Saat mamanya bicara dengan Unna dan Geza, Mysha malah sibuk sendiri untuk menemukan Kiyan dengan terus melihat sekeliling. Saat dia melihat seorang pemuda dengan tubuh gendut keluar dari bandara, Mysha langsung memanggil orang itu seolah-olah dia sudah mengenal orang itu dengan baik.
Panggilan Mysha membuat mama dan papanya, juga Geza dan Unna serentak menoleh bersama-sama. Namun, saat melihat pemuda itu, sang mama malah langsung menarik tangan Mysha agar Mysha tidak datang mendekat ke arah pemuda tersebut.
"Kamu apa-apaan sih, Sha. Kok malah manggil orang sembarangan?"
"Maksud mama?" tanya Mysha dengan wajah bingung. "Dia bukan kak Kiyan?"
"Makanya, jangan sok tahu kamu. Saudara sendiri aja gak kenal. Siapa suruh kamu gak dekat dengan saudara sendiri."
"Mysha-Mysha," ucap papanya sambil tersenyum dengan menggelengkan kepala.
Mysha tidak bisa berucap apa-apa lagi. Dia merasa cukup malu dengan kesalahan yang dia perbuat barusan. Namun, detik berikutnya dia dikagetkan dengan kata-kata yang mamanya ucapkan.
"Nah, itu dia Kiyan." Mama Mysha berucap sambil melambaikan tangan pada seorang laki-laki yang terbilang sangat tampan.
Mata Mysha mendadak melebar ketika melihat laki-laki tersebut. Laki-laki itu sangat jauh dari apa yang dia bayangkan. Tidak gendut dan tidak juga jelek. Tapi, sangat tampan, dan terbilang gagah dengan tubuh atletis, kulit sawo matang, dan mata yang indah.
Saat membalas lambaian tangan dari mama Mysha, laki-laki itu tersenyum lebar. Terlihatlah gigi ginsulnya yang indah. Bahan tambahan yang dia punya untuk melengkapi ketampanan yang dia miliki.
"Itu ... Kiyan?"
Tiba-tiba saja, Unna berucap dengan nada tak percaya. Sementara Geza, hanya memberikan tatapan sama dengan Mysha. Tatapan tak percaya dengan apa yang matanya lihat.
"Iya. Itu Kiyan, anak Damar dan Siska."
"Dia tampan, bukan?"
Tidak ada yang menjawab pertanyaan yang mama Mysha lontarkan. Karena mereka semua cukup sibuk dengan rasa tidak percaya yang sedang mereka rasakan saat ini. Karena perbedaan antara Kiyan yang dulu dengan Kiyan yang sekarang itu sangat jauh. Bahkan, berbanding terbalik. Kiyan yang sekarang malah lebih tampan dari Geza.
Sementara itu, Kiyan yang sudah sampai dan berkumpul dengan mereka semua, dengan sopan nya mengulur tangan pada papa Mysha untuk bersalaman. Kiyan bukan hanya tampan, sopan santunnya ternyata cukup terjaga dengan baik.
"Ya ampun, anak udah gede, makin tampan, makin sopan yah," ucap mama Mysha dengan sangat bahagia.
Kiyan hanya menjawab dengan senyum manis saja. Selanjutnya, saat setelah bersalaman dengan kedua orang tua Mysha, dia langsung melihat ke arah Mysha.
"Ini ... yang mana Mysha yah?" tanya Kiyan dengan wajah yang terlihat sekali kalau dia sedang berpura-pura tidak tahu.
Mysha tidak menjawab. Namun, yang menjawab malah mamanya.
"Ya ampun, Kiyan. Jangan main-main deh kamu, Nak. Udah jelas-jelas kamu tahu yang mana Mysha. Eh, masih aja ada sikap jahilnya ternyata."
"Canda aja, Tante."
"Apa kabar, Sha? Lama gak bertemu, kamu makin cantik aja," ucap Kiyan sambil mengulur tangan untuk bersalaman.
"Aku ... ba--baik-baik aja." Sedikit gugup walau sudah berusaha Mysha tahan.
Selanjutnya, Kiyan menoleh ke arah Geza dan Unna.
"Kalian berdua ... ini .... "
"Geza dan Unna, Yan."
"Om yakin kalau kamu juga pasti ingat mereka berdua, bukan?"
"Oh, iya Om. Aku ingat kok. Masih cukup ingat dengan baik."
"Apa kabar kalian berdua? Baik-baik aja kah?"
"Ya." Geza menjawab singkat. Sementara Unna memberikan senyum pada Kiyan.
Pertemuan pertama setelah terpisah belasan tahun itupun akhirnya usai. Mereka langung menuju parkiran untuk pulang. Saat sampai di parkiran, Kiyan mendadak di buang bingung dengan mobil siapa yang harus dia naiki untuk pulang.
"Naik mobil Mysha aja, Yan. Karena Mysha sendirian tadi," ucap papa Mysha menyarankan.
"Kamu gak keberatan kan Sha, kalo kakak naik mobil kamu?" tanya Kiyan pula memastikan. Karena dia lihat, adik sepupunya itu hanya diam saja tanpa sedikitpun menawarkan tumpangan.
"Aku ... gak keberatan kok. Ini kuncinya." Mysha berucap setelah mamanya memberi kode agar dia jangan berulah di depan Kiyan.
Namun, Kiyan malah terlihat tidak enak.
"Aku ... tidak bisa nyetir mobil, Sha."
"Gak bisa bawa mobil? Yang benar saja, Yan." Unna angkat bicara karena dia terlalu tak percaya dengan apa yang kupingnya degar barusan.
"Iya, Na. Kiyan gak bisa bawa mobil."
"Sha, kamu aja yang nyetir mobilnya. Sama aja, bukan?"
"Iya, Pa. Gak masalah. Naik, Kak!"
"Mm ... tunggu deh. Kenapa gak bisa bawa mobil, Kiyan? Maksudku, mobil itukan kendaraan penting untuk ke mana-mana. Apa alasannya kamu gak bisa nyetir? Kalo bilang gak ada mobil, aku yakin itu bukan alasan yang tepat untuk kamu katakan pada kami, bukan?"
Unna ngerocos karena terlalu merasa penasaran dengan kata-kata yang dia anggap cukup langka untuk kalangan seperti mereka.
Menangapi apa yang Unna katakan, Kiyan hanya tersenyum kecil. Lalu berucap. "Alasan pribadi. Tidak bisa aku katakan pada kalian semua."
"Na, udah ya. Kiyan capek tuh, kasian dia kalo kita terus ngobrol di sini. Mm ... dia pasti akan punya banyak waktu untuk diajak ngobrol nanti. Karena dia akan tinggal dan bekerja di sini," kata mama Mysha berucap cepat.
Akhirnya, mereka meninggalkan tempat tersebut. Kiyan duduk di kursi bagian belakang mobil. Awalnya, Mysha merasa tidak enak dengan posisi itu. Tapi, dia berusaha untuk tidak mengatakan apa yang dia rasakan dengan berusaha fokus dengan jalan yang mereka lewati.
Tidak ada obrolan yang terucap selama perjalanan. Mysha sebenarnya agak kesal dengan keadaan itu. Kiyan yang duduk di belakang, fokus dengan ponsel tanpa menghiraukan Mysha sedikitpun.
'Ya ampun, dia pikir aku ini sopirnya kali yah. Sibuk sendiri, duduk di kursi belakang seperti orang yang sedang naik taksi online saja. Oh, bukan. Seperti sopir pribadi dengan bosnya saja sudah aku ini.' Mysha menggerutu dalam hati sambil sesekali melirik Kiyan yang sedang fokus dengan gawai nya.
Suasana canggung itu akhirnya usai. Mobil tiba ke tempat yang ingin mereka tuju. Rumah kediaman keluarga Mysha yang terbilang cukup mewah dengan dua lantai dan semua fasilitas yang lengkap.
"Kita sudah sampai, Pak. Anda bisa turun sekarang," ucap Mysha sangking kesalnya dia dengan sikap Kiyan padanya.
Kiyan yang mendengar itu bukannya marah, tapi malah terkekeh akibat geli hati. Dia tertawa lepas sambil menyimpan ponsel ke dalam saku celananya.
"Terima kasih banyak, buk Mysha. Terima kasih sudah mengantar saya dengan selamat sampai ke tempat yang ingin saya tujukan," ucap Kiyan di tepi telinga Mysha.
Hal itu semakin membuat Mysha merasa kesal. Wajah Mysha mendadak menjadi memerah akibat perbuatan Kiyan barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Widia Aja
Sudah mulai.merona wajah nya
2023-01-15
1
Cahyani Sutopo
hmm kayaknya Dunia mysha bakalan jungkir balik dengan kejahilan kiyan,,
2022-12-07
2
Fitriyani Puji
seperti nya kian model romantis udah sama kiyan aja jangn sama si geza nyebelin eh thor ada visual nya ngak bagus buat kiyan lebih guanteng dari geza
2022-11-14
3