*Bab 14

"Itu bukan salah kamu, kak. Itu karena takdir yang memilih semua itu terjadi. Jadi, kamu tidak harus menyalahkan dirimu seperti itu."

"Takdir itu tidak akan terjadi jika aku tidak membawa mobilnya pagi itu, Sha. Dan, aku yakin kalau dia juga pasti masih hidup saat ini. Jika aku tidak setuju untuk membawa mobilnya."

"Kak .... "

"Mysha. Aku tidak tahu caranya untuk mengembalikan semua yang telah terjadi. Tapi, aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi. Itu kenapa aku tidak akan pernah mengemudi mobil lagi seumur hidupku. Trauma itu sungguh nyata. Dan tidak pernah bisa aku hilangkan."

"Kak Kiyan. Aku tidak akan minta kamu buat mengemudi lagi. Kamu tidak perlu cemas, kak. Karena setelah ini, juga akan aku pastikan, trauma yang kamu alami tidak akan pernah kambuh lagi."

Mysha kini menyentuh kedua tangan Kiyan dengan tangannya. Kelembutan itu seketika membuat Kiyan sadar akan di mana dia saat ini.

Saat itu pula, pintu ruangan tersebut terbuka. Papa dan mama Mysha muncul dari balik pintu tersebut dengan kantong plastik merah di tangan papanya.

"Kalian sedang ngobrol soal apa? Apa kami datang di saat yang tidak tepat?" tanya mama Mysha sambil melirik suaminya.

Seketika, Mysha langsung melepaskan tangan Kiyan.

"Eh, nggak ada, Ma. Nggak ngobrol soal apa-apa kok."

"Mm ... mama pikir, kalian ngobrol hal yang .... "

Mama Mysha menggantungkan kalimatnya. Hal itu membuat Mysha merasa kesal karena godaan dari sang mama.

"Mama ngomong apa sih? Jangan ngomong yang nggak-nggak deh."

"Tante bisa aja. Aku dan Mysha cuma bahas sesuatu yang terjadi di masa lalu aja kok. Gak ada hal serius," ucap Kiyan menolong Mysha.

"Oh, benarkah? Kok gak nungguin kami saat bahas nya. Tante juga ingin ikut ngebahas soal masa lalu lho."

"Mama ... kok malah ingin ikut sih? Kita itu gak selevel sama mereka tahu gak? Mereka dan kita itu beda jauh. Ibarat kata, mereka masih anak bawang. Sedangkan kita ini, pohon ara yang rindang. Dan, bentar lagi akan tumbang."

"Ih, tumbang papa bilang? Itu papa aja kali. Aku nggak. Aku akan tetap jadi pohon ara yang kokoh dan tetap bertahan walau badai datang."

"Oh ya Tuhan ... kok malah jadi bahas soal pohon ara sih mama sama papa? Kalian ini yah .... " Mysha berucap sambil menggelengkan kepalanya.

Mama dan papa Mysha malah tersenyum sambil saling pandang satu sama lain. Namun, itu tidak berlalu lama. Karena detik berikutnya, mereka ingat dengan tujuan ke datangan mereka ke ruangan Kiyan sekarang.

"Mm ... udah ah, gak usah bahas soal yang tidak terlalu penting dulu. Ini nih, mama bawakan makanan buat kalian berdua. Kalian pasti lapar setelah pulang kerja, kan?" Mama Mysha berucap sambil menyerahkan kantong yang sedari tadi dia jinjing.

"Oh iya, Ma. Aku kebetulan emang sedang lapar. Mm ... dan ... kak Kiyan kebetulan emang belum makan dari tadi siang."

"Hah? Yang benar kamu, Nak? Kiyan, kenapa kamu gak makan, Sayang? Jangan buat tante sama om kamu dituduh gak bisa rawat kamu dengan baik lho, Iyan."

"Tunggu! Kamu belum makan, Kiyan? Jangan-jangan karena itu kamu pingsan tadi. Kamu pingsan karena kelaparan. Ah, ya ampun. Bagaimana kalau Damar dan Siska tahu, Ma? Bisa kesal mereka sama kita," ucap papa Mysha sedikit panik.

"Eh, nggak-nggak. Nggak kok tante, Om. Bukan karena lapar kok. Iya, he,eh. Aku pingsan bukan karena kelaparan. Tapi ... karena .... "

Kiyan tidak ingin mengatakan apa penyebab sebenarnya. Hanya saja, tatapan kedua orang tua itu seakan ingin sekali tahu apa sebab lain dari pingsannya Kiyan tadi.

Mysha melihat wajah Kiyan. Dia sadar kalau Kiyan ingin membuat kesalahpahaman itu terselesaikan. Hanya saja, Kiyan juga sepertinya sangat enggan untuk mengatakan alasan sebenarnya dari pingsannya dia tadi. Karena itu, Mysha berniat membantu.

"Ma, Pa. Nggak usah di bahas lagi soal alasan kak Kiyan pingsan tadi yah. Sekarang, biarkan kak Kiyan makan dulu. Dia mungkin emang sedang lapar. Tapi bukan karena kelaparan dia pingsan. Tapi ... jika sekarang ini dia masih gak makan juga, maka aku akan pastikan, dia pasti akan pingsan lagi karena dia memang kelaparan."

"Ya Tuhan, Sha. Kamu ini kalo bicara ya, Nak. Gak mikir-mikir dulu. Jangan bikin Kiyan kelaparan. Sekarang, bantuin dia buat makan."

"Aku bisa makan sendiri kok, Tante. Aku nggak sakit kok. Masih kuat untuk makan sendiri."

"Gak papa, Kak. Biar aku suapin kamu sekarang. Tangan kiri mu sedang terpasang selang infus, bukan? Jadi, biar aku yang suapin kamu."

"Tapi, Sha .... Aku makan tidak dengan tangan kiri, kan? Aku makan dengan tangan kanan kok."

"Aku tahu. Tapi ... ah, berlakulah seperti orang yang benar-benar berada di rumah sakit karena sakit, kak. Anggap saja sebagai permintaan maaf ku padamu. Jangan banyak komplain. Bisa?"

Kiyan terdiam. Sementara Mysha sibuk dengan kegiatannya membuka makan untuk menyuapi Kiyan. Perlahan tapi pasti, mata Kiyan tidak bisa mengubah pandangannya dari perempuan cantik yang ada di hadapannya saat ini.

Kiyan menatap Mysha dengan tatapan lekat penuh arti. Meski Mysha tidak menyadari hal itu, tapi kedua orang tua Mysha sangat memahami arti dari tatapan Kiyan pada anak mereka. Dan sayangnya, Kiyan melupakan keberadaan kedua orang tua yang sekarang sedang memperhatikan mereka.

Mysha pun memberikan satu persatu suapan makanan ke mulut Kiyan. Laki-laki itu tetap memperhatikan wajah adik sepupunya saat Mysha tidak melihat ke arahnya.

Sementara itu, di sisi lain. Tepatnya di kediaman Unna. Unna yang baru saja pulang langsung mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya di ruang keluarga.

"Unna kok makin hari makin dekat aja dengan Geza, Pa. Mobil dia udah bagus, kenapa masih pulang dan pergi dengan Geza sih?"

"Biarkanlah, Ma. Dia dekat juga apa salahnya? Lagian, terus kita mau apa jika mereka dekat?

"Kok kamu ngomongnya enteng gitu? Dia gak bisa terlalu dekat dengan Geza, Pa. Kamu gak takut kalau anak kamu akan jatuh cinta dengan Geza?"

"Ma .... "

"Jangan lupa, Pa. Perjodohan antara Geza dan Mysha itu sudah diputuskan sejak bayi. Jadi, anak kita akan sangat terluka jika dia dan Geza sudah saling cinta."

Bak petir di siang bolong. Unna yang mendengarkan kata-kata itu langsung jatuh terduduk dengan tubuh yang bersandar di tembok pembatas ruangan.

Dunianya terasa hancur seketika. Air mata tidak bisa dia bendung lagi. Jatuh berderai dengan cepat melintasi kedua pipinya.

Terpopuler

Comments

Widia Aja

Widia Aja

Jéng jéééng......

2023-01-16

0

Haslinda

Haslinda

moga aja perasaan aku benar klw sbenarnya mysha ama kiyan yg berjodoh dr karakter yg aku baca cocok sih mereka berdua

2022-11-21

2

Aliyah

Aliyah

buat Geza menyesal thuor telah menolak mysha

bikin mysha bahagia sama kiyan

2022-11-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!