*Bab 12

"Siapa yang ingin pulang? Aku juga tahu apa yang harus aku lakukan. Aku bukan anak kecil lagi, kak Kiyan. Aku tahu mana yang terbaik. Kamu tidak perlu mencemaskan aku. Sebaliknya, jangan ikut campur dalam semua urusan pribadi aku. Kita hanya sebatas rekan kerja di kantor."

"Tidak, Sha. Kamu dan aku tidak hanya sebatas rekan kerja. Kita adalah saudara, di kantor, maupun di rumah. Untuk itu .... "

"Cukup, kak!" Mysha berucap sambil mengangkat satu tangannya.

"Sha."

"Aku bilang, cukup! Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan. Kamu tidak mengerti semua yang aku lalui. Jadi, jangan bicara seolah-olah kamu yang paling paham dengan semua ini."

"Sudah cukup. Aku sudah lelah. Jangan ganggu aku lagi. Dan ... maaf. Aku tidak ingin kamu campuri urusanku lagi. Aku sudah cukup bosan dengan semua ini."

Selesai berucap kata-kata itu, Mysha langsung meninggalkan Kiyan. Sementara Kiyan, dia hanya bisa terdiam dengan tatapan sedih sambil melihat pintu yang sekarang sudah tertutup rapat karena di tinggalkan pemiliknya.

"Apakah kamu sangat terluka dengan sikap orang yang kamu sukai, Sha? Sama seperti aku sebenarnya. Hanya saja, kita sedikit berbeda."

...

Mysha tidak pulang. Dia melanjutkan rapat dengan semua staf yang berada di bawah pimpinannya. Rapat itu berjalan baik, karena Mysha bukan tipe orang yang suka menggabungkan masalah pribadi dengan pekerjaan.

Yah, meskipun tidak bisa dipungkiri kalau dia pasti merasa terganggu dengan masalah yang sedang dia hadapi. Tapi, semua itu mampu dia singkirkan walau hanya sesaat saja. Saat tingkat kefokusannya berada di titik tertinggi. Maka semua masalah pribadi bisa dia abaikan untuk sesaat.

Selesai rapat, Mysha ingin langsung meninggalkan kantor. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat Kiyan yang sudah menunggunya di mobil.

Mysha ingin menghindar dari Kiyan. Tapi langkah kakinya terhenti karena Kiyan yang langsung memanggil namanya saat dia baru saja memutar tubuh.

"Sha. Mau ke mana? Gak jadi pulang?"

"Gak. Aku gak mau pulang. Aku lelah. Ingin menyendiri di suatu tempat agar pikiranku yang lelah bisa sedikit terobati."

"Ke mana? Aku ikut kamu biar kamu bisa ada temannya yah."

"Kak Kiyan gak dengar? Aku ingin menyendiri, bukan istirahat beramai-ramai."

"Ya udah kalo gitu, kamu menyendiri nanti, aku juga menyendiri. Kita sama-sama menyendiri. Bagaimana?"

Mysha benar-benar kesal dengan Kiyan sekarang. Tapi anehnya, dia tidak bisa marah lagi dengan kakak sepupunya yang dia cap sebagai pembuat onar itu. Karena mendadak, kaka-kata yang Kiyan ucapkan membuat hatinya sedikit tenang dari rasa sakit yang sedang dia rasakan.

"Ya udah kalo gitu, bawa mobilnya. Maka aku akan ajak kak Kiyan ikut bersamaku."

Seketika, kata-kata itu membuat Kiyan langsung mengubah wajah.

"Ba--bawa mobil?" tanya Kiyan dengan nada gelagapan.

"Iya. Bawa mobilnya, karena aku lelah dan ingin istirahat di belakang sana."

"Maaf, Sha. Aku tidak bisa bawa mobil. Aku .... "

"Kenapa sih? Ketimbang bawa mobil aja kamu gak bisa, Kak? Ketimbang bikin onar aja kamu nomor satu. Bikin aku semakin kesal setiap harinya."

"Udah yah. Terserah kamu mau apa. Ini kuncinya. Bawa mobil sendiri jika kamu ingin pergi ke mana saja kamu suka," ucap Mysha sambil memberikan kunci mobil ke tangan Kiyan.

Kiyan yang menerima kunci mobil di tangannya langsung terlihat ketakutan. Wajahnya berkeringat dingin sekarang. Matanya membulat saat melihat kunci mobil yang Mysha letakkan di atas telapak tangan.

Seketika, ingatan masa lalu tergambar dengan jelas di benak Kiyan. Gambaran itu terasa seperti dirinya yang sedang melihat vidio rekaman yang dia putar dengan gawai miliknya.

"Kiyan, bawa mobil aku yah. Ini mobil baru yang mamaku beli sebagai hadiah ulang tahunku lho." Seorang gadis dengan seragam SMA sedang bicara hangat dengan Kiyan yang sama-sama berpakaian seragam SMA.

"Kamu yakin minta aku yang bawa mobilnya?"

"Ya yakin."

"Lalu? Mobil aku siapa dong yang bawa?"

"Minta sopir kamu jemput ke rumah aku nanti."

"Ya sudah kalo gitu. Mana nih kuncinya?"

"Ini kuncinya," ucap gadis tersebut sambil meletakkan kunci ke tangan Kiyan.

"Tapi ingat ya, Kiyan. Jangan ngebut-ngebut. Aku tahu kamu raja pembalap nakal yang terkenal di sekolah. Tapi dengan aku, kamu tidak boleh menunjukkan skill mu sebagai pembalap. Paham?"

"Aku paham, nyonya. Ayo naik sekarang! Jika kamu terus berceramah, maka kita akan terlambat. Lagian, tadi minta aku yang bawa mobilnya. Tapi, malah ceramahin aku panjang lebar. Jangan buat aku berubah pikiran."

"Emang kamu bisa?"

"Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa berubah pikiran dengan keputusan yang sudah kamu buat untuk aku, Kiyan."

"Kamu cukup kenal aku."

"Ya karena aku teman kamu. Wajar dong kalo aku cukup kenal dengan kamu."

Kiyan tidak lagi menjawab dengan kata-kata. Dia hanya mengukir senyum singkat untuk gadis yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh dengan kekaguman itu.

Pada akhirnya, Kiyan dan gadis cantik itupun berangkat bersama dengan mobil baru si gadis cantik. Mereka menuju sekolah dengan mobil tersebut.

Kiyan yang dapat julukan raja balap itupun tidak bisa mengontrol diri. Dia langsung memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Hal itu membuat gadis cantik yang ada di sebelahnya berteriak kesal.

"Pelan kan mobilnya, Kiyan! Aku masih ingin hidup ini. Belum mau mati, kau tahu?"

"Siapa yang ajak kamu mati, Laras? Aku hanya ingin mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Itu juga bukan tanpa alasan. Kita akan terlambat jika aku membawa mobil dengan kecepatan pelan."

"Kamu gila ya, Kiyan? Ini bukan sedang, tapi terlalu cepat. Ngebut banget, ngerti gak sih?"

Kiyan tidak mendengarkan apa yang gadis itu katakan. Dia malah tetap mempertahankan kecepatan mobil yang dia anggap sedang itu melintasi jalan raya yang ramai.

Alhasil, malang yang tidak berbau, tidak bisa mereka hindari. Setelah beberapa saat gadis itu berucap, sebuah truk dengan muatan tinggi melaju melintasi jalan tersebut. Karena kecepatan truk itu sedang, ditambah muatan tinggi, truk tersebut tidak bisa menghindar saat melihat mobil yang Kiyan bawa menyalip jalannya.

Truk oleng setelah mobil yang Kiyan bawa menyenggol bannya. Kejadian naas itupun terjadi. Truk tersebut menimpa mobil Kiyan. Laras, si gadis cantik yang duduk di samping menerima tumpahan material bangunan yang truk itu bawa. Dia pun dinyatakan tewas di tempat karena insiden itu.

Sementara Kiyan, dia selamat dengan beberapa luka yang dia terima. Meski harus di rawat selama satu minggu di rumah sakit, Kiyan tidak mengalami cedera yang cukup serius. Hanya mentalnya saja yang goyang akibat kecelakaan itu.

Kecelakaan itu membuat Kiyan harus menyendiri selama beberapa bulan. Trauma berat yang dia alami, masih membekas hingga saat ini. Hal itu membuat Kiyan tidak bisa mengendarai mobil lagi.

Terpopuler

Comments

Suherni Erni

Suherni Erni

Trauma akibat ulahnnya sendiri yv congkak

2023-03-08

0

Widia Aja

Widia Aja

Kasianbanget Kyan..

2023-01-16

0

Aliyah

Aliyah

gara,gara trauma kiyan ga bisa bawa mobil.

2022-11-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!