*Bab 3

"Dengar tuh, Sha! Apa yang mama kamu katakan itu benar. Makanya, jalin hubungan baik saat remaja. Saat dewasa seperti ini, kamu akan tahu apa saja yang berubah dari kakak kamu itu. Dia jauh berubah lho sayang. Gak sama seperti yang dulu."

Penjelasan dari papanya barusan membuat Mysha tidak bisa menjawab. Karena sesungguhnya, dia membenarkan apa yang papanya katakan. Dia memutuskan hubungan dengan kakak sepupunya karena merasa kenal dengan sikap nakal dari kakak sepupu jauhnya itu.

"Mm ... ya udah deh kalo gitu. Aku ke kamar sekarang aja deh, Ma, Pa."

Papa dan mamanya langsung tersenyum karena wajah pasrah Mysha sungguh jelas terlihat.

"Gak ada pertanyaan lainnya lagi, Sha?" tanya mamanya dengan nada penuh ejekan.

"Gak, Ma. Udah gak ada lagi."

"Yakin kamu?" Papanya pula angkat bicara.

"Yakin."

"Ya sudah kalo gitu." Mamanya bicara sambil tersenyum.

Mysha pun melangkah untuk meninggalkan ruang keluarga rumah mereka. Namun, baru beberapa langkah pergi, dia langsung menghentikan langkah kakinya kembali.

"Mm ... Ma." Mysha berucap sambil memutar tubuh. Kelihatannya, ada yang lupa dia tanyakan. Sama seperti yang mama dan papanya pikirkan tadi.

"Ada apa lagi, Sha? Ada yang lupa kamu tanyakan ya?" tanya mamanya dengan nada menggoda.

Mysha terpaksa menarik senyum tidak enak.

"Iy--iya, Ma. Ada satu hal lagi yang lupa aku tanyakan."

"Apa?"

"Apa ... kak Kiyan masih gendut kek dulu lagi, Ma, pa?"

Pertanyaan itu membuat mama dan papa Mysha tertawa. Sambil saling bertukar pandang, keduanya terus tertawa lepas.

"Ih, kalian kok malah tertawa sih? Aku bertanya, Mama, Papa. Kenapa kalian tertawa? Aku nggak sedang ngelawak lho, Ma, Pa."

"Ha ha ha ... habisnya, kamu lucu, Mysha sayang."

"Apanya yang lucu, Ma? Orang aku hanya bertanya."

"Ya lucu. Masa ingin tahu soal kondisi tubuh kakak sepupu kamu. Kalau ingin tahu, ya cari tahu aja sendiri. Orang besok dia juga datang ke sini, kan?"

"Tunggu deh. Jangan-jangan, kamu udah gak sabar lagi mau lihat gimana kakak sepupu kamu yang sekarang. Iya, Sha?"

"Mama ih."

Mysha yang kesal dengan godaan yang kedua orang tuanya berikan, langsung meninggalkan ruangan tersebut tanpa bicara lagi. Sementara di kamarnya, dia sibuk dengan pikiran tentang apa yang sudah mereka bicarakan barusan.

"Sialan! Masa aku harus mikir soal kak Kiyan yang tidak aku sukai itu terus sih? Mending mikir soal perjodohan antara aku dengan kak Geza yang bikin hati sangat bahagia."

Mysha bicara pada dirinya sendiri sambil mengubah posisi dari duduk di depan meja rias, jadi duduk di atas ranjang kasur empuk miliknya. Berusaha keras untuk mengubah apa yang benaknya pikirkan, tapi sayang, usaha itu sama sekali tidak berhasil.

Yang ingin dia pikirkan adalah Geza. Tapi yang benaknya pikirkan adalah Kiyan. Karena terlalu tidak suka dengan Kiyan, dia malah menjadikan Kiyan sebagai beban pikiran tanpa bisa dia ubah kembali.

"Aduh, bagaimana kalau si gendut Kiyan bikin rusuh lagi nantinya yah? Apa kak Geza juga akan selalu ada buat aku seperti saat kami masih anak-anak dulu?"

"Ah, semoga aja seperti yang aku harapkan. Kak Geza selalu ada untuk aku."

___

Pagi harinya, setelah Mysha sampai ke kantor, dia sibuk menunggu kedatangan Unna untuk dia ajak ngobrol. Karena datang terlalu pagi, Mysha terpaksa menunggu sedikit lama untuk kedatangan Unna di parkiran.

