*Bab 7

Mysha memilih langsung meninggalkan mama dan papanya setelah pamit terlebih dahulu. Namun, dia baru ingat dengan Kiyan yang tadinya masuk ke kamar yang berada di samping kamarnya. Saat itulah, langkah kaki Mysha langsung terhenti.

"Ada apa lagi, Sayang?" tanya mamanya saat melihat Mysha memutar tubuh.

"Ma, kak Kiyan barusan masuk ke kamar yang ada di samping kamarku, bukan?"

Pertanyaan itu membuat mama dan papanya langsung bertukar pandang. Namun, tidak langsung menjawab apa yang Mysha tanyakan. Hal itu membuat Mysha terpaksa berucap kembali tanpa menunggu orang tuanya menjawab.

"Jangan bilang kalo kalian tempatkan kak Kiyan di kamar itu, Ma, Pa. Aku gak akan bisa .... "

"Mysha. Ngomong apa sih kamu ini? Sudah pastilah kakak kamu itu kami tempatkan di kamar yang bersebelahan dengan kamar kamu. Orang itu kamar yang cocok buat dia."

"Ya ampun, Ma. Apa gak ada kamar lain yang lebih cocok apa buat dia? Beneran deh. Aku gal bisa dekat-dekat dengannya."

"Mysha, hush! Jangan ngomong gitu. Rumah kita memang masih ada dua kamar lagi. Tapi, itu kamar tamu, bukan kamar anggota keluarga seperti yang kita tempati. Kiyan itu bukan tamu, melainkan anggota keluarga kita."

"Sha, kamu sudah dewasa, Nak. Jangan bikin mama dan papa malu pada tante dan om kamu yah. Kamu tahu bagaimana menjaga sikap kamu kan, Nak?"

Mysha langsung tertunduk dengan ucapan pelan dengan nada yang sangat lembut yang papanya ucapkan barusan. Dia tahu, kalau papanya yang berucap, maka dia tidak bisa menjawab lagi. Karena ucapan papanya itu, termasuk permintaan yang tidak bisa dia tolak.

"Ya ... ya udah kalo gitu, Pa, Ma. Aku masuk ke kamar sekarang. Ada sedikit kerjaan yang harus aku urus."

"Iya. Jangan kerja lama-lama, Sha. Perhatikan waktu istirahat kamu agar kamu tidak gampang sakit yah."

"Iya, Ma. Malam, Ma, Pa."

"Malam sayang," ucap mama dan papanya hampir bersamaan.

Mysha langsung beranjak untuk melanjutkan langkah menuju kamar. Namun, baru juga dua anak tangga dia naiki, suara papanya kembali terdengar.

"Sha, tunggu!"

Sontak saja, Mysha langsung menghentikan langkah kaki dan memutar tubuh.

"Ya, Pa."

"Mm ... apa papa bisa minta tolong satu hal lagi padamu, Nak?"

"Apa, Pa? Katakan saja! Aku akan lakukan apapun yang papa inginkan jika aku mampu."

"Papa ingin kamu berangkat barengan dengan kakak kamu setiap kali pergi ke kantor. Apa kamu bisa?"

"Aku bisa. Tapi tidak seperti tadi sore. Aku tidak ingin jadi sopir untuknya. Kalo dia ingin berangkat barengan dengan aku, maka dia yang harus bawa mobil. Bukan aku yang bawa mobil, terus dia enak-enakan duduk di belakang seperti seorang penumpang, Pa."

"Sha. Kakak kamu gak bisa bawa mobil, Nak. Kalau bisa, dia gak akan minta kamu yang bawa," ucap mamanya dengan wajah serius.

Mysha langsung mengangkat satu alisnya karena tidak percaya dengan apa yang mamanya katakan. Karena sