Akhirnya, pekerjaan itu selesai juga. Kiyan masih melanjutkan pekerjaan yang dia punya setelah menyelesaikan pekerjaan Mysha.
Dia masih tidak punya waktu untuk makan siang karena ngebut mengerjakan pekerjaan. Hal itu membuat Mysha semakin merasa bersalah.
"Kak Kiyan. Biar aku pula yang bantuin kamu sekarang. Kamu langsung istirahat dan makan siang saja sekarang. Gantian aku yang mengerjakan pekerjaan kamu."
"Gak perlu, Sha. Ini juga udah hampir beres. Oh iya, kamu juga kan bentar lagi akan mengadakan rapat. Siap-siapa sana gih!"
Tanpa bisa berucap, Mysha terpaksa langsung melakukan apa yang Kiyan katakan. Karena memang, beberapa menit saja lagi, dia akan mengadakan rapat dengan semua staf yang berada di bawah naungannya.
"Kak ... aku pergi dulu. Kamu yakin gak mau istirahat sejenak?"
"Aku gak papa, Sha. Laporan ini harus segera selesai sebelum rapat kamu berakhir, bukan? Karena laporan ini juga bagian dari apa yang akan kamu bahas dengan para staf kamu."
"Tapi ... kak. Kamu beneran gak lapar sekarang?"
"Ya nggak. Kamu tenang aja. Aku itu, bukan tipe orang yang suka ngorbanin rasa lapar hanya demi kerjaan. Jika aku beneran lapar, maka kerjaan ini juga akan aku tangguhkan. Kamu juga terpaksa menunda rapat kamu nanti, karena laporan ini belum selesai. Iya,kan?"
Mysha kembali terdiam dengan apa yang Kiyan katakan. Selanjutnya, dia langsung beranjak meninggalkan ruangan tersebut karena waktu untuk mengadakan rapat semakin sedikit.
Saat membuka pintu ruangan, Mysha langsung berpas-pasan dengan Geza dan Unna yang baru saja kembali dari makan siang bersama. Untuk sesaat, Mysha terdiam dengan mata menatap kedua orang yang cukup penting dalam hidupnya.
"Kalian ... habis dari mana?" tanya Mysha berusaha mengusir rasa canggung karena pertemuan itu.
"Dari makan siang, Sha. Kamu udah makan?" tanya Unna sedikit cemas.
"Aku .... "
"Tentu saja dia sudah makan. Mana mungkin dia gak makan pada jam segini, Na. Lagian, dia itu bukan tipe orang yang harus mengutamakan pekerjaan dari pada makan. Gak kayak kamu."
Mysha menatap Geza dengan kesal. Ingin rasanya dia marah pada laki-laki itu. Karena ucapannya tidak pernah menyenangkan hati sejak lebih dari satu bulan yang lalu. Entah karena apa, yang jelas, hubungan keduanya sangat jauh berubah.
Namun, saat ingat dengan apa yang harus dia lakukan saat ini, Mysha terpaksa mengabaikan rasa sakit dalam hatinya. Tanpa berucap satu patah kata terlebih dahulu, Mysha langsung meninggalkan Geza dan Unna.
Unna yang melihat hal itu langsung merasa tidak enak hati. Dia mengalihkan pandangannya untuk melihat Geza yang sekarang sedang berada di sampingnya.
"Kak Geza kok gitu sih dengan Mysha? Selalu saja bikin Mysha kesal. Padahal, dulu gak gitukan kalian berdua."
"Dulu dengan sekarang sudah berbeda, Na. Dia itu terlalu manja. Di manjakan oleh semua orang, termasuk mama dan papaku. Apa-apa selalu dituruti. Jadi, dia harus diajarkan biar bisa jadi dewasa seutuhnya."
"Aku gak ngerti dengan kamu sebenarnya, Kak. Mysha itu kurang dewasa kek mana sih sebenarnya? Aku rasa, dia sudah cukup dewasa kok. Sama seperti aku juga."
"Gak sama kek kamu lah, Na. Lihat aja barusan, langsung pergi aja setelah merasa kesal. Lagian, baru dibilangin dikit aja udah merasa kesal. Dewasa seperti apa kek gitu?"
"Ya ... itu ... karena Mysha merasa sangat kesal dengan sikap kak Geza yang mendadak berubah beberapa bulan terakhir ini kali. Makanya, dia bersikap seperti itu."
"Bukan itu alasannya. Dia itu selalu manja. Jadi, sedikit saja tidak dituruti, maka dia akan ngambek. Sama kek anak kecil. Langsung ngambek jika tidak mendapatkan apa yang dia mau."
Tubuh Mysha menegang dengan apa yang kupingnya dengan barusan. Air mata mengalir perlahan seakan tidak bisa dia tahan sedikitpun.
Sungguh, obrolan itu membuat dia sangat sakit hati. Kakak sepupu yang sejak kecil dia kagumi, bahkan, dia labuh kan cinta itu malah menganggap dirinya dengan anggapan yang tidak baik.
Sebelumnya, Mysha sudah ingin meninggalkan tempat tersebut. Tapi, saat dia ingat dengan flash disk nya yang ketinggalan, dia kembali lagi. Maka dari itu, dia bisa mendengarkan obrolan kedua kakak sepupunya dengan sangat baik.
Sementara itu, Kiyan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, langsung keluar ruangan untuk menyusul Mysha. Namun, saat pintu ruangannya terbuka, mata Kiyan langsung melihat Mysha yang sedang terdiam mematung dengan mata tertuju ke depan pintu ruangan Geza dan Unna.
Tidak ingin menganggu adik sepupunya yang sedang sedih. Kiyan memilih kembali masuk ke dalam dengan cepat.
Bukannya dia tidak berniat untuk menghibur Mysha yang sedang terluka. Tapi Kiyan ingin memberikan ruang untuk Mysha sendiri terlebih dahulu.
Kiyan menyandarkan tubuhnya di pintu ruangan mereka. Saat itu, dia melihat sebuah buku terjatuh di bawah meja Mysha. Buku yang mengusik perhatian Kiyan itu langsung Kiyan ambil.
Setelah buku tersebut ada di tangan, Kiyan langsung bisa menebak, kalau itu adalah buku harian Mysha. Saat dia buka, dia melihat goresan tinta hitam di atas lembaran kertas cantik yang penuh dengan warna.
Awalnya, Kiyan ingin mengabaikan buku itu karena itu adalah hal pribadi Mysha. Namun, rasa penasaran yang kuat tidak bisa Kiyan tahan. Dia malah langsung terhanyut dengan setiap lembar buku harian tersebut.
"Jadi, ini alasan mama berpesan padaku dengan sungguh-sungguh kemarin?" Kiyan berucap sambil menutup buku tersebut.
Namun, saat tangan Kiyan ingin meletakkan buku di atas meja. Mysha langsung menegur Kiyan karena sudah menyentuh barang pribadinya.
"Kak Kiyan! Kenapa lancang banget sih kamu? Bisa-bisanya kamu ambil barang pribadi aku," ucap Mysha dengan wajah yang sangat marah.
"Sha, aku gak ambil kok. Bukunya jatuh ke bawah meja. Aku hanya bantuin kamu buat ambil buku mu yang jatuh. Itu aja."
"Lancang! Aku gak akan percaya dengan apa yang kamu katakan. Buku itu adanya di dalam laci. Gak akan mungkin bisa jatuh ke bawah."
"Sini! Jangan pernah sentuh barang-barang ku lagi." Mysha berucap sambil mengambil buku yang masih ada di tangan Kiyan.
"Sha .... "
Mysha tidak mendengarkan apa yang Kiyan katakan. Dia langsung mengemas semua barang-barangnya yang ada di atas meja. Lalu, meninggalkan Kiyan secepat yang dia bisa.
"Sha tunggu! Kamu mau ke mana? Jangan pulang dulu. Kamu ada rapat dengan semua staf kamu, bukan? Jangan jadikan alasan pribadi untuk merusak karier kamu, Mysha. Karena .... "
Kiyan tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Mysha yang langsung menghentikan langkah kaki saat mendengar ucapan Kiyan barusan.
"Siapa yang ingin pulang? Aku juga tahu apa yang harus aku lakukan. Aku bukan anak kecil lagi, kak Kiyan. Aku tahu mana yang terbaik. Kamu tidak perlu mencemaskan aku. Sebaliknya, jangan ikut campur dalam semua urusan pribadi aku. Kita hanya sebatas rekan kerja di kantor."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Widia Aja
Kalau gak suka ama perjodohannya, bicarakan baik2, jangan jadi pengecut dng hanya menyakiti Mysha aja..
2023-01-16
0
Anonymous_cinta
bikin geza menyesali dengan segala yg dia perbuat untuk mysha
2022-11-15
3
Anonymous_cinta
awas cemburu kau geza jika mysha dekat dengan kiyan. jika itu terjadi posesifmu akan menghantuimu hahahaha
2022-11-15
1