*Bab 17

Sementara itu, mama Geza yang sedang menanti kepulangan anaknya semakin di landa kekhawatiran. Jam sudah menunjukkan pukul 23:50 malam. Sepuluh menit lagi, sepuluh menit lagi akan berada di tengah malam tepat. Tapi Geza masih juga belum pulang.

"Geza masih belum pulang juga, Ma?" tanya Dirly.

"Belum, Pa. Anak itu entah ke mana dan entah sedang apa. Sampai jam segini juga masih belum pulang. Mama jadi sangat cemas sekarang, Pa."

"Mama tenang aja. Dia pasti sedang baik-baik saja, Ma. Mungkin, dia sedang sibuk ngumpul dengan teman-temannya."

"Sejak kapan Geza suka ngumpul dengan teman-temannya, Pa. Dia itu anak yang tidak suka hura-hura. Ingat itu lho, Pa."

"Iya, papa tahu, Ma. Ya sudah, mama istirahat sekarang ya. Urusan Geza biar papa yang tangani. Papa sudah minta Dedy buat cari tahu di mana Geza kok. Jadi, mama tidak perlu cemas."

Sementara itu, Dedy yang Dirly percayai untuk mencari tahu di mana Geza sudah tahu di mana Geza berada. Hanya saja, dia tidak ingin mengatakan pada Dirly tentang keberadaan Geza saat ini. Karena Geza sedang bersama dengan Unna anaknya.

Dedy yang mendukung penuh hubungan Unna dan Geza, tentu tidak akan merusak kebersamaan anaknya dengan Geza. Meski hubungan keduanya salah, tapi Dedy tetap kokoh untuk membela.

...

Dua minggu berlalu setelah kejadian itu. Hubungan Unna dan Mysha mendadak merenggang, sama seperti hubungan Geza dengan Mysha waktu itu.

Dua sepupu yang dulunya sangat dengan, kini malah berubah dan menjauh tanpa Mysha tahu apa sebabnya. Mysha sudah berusaha mencari tahu. Namun sayangnya, dua manusia itu seperti tidak pernah menganggap dirinya ada dengan tiba-tiba tanpa meninggalkan sedikitpun bukti kesalahan yang dia perbuat.

Seperti saat ini. Setelah mereka tiba di kantor, Kiyan langsung pergi menuju kamar mandi, sementara Mysha terdiam di depan pintu ruangan Geza dan Unna.

Mysha berniat kembali bicara dengan Unna dan Geza. Dia ingin keduanya berterus terang dengan apa yang sedang terjadi sampai keduanya mendadak menjauh dari dirinya.

Setelah menunggu hampir lima belas menit, akhirnya Unna muncul. Mysha langsung menghampiri Unna dengan cepat.

"Kak Unna. Aku ingin bicara dengan kamu, Kak."

"Aku gak bisa, Sha. Aku sangat sibuk sekarang."

"Aku gak akan lama, kak. Cuma lima menit saja. Lima menit gak akan menyita waktu kamu, bukan?"

"Lima menit itu juga waktu, Sha. Aku tidak bisa. Permisi. Jangan halangi langkahku." Unna langsung meninggalkan Mysha meski Mysha berusaha mencegahnya.

"Kak! Kak Unna. Buka pintunya, kak! Aku ingin masuk."

"Kak Unna!"

"Sha, ada apa sih?" tanya Kiyan yang baru saja kembali dari kamar mandi.

"Kak Kiyan. Aku ingin bicara dengan kak Unna. Tapi dia tidak ingin aku bicara dengannya. Sebenarnya, ada apa sih dengan mereka, kak? Aku sungguh sangat-sangat tidak mengerti."

"Sha. Mungkin mereka beneran sibuk kali sekarang. Udah ya, ayo kita masuk ke ruangan kita! Jangan ganggu orang yang tidak ingin kamu ganggu, Sha."

"Jadi, aku ganggu orang, kak?"

"Iya menurut mereka yang tidak ingin bicara dengan kamu. Jadi, jangan paksa orang, Sha. Karena mereka punya alasan tersendiri dengan penolakan yang mereka buat."

"Kenapa mereka tidak langsung katakan alasan mereka menolak aku, kak Kiyan? Aku ingin tahu agar aku tidak lagi menjadi pengganggu mereka."

"Sha. Mungkin belum tepat waktunya untuk mereka bicara padamu apa alasan mereka. Jadi, tunggu saja sampai mereka yang datang sendiri. Kamu tidak harus memaksa, bukan?"

Mysha terdiam. Benaknya membenarkan semua yang Kiyan katakan. Dia pun mengalah. Memilih meninggalkan ruangan Geza dan masuk ke dalam ruangan mereka.

Sementara itu, Unna mendengarkan dengan sangat baik apa yang Mysha dan Kiyan katakan. Dia menjatuhkan air mata meski tidak dia inginkan.

'Aku egois, Sha. Maafkan aku untuk keegoisan yang aku punya. Aku tidak ingin melepaskan kak Geza untuk kamu. Aku juga tidak ingin membaginya dengan kamu atau dengan siapapun. Karena hanya dia yang aku punya. Hanya dia satu-satunya.'

'Aku tidak sama seperti kamu yang punya semua orang, Sha. Kau punya keluarga yang utuh. Sedangkan aku, mama saja tidak mendukung aku, tapi malah mendukung kamu. Aku selalu mengabaikan kasih sayang mamaku padamu. Mama lebih sayang kamu, dari pada aku. Aku bisa memakluminya. Tapi untuk Geza, aku tahu kamu suka dia. Tapi maaf, aku tidak akan mengalah jika untuk Geza."

Jam makan siang, Unna tidak pergi ke kantin atau rumah makan. Dia malah berdiam diri di kamar mandi dengan benda pipih panjang di tangannya. Dia menatap lekat benda kecil dengan kedua mata yang melebar.

Sementara itu, Geza yang sedang mencemaskan Unna langsung mencari ke kamar mandi perempuan dengan cepat. Tidak dia pikirkan lagi dengan tatapan karyawan lain yang melihat sikapnya itu. Karena yang ada dalam pikiran Geza saat ini hanyalah Unna.

"Unna, kamu ada di mana?"

Suara Geza menggema memenuhi kamar mandi yang sepi. Untung saja tidak ada yang datang ke kamar mandi. Jika tidak, dia pasti sudah di laporkan pada papanya selaku pemimpin tertinggi di perusahaan itu karena sikapnya yang tidak sopan. Masuk ke kamar mandi perempuan.

"Aku di sini, Kak." Suara lirih Unna memenuhi satu kamar mandi. Terdengar memantul ke semua ruangan.

"Unna, kamu kenapa? Apa ada yang salah lagi dengan kamu, Na? Kenapa kamu kelihatan sedih seperti ini sih?"

"Sejak aku tahu kamu sudah dijodohkan dengan Mysha, aku selalu merasa salah, kak Geza. Sekarang, rasa salah itu semakin kuat aku rasakan. Aku tidak kuat jika harus hidup sendiri. Aku salah telah jatuh cinta padamu."

"Siapa bilang kamu salah telah jatuh cinta padaku, Na? Kamu tidak salah sedikitpun. Karena kita saling mencintai. Perjodohan itu tidak akan pernah terlaksanakan. Kamu tenang saja."

"Aku tidak akan pernah bisa tenang. Pertunangan kamu dengan Mysha memang diundur, tapi itu bukan berarti tidak akan pernah terjadi. Hanya diundur waktunya saja, kak Geza."

"Tenang, Na. Bagaimana jika kita bicarakan baik-baik dengan Mysha. Mungkin dia akan mengerti dengan hubungan kita."

"Aku tidak yakin akan hal itu, kak. Karena Mysha juga suka padamu, kau harus tahu itu?"

Mata Geza melepas saat Unna mengatakan hal tersebut. Selama ini, dia tidak tahu kalau Mysha suka padanya. Yang dia tahu, Unna memang selalu manja, tapi itu tidak terlihat suka.

"Ap--apa? Mysha juga suka aku? Sejak kapan? Tahu dari mana kamu, Na?"

"Aku tahu Mysha, kak. Kami sangat dekat kemarin-kemarin, bukan? Hanya sekarang saja aku dan dia menjauh. Karena aku tidak sanggup berhadapan dengannya untuk hal hubungan kita berdua."

Terpopuler

Comments

Widia Aja

Widia Aja

Si wanita siluman ulat bulu itu hamidun pasti deh..

2023-01-16

0

Cahyani Sutopo

Cahyani Sutopo

nah lo si una hamidun, semoga papa dirly ngamuk trus ngusir geza biar ngeblangsak hidupnya

2022-12-07

1

Anonymous_cinta

Anonymous_cinta

ayo dong mysha, jangan bego dong. mana harga dirimu

2022-11-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!