambil menunjuk-nunjuk gerai makanan.
'Aku ikut kamu saja kalau kamu ingin ramen, sesekali makan yang ala-ala Korea tidak apa-apa siapa tau ketularan jadi oppa' ucap Satria sambil tersenyum lebar
'Baiklah ayo kita kesana' Gadisha melangkah ke arah gerai ramen, sementara Satria mengiringi langkahnya
Pengunjung terlihat masih ramai walaupun jam makan siang sudah lewat, hari minggu memang dipergunakan untuk acara keluarga atau pasangan yang sedang mengisi waktu berdua. Mereka duduk di ujung ruangan setelah mendapat arahan dari pelayan karena hampir semua meja terisi.
'Kamu pesan apa?' Satria bertanya sambil membuka buku menu
'Aku mau beef curry ramen minumnya lemon tea' Jawab Gadisha
Satria memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya, setelah pelayan pergi tiba-tiba saja Gadisha berucap.
'Hemm maaf sebelumnya bukan maksudku untuk menyinggung mas tapi ini ajaran mama papaku, kita belum ada ikatan apapun hanya teman apalagi kita baru kenalan. Jadi pada saat kita makan seperti ini aku mohon kita bayar masing-masing' ujar Gadisha
Satria melongo mendengar ucapan Gadisha, ia tak menyangka akan menemukan perempuan seperti ini.
'Aku mohon mas mengerti dan tidak salah paham, aku tidak boleh menjadi beban siapa pun' ujar Gadisha lagi
'Tapi Dis..hmmm begini saja aku paham dan menghargai prinsipmu tapi kali ini ijinkan aku traktir kamu, aku tidak merasa terbebani kapan-kapan gantian kamu yang traktir aku' Tolak Satria.
' Nggak mas ..kalau mau traktir tentunya harus ada moment jadi bisa lain kali saja, jadi nanti biayanya kita bagi dua ya..pleasee!!' Gadisha meyakinkan kembali prinsipnya.
Satria merasa ini baru pertama kali terjadi dalam hidupnya, bukan karena ia merasa di rendahkan atau tidak dihargai tapi ia merasa perjuangannya akan semakin berat untuk meraih hati Gadisha.
Ok lupakan soal pembayaran mari kita berjuang mengikuti aliran air yang deras, siapa yang akhirnya akan mengalahkan aliran deras itu katanya dalam hati Satria.
Akhirnya pembahasan soal bill dianggap selesai, Satria bisa menerima alasan Gadisha walau agak sedikit tidak puas. Mereka makan sambil berbincang santai, bertukar cerita dari masa ke masa saat mereka kecil sampai sekarang. Satria akhirnya tau kalau Gadisha sudah yatim piatu, hidup di kota ini sendirian dan sedang berjuang untuk bertahan hidup. Walaupun bukan soal materi yang jadi masalahnya, tapi berjuang untuk meraih masa depan tanpa kehadiran orang tua tetaplah bukan hal yang mudah.
Satria bertekad akan melindungi dan mendampingi Gadisha terlepas dari rasa suka atau cinta yang ia rasakan.
'Kamu bisa mengandalkan mas Dis, mas akan ada di sampingmu apapun itu jangan sungkan. Kapan pun kamu membutuhkan mas, mas akan ada untuk kamu' Satria berucap dengan lembut
'Mas pun di kota ini sendiri walaupun orang tua mas masih lengkap, tuntutan karierlah yang mengharuskan kami berjauhan. kita bisa saling berpegangan agar tidak jatuh, ingat masih ada mas Dis' Satria meyakinkan ucapannya lagi.
'Terima kasih mas, aku bersyukur dipertemukan dengan orang baik seperti mas Satria' Gadisha menatap Satria, ada kelegaan ia bisa bertemu laki - laki ini. Setidaknya ia tidak akan merasa gamang tinggal sendiri di kampung orang, ada sosok pelindung yang akan selalu menemani.
Satria belum bisa mengungkapkan isi hati yang sebenarnya bahwa ia mulai sayang pada Gadisha, mungkin ini terlalu cepat untuk diungkapkan tapi ia berjanji akan melindungi dan mendampingi Gadisha. Satria menatap lekat Gadisha yang sedang menunduk menjawab chat masuk dari Ganesha, bulu mata lentiknya bergerak-gerak lucu membuat Satria tersenyum. 'Mungkinkah kita akan selalu bersama Dis..atau apakah aku akan kalah mengalah pada takdir' kalimat yang hanya bisa ia katakan dalam hatinya.
Satria selalu mengingat ucapan ibunya kalau ia akan di jodohkan dengan anak dari teman ayahnya, tapi Satria berharap kekuatan takdir berpihak pada cintanya.
'Tadi mas bilang mau beli sesuatu? ' tanya Gadisha membuyarkan lamunan Satria.
'Iya mas harus beli kado ulang tahun untuk anak atasan mas, kamu ada rencana beli sesuatu?' Tanya Satria
'Tidak ada, mau beli kado apa? anaknya umur berapa?' tanya balas Gadisha.
'Menurutmu apa yang cocok untuk anak perempuan usia 6 tahun?' Tanya balik Satria meminta pendapat Gadisha.
'Mungkin cocok alat sekolah, atau alat gambar untuk seusia itu' Saran Gadisha
'Ayo kita cari' Ajak Satria sambil berdiri dari duduknya.
Mereka keluar dari restoran untuk mencari kado, berkeliling mencari kado yang cocok untuk anak komandannya.
Tak terasa hari beranjak sore, Gadisha melihat jam tangannya waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sepertinya ia harus pulang. Satria yang melihat Gadisha sudah melihat jam paham akan waktu yang mengharuskan segera pulang.
'Sudah mau pulang Dis?' tanya Satria
'Iya mas sudah hampir magrib' jawab Gadisha
'Aku antar ya sekalian biar tau rumahmu dimana, kapan-kapan bolehkan aku ajak kamu jalan lagi atau mampir ke rumah?' ujar Satria sambil menatap Gadisha
Gadisha hanya mengangguk.
Tidak ada salahnya ia berteman dan membuka diri untuk bergaul dengan orang lain, toh ia tidak akan bisa hidup sendiri di dunia ini.
Mereka berdua segera berjalan ke tempat parkiran motor.
'Dis tak apa ya hanya pake motor, aku belum bisa beli mobil sendiri' ujar Satria sambil menyerahkan helm.
Gadisha mengerutkan keningnya.
'Memang kenapa mas kalau pakai motor ? aku nggak masalah mau naik apa juga malah kadang aku bisa naik bis umum' Jawab Gadisha.
'Kamu emang luar biasa Dis..kriteria istri idaman ini' Satria tertawa
Gadisha hanya manyun sambil memukul lengan Satria.
'Ayo mas sudah hampir magrib ini' Ajak Gadisha agar segera keluar dari area mall.
'oke-oke cah ayu' Satria segera menjalankan motornya.
Senja datang membawa ketenangan
Malam selalu dinanti walau tampak gelap
Bintang berkedip mengajak bermesra
Menggoda hati yang terpanah Asmara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments