Tiga hari berlalu sejak pertemuan di mall, hari ini Gadisha ada panggilan test untuk calon Asisten Dosen di salah satu perguruan tinggi terkemuka. Kemarin Gadisha mendapat kabar bahwa ia lulus seleksi administrasi untuk calon asisten dosen , selanjutnya serangkaian test akan di mulai.
Hari ini dimulai dari test psikotes, micro teaching dan interview. Gadisha meyakinkan diri bahwa ia bisa, menyemangati diri sendiri agar bisa melalui proses ini. Gadisha tidak pernah bercerita pada Satria bahwa ia akan mengikuti test ini, ia hanya bercerita pada Ganesha kakak satu-satunya sebagai pengganti orang tua.
Dengan mengendarai mobil yang sudah dikirim Ganesha dari Bandung, Ganisha berangkat menuju kampus tempat testnya.
Memasuki kampus yang luas dan besar ini hatinya berdebar, berdoa dalam hati semoga hari ini menjadi hari keberuntungannya. Menjadi dosen adalah cita-citanya sejak ia dibuat kagum pada sosok dosen di kampusnya dulu, sosok cerdas yang akan menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa ketika mengajar.
Setelah melalui test psikotes, saat ini Gadisha memasuki test micro teaching dihadapannya telah duduk tiga orang dosen senior yang berpura-pura menjadi mahasiswanya. Bukan hal yang sulit bagi Gadisha untuk berbicara di depan banyak orang, pengalaman berorganisasi telah menempa Gadisha untuk menguasai teknik publik speaking. Sang penguji membebaskan Gadisha untuk memilih tema yang akan dibahas, tentu saja ini menguntungkan bagi Gadisha.
Setelah test micro teaching selesai Gadisha berpikir seperti tidak asing dengan salah satu dosen pengujinya, dosen muda yang kharismatik dan lumayan aktif bertanya.
'Gadisha kamu masih ingat saya?' tanya dosen muda itu setelah micro teaching selesai.
'Eehh ya pak..saya ingat ternyata bapak yang ketemu di kereta api dari Bandung itu ya? Masha Allah pak Ardi koq bisa ketemu di sini' Gadisha menangkup tangannya di dada sebagai tanda hormat.
'Waah ingatanmu bagus rupanya,' jawab Lazuardi
'Semoga kamu lulus ya dan bisa jadi asisten saya' ujar Ardi memberi harapan.
'Aamiin Ya Allah..semoga ya pak, bantu saya pak' Gadisha tersenyum sumringah.
'Ya sudah kamu tunggu test berikutnya tinggal interviewkan?'
'Ya pak..ini test maraton hehehe' Jawab Gadisha
Lazuardi hanya mengangkat jempolnya dan masuk kembali ke ruang micro teaching untuk menguji calon asisten dosen lainnya.
Serangkaian test sudah dilewati, hasilnya akan di email seminggu lagi. Hari sudah beranjak sore ketika Gadisha keluar dari area kampus, lalu lintas terlihat semakin padat di berbagai jalur. Lembayung di ufuk barat membuat langit terlihat menyala, ia melihat jam di dashboard mobilnya berpikir untuk makan di sore hari akan lebih baik pikirnya. Sebelum mencari makan Ia berniat mengisi bahan bakar, ketika melihat logo SPBU ia membelokkan stirnya untuk ikut mengantri.
***
Sudah tiga hari sejak kebersamaan di mall Satria tidak bertemu dengan Gadisha, hanya bertukar kabar dari chat atau telepon. Kesibukannya tiga hari ini sangat menyita waktu Satria, menggantikan tugas sementara saat kapolsek sedang melakukan pendidikan dan latihan.
Satria duduk di sisi kiri ketika mobil dinas yang dikendarai bawahannya masuk ke sebuah SPBU, matanya lurus ke depan melihat antrian mobil bergantian mengisi bahan bakar. Keningnya berkerut saat matanya melihat mobil Ma*da CX5 Warna merah sedang mengisi bahan bakar, antriannya terhalang dua mobil di depannya.
Matanya melebar saat sadar seorang wanita sedang menggesek kartu pembayaran dengan dibantu petugas, setelah selesai wanita itu masuk ke pintu kanan pengemudi.
'Koq mirip Gadisha sih' katanya dalam hati, Satria mendekat ke arah kaca depan. 'iya betul itu Gadisha' yakinnya
'Gus ra sido isi bensin ayo metu seko kene, buntuti mobil abang kae' ujar Satria sambil menunjuk mobil Gadisha.
(Gus nggak jadi isi bensin ayo keluar dari sini ikuti mobil merah itu).
Bagus melongo 'nopo Dan ana masalah opo?'
(kenapa Dan ada masalah apa?)
'ra ra pokoke Kowe buntuti terus' Satria memberi perintah pada Bagus.
(nggak-nggak pokoknya kamu ikuti terus)
Tanpa banyak bertanya lagi bagus keluar dari antrian, dan berusaha mengejar mobil merah yang terhitung mewah itu.
'deketin Gus..salip Gus' ketika mobil Gadisha melambat karena antrian lampu merah.
'Kamu langsung ke kantor aja kembalikan mobil setelah itu kamu boleh pulang Gus, aku turun di sini' perintah Satria sambil membuka pintu mobil hendak turun.
'Siap Dan' Bagus menyahuti perintah Satria.
Satria bergegas turun sebelum lampu berubah hijau, Ia berlari kecil melewati beberapa mobil di depannya.
Tok ..tok..tok
Satria mengetuk kaca mobil sebelah kiri.
'Dis buka pintunya!' teriak Satria
Gadisha terkaget ketika ada yang mengetuk kaca mobilnya, Ia menoleh dan melotot.
'hah..Mas Satria' gumannya sambil membuka central lock.
Satria langsung membuka pintu setelah terdengar bunyi klik pertanda kunci telah dibuka, ia langsung duduk di kursi sebelah pengemudi.
'Alhamdulillah ternyata benar kamu Dis kirain aku salah orang tadi' ujar Satria sambil bernapas lega karena orang yang di temuinya benar Gadisha.
'Tiga hari nggak ketemu kayaknya banyak yang aku nggak tau Dis' Satria sedikit menyindir, padahal selama ini mereka selalu berkabar via telepon tapi Gadisha tidak pernah membicarakan soal hal-hal yang baru diketahui Satria.
'Memang apa yang harus aku ceritakan lagi? kan mas sudah tau kalo aku ada interview pekerjaan hari ini' Jawab Gadisha sambil melihat lurus kedepan.
'Mobil ini?' Selidik Satria, Satria tak menyangka kalau selama ini Gadisha punya mobil padahal yang ia tau Gadisha sering naik ojeg online atau bis trans.
'Ooh ini baru kemarin sore sampai Yogya, A Ganes yang berinisiatif mengirimkan supaya aku gampang kemana-mana. Daripada di Bandung parkir di garasi mending dipakai katanya, ini mobil alm.papa' Gadisha menjelaskan pada Satria.
Satria manggut-manggut mengerti.
'Ooh begitu ..aku tenang dengarnya, aku kira ada direktur mana yang kasih kamu' Ujar Satria
'ishh koq mas jahat sih punya pikiran begitu, emang aku cewe apaan' Gadisha melengos agak emosi.
'Sorry-sorry Dis..aku hanya bercanda, jangan tersinggung aku hanya takut...' perkataan Satria tertahan
Gadisha cemberut.
'Dis maafkan mas ya..beneran mas nggak ada maksud apa-apa' Satria mencoba merayu Gadisha
'Jangan berpikiran yang aneh-aneh mas, aku nggak suka' ketus Gadisha.
'Mas mau kemana biar aku antar sebelum pulang?'
'Nggak usah antar mas tapi kalau bisa kita makan malam dulu ya..tapi kali ini mas yang traktir sebagai permohonan maaf mas' Satria merasa bersalah sudah menuduh yang tidak-tidak.
Gadisha melipat bibirnya sambil berpikir apa sebaiknya ia turuti kemauan Satria.
Satria terus menatap ke Gadisha dari pinggir, perempuan ini sedang emosi karena perkataannya tadi. Mungkin rasa lelah dan lapar sehingga membuat emosi mereka mudah Terpancing.
'Mau makan dimana?'tiba-tiba Gadisha bersuara.
Satria tersenyum 'Terserah kamu mau makan apa mas manut?
'Bakso mau..aku kayaknya pengen yang panas dan pedes' sahut Gadisha
'Ok nggak masalah kamu tau tempat bakso yang enak' tanya Satria
Gadisha mengganguk, tentu saja ia tau makanan enak di Yogya. Kota ini tidak asing buatnya selain memang sering mencoba-coba ia juga sering melihat foodvloger mereview kuliner Yogya.
Keheningan mewarnai perjalanan menuju gerai bakso, hanya suara penyiar radio yang mengisi kebisingan di dalam mobil.
Rasa canggung di dalam mobil membuat Satria makin merasa bersalah, ia harus meluruskan dan membuat pengakuan malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments