Mysha kembali keluar ruangan. Dia masuk ke ruangan Geza di mana Unna berada di sana. Saat Mysha masuk, Unna sedang sibuk sendirian. Sementara meja Geza, kosong tanpa pemiliknya.
"Sha. Ada apa?" tanya Unna reflek sambil menghentikan kegiatannya.
"Mm ... aku mau ngobrol bentar ama kak Unna. Sibuk gak nih?"
"Nggak juga sih. Kalo mau ngobrol, bisa diatur," ucap Unna dengan nada khasnya.
"Mm ... sebelum ngobrol, itu kak Geza ke mana? Kok gak ada di tempatnya?"
Mysha bertanya sambil melihat ke arah meja Geza. Unna pun ikut melihat ke arah yang Mysha lihat.
"Ke kamar mandi bentar katanya. Gak tahu ke mana lagi. Masih gak pulang juga sampai sekarang."
"Ooo."
"Mm ... mau ngobrol soal apa sih tadi? Kok malah bahas kak Geza, kamu Sha."
"O iya. Jadi lupa," ucap Mysha sambil mengukir senyum tangan yang reflek langsung menepuk jidatnya.
"Aku mau ngobrol soal kak Kiyan yang akan datang ke rumahku nanti sore, kak Una."
"Hah? Kiyan? Itu ... anak om Damar yang tinggal di tanah air itu, kan?"
"Iya." Mysha berucap sambil menganggukkan kepalanya.
"Ya Tuhan ... dia itukan .... "
Belum sempat Unna menyelesaikan ucapannya, pintu ruangan tersebut langsung terbuka. Dari balik pintu tersebut, muncul Geza yang terlihat tidak suka dengan kehadiran Mysha.
"Kenapa kamu ada di sini, Sha? Bukannya ini jam kerja? Kok malah di sini?"
"Ada hal yang harus aku bahas dengan kak Unna, kak."
"Bahas soal kerja? Atau soal pribadi?"
"Soal .... "
"Mysha. Seharusnya kamu bisa membedakan yang mana kantor, dan yang mana rumah. Pembahasan masalah selain kantor, sebaiknya di luar. Bukan di sini."
Mysha terdiam dengan apa yang Geza katakan. Untuk yang kedua kalinya buat pagi ini, dia merasa kalau Geza bukan Geza yang dia kenal. Karena Geza yang dia kenal itu tidak pernah bicara kasar padanya.
"Kak Geza ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa marah-marah terus padaku sejak pertama kali bertemu pagi ini? Apa yang sudah aku lakukan sampai kamu kelihatan begitu kesal padaku, kak?"
Pertanyaan itu langsung membuat Geza memasang wajah bersalah. Namun, karena rasa kesal lebih besar dari pada rasa bersalah, maka dia tetap tidak bisa berbaikan dengan Mysha.
"Salah kamu banyak, Sha. Seharusnya kamu sadar diri. Kamu bukan anak remaja yang bisa manja sepuasnya lagi. Kamu harus belajar jadi perempuan dewasa seperti yang lainnya.
"Dewasa? Apa yang salah dengan sikap aku sekarang, kak Geza? Aku rasa ... tidak ada yang salah."
"Salah kamu ya tidak menyadari kesalahan yang kamu buat. Sekarang, kembali ke ruangan
kamu dan kerjakan kerjaan mu dengan baik, Mysha. Dan mulai dari sekarang, bersikaplah kalau kita adalah rekan kerja, bukan saudara. Mengerti?"
"Kak Geza .... "
"Jangan membantah Mysha. Aku sangat tidak suka dengan orang yang suka membantah apa yang aku katakan. Keluar sekarang juga!"
Mysha cukup kaget dengan ucapan itu. Dia sungguh sangat kebingungan dengan perubahan sikap dari kakak sepupunya yang sangat-sangat tiba-tiba.
Tanpa pikir panjang lagi, Mysha langsung meninggalkan ruangan tersebut tanpa kata. Hatinya cukup sakit dengan perlakuan Geza barusan. Orang yang sangat dia sukai, bahkan sudah dia semai cinta dalam hati, kini malah bersikap cukup kasar.
Mysha berdiam diri di ruangannya tanpa berniat untuk makan siang saat jam makan siang tiba. Unna yang menyadari akan hal itu, langsung mengajak Geza bicara.
"Kak Geza, Mysha kok gak ada ya? Inikan jam makan siang. Kok gak keluar itu anak?"
"Biarkan aja, Na. Dia bukan anak-anak lagi. Kalau dia lapar, ya dia akan keluar untuk makan."
"Kak, kamu kok ngomong gitu sih? Ada apa sih sebenarnya antara kamu dengan Mysha? Kenapa kamu seperti membenci dia dalam. waktu sangat singkat seperti ini?"
"Tidak. Aku tidak membenci dia. Hanya berusaha mengajari dia saja, Unn. Ya sudahlah, jangan bahas soal Mysha lagi. Lanjutkan saja makanan kamu itu sampai selesai."
Unna tidak lagi berkomentar. Dia langsung melanjutkan makanannya hingga selesai. Sejujurnya, Unna merasa ada yang Geza sembunyikan dari dia. Namun, alasan Geza barusan itu juga sedikit masuk akal. Mysha memang sedikit manja pada mereka semua.
Mysha yang kesal, tidak lagi menyapa Geza ketika mereka berpas-pasan di parkiran saat ingin pulang. Meski sebenarnya, itu berat buat Mysha, tapi dia tetap melakukannya karena hatinya cukup terluka akibat perubahan sikap Geza yang tiba-tiba.
Sementara itu, Unna yang merasa tidak enak hati dengan keberadaannya di sisi Geza memilih untuk pulang dengan Mysha.
"Sha, aku pulang bareng kamu aja yah. Gak papa, kan?"
"Gak .... "
Belum juga Mysha selesai berucap, Geza malah langsung memotong perkataan Mysha.
"Kamu pulang bareng aku aja. Jalan rumah kita searah. Gak masalah bukan kalau kita barengan?"
"Iya gak masalah sih, kak. Tapi, aku mau ke rumah Mysha. Mau ikut jemput Kiyan yang katanya datang sore ini."
"Kiyan? Sepupu jauh Mysha itu?" tanya Geza dengan nada cukup tidak suka.
Mysha berusaha mengabaikan pertanyaan itu.
"Kak Unna jadi ikut aku atau tidak. Jika tidak ingin ikut, aku pulang sekarang."
"Jadi kok, Sha. Aku ikut kamu jika kamu tidak keberatan."
"Nggak usah. Aku aja yang nganterin kamu ke rumah Mysha. Aku juga ingin ikut jemput Kiyan. Aku ingin lihat, seperti apa bocah nakal itu sekarang. Apa dia masih tetap sama seperti dulu, atau sudah berubah."
Mysha hanya bisa menarik napas panjang lalu melepaskan napas itu secara perlahan. Lalu, tanpa bicara sepatah katapun, Mysha memutuskan masuk ke dalam mobil dan mengabaikan Geza.
Mobil Mysha langsung beranjak. Mobil Geza pun langsung menyusul dari belakang. Perjalanan itu terasa cukup lama karena mereka beberapa kali terjebak macet. Rencana pulang ke rumah terlebih dahulu, langsung Mysha batalkan karena panggilan dari mamanya yang mengatakan kalau Kiyan sudah hampir tiba di bandara.
Mysha pun langsung menuju bandara atas permintaan sang mama. Sementara Geza dan Unna, terus mengikuti ke mana mobil Mysha bergerak.
"Aku pikir pulang ke rumah dulu tadi, Sha. Taunya langsung ke sini," ucap Unna saat mereka sudah berkumpul di depan pintu masuk.
"Mama bilang langsung ke sini aja, kak. Kak Kiyan udah mau sampai kata mama."
"Oh, pantesan."
Tanpa menjawab apa yang Unna katakan, Mysha langsung beranjak. Setelah beberapa kali celingak-celinguk untuk menemukan mamanya, Mysha pun akhirnya melihat mama dan papanya.
"Ma, Pa. Mana kak Kiyan? Katanya udah mau nyampai tadi?"
"Bentar lagi, Sha."
"Oh, kalian berdua juga ikut ke sini, Za, Unna?"
"Iya, tante. Kami juga ingin bertemu dengan Kiyan. Penasaran, seperti apa dia sekarang," ucap Unna terus terang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Fitriyani Puji
mysha biar ama kian aja thor dan buat kiyan lebih tampan dan gagah melebihi geza panas deh ati gue sombong amat
2022-11-14
3
Fitriani Fitriani
laaaaajuuut
2022-11-11
3
꧁༺Clemira_Ayumna༻꧂
Mysha m Kiyan j.. biar Geza nyesel
2022-11-11
4