Ketika mobil Geza memasuki area kantor, Mysha langsung ingin menghampiri mobil tersebut. Karena mobilnya berhenti di depan kantor seperti biasa. Geza tidak akan memarkirkan mobilnya. Dia selalu meminta pak satpam penjaga pintu yang akan memarkirkan mobilnya itu.

Namun, ketika kedua pintu mobil terbuka, wajah ceria Mysha mendadak sirna. Dari kedua pintu itu turun dua orang yang paling dekat dengannya. Unna dan Geza. Dua orang yang sama-sama dia sayangi, sedang berjalan bersama. Hal itu membuat sedikit rasa tidak nyaman dalam hati Mysha.

"Kalian, kok bisa barengan?" tanya Mysha berusaha santai. Tapi pada dasarnya, dia sungguh merasa tidak nyaman dengan keadaan itu.

"Iya. Mobilku rusak, Sha. Makanya, aku nebeng kak Geza deh buat pergi ke kantornya."

"Oh, mobil kak Unna rusak? Kapan sih? Kok gak minta aku aja yang jemput kan kamu, kak?"

"Jalan kami searah. Kenapa harus minta kamu yang jauh buat jemput Unna?" Pertanyaan dengan nada ketus yang Geza lontarkan mendadak membuat hati Mysha terasa perih.

Sementara Unna yang mendengar pertanyaan itu juga langsung melihat ke arah Geza dengan tatapan bingung. Bagaimana tidak? Keduanya tentunya saja merasa bingung dengan Geza yang tiba-tiba ketus seperti barusan. Karena Geza tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya.

Jikapun ada yang tidak dia sukai dari Mysha, dia pasti akan bicara dengan nada lembut. Layaknya kakak yang bicara ke adiknya.

"K--kak Geza kenapa sih? Kok ngomong gitu sama aku? Aku nanya baik-baik lho kak?"

"Aku tahu. Tapi pertanyaan mu itu sungguh tidak perlu kamu tanyakan, Mysha."

Lagi. Hal yang luar biasa dari Geza. Setelah bicara, dia langsung pergi meninggalkan Mysha dan Unna di depan kantor.

Mysha yang merasa tersakiti, hanya bisa melihat punggung Geza yang berjalan menjauh meninggalkan mereka. Sementara Unna yang tahu apa yang adik sepupunya rasakan, langsung memegang pundak adik sepupunya dengan lembut.

"Udah. Gak perlu dipikirkan, Sha. Kakak kamu itu sedang naik tensi akibat kebanyakan makan garam mungkin. Makanya jadi kek gitu tadi."

"Kenapa dia bisa bersikap seperti itu padaku, kak? Apa ada yang dia marah kan padaku sekarang? Tapi, aku tidak merasa bikin salah lho, kak Unna."

"Iya kan aku udah bilang tadi, Sha. Dia sedang naik tensi. Maunya marah aja."

"Apa tadi dia juga seperti itu dengan kamu, kak?"

"Mm .... " Unna seperti mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tapi, dia sama sekali tidak berniat mengatakan apa yang sudah dia lalui dengan Geza sebelumnya. Karena sikap Geza pada dirinya tadi biasa saja. Tidak ada yang berubah.

"Mm ... ya udahlah ya, Sha. Tidak perlu kamu pikirkan soal kakak kamu itu. Ayo masuk! Kerjaan kita menumpuk lho." Unna bicara sambil menarik tangan Mysha dengan cepat.

Mysha berusaha mengabaikan apa yang hatinya rasakan. Mengikuti langkah Unna masuk ke dalam, lalu berpisah di depan ruangan masing-masing yang berhadapan.

Tapi, saat dia baru saja duduk di atas kursi, Mysha baru ingat akan tujuan sebelumnya. Dia datang pagi-pagi, untuk bicara dengan Unna soal Kiyan yang akan datang ke rumahnya nanti sore.

"Oh, ya ampun. Aku jadi lupa dengan tujuanku menunggu kak Unna tadi. Aku harus menemui kak Unna lagi kalo gitu," ucap Mysha sambil memegang tulang hidungnya.

Terpopuler

Comments

Cahyani Sutopo

Cahyani Sutopo

semoga setelah bertemu kiyan mysha jd suka smaa kiyan,, geza kau jahat

2022-12-07

2

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

jangan mysha nanti kamu akn tmbh sakit bilamelihat merka berdua ah aku jadi ikut panas ati ya😭😭😭😭😭

2022-11-14

3

Anonymous_cinta

Anonymous_cinta

udah diduga wanita yg disukai geza adalah unna. kasihan kau mysha

2022-11-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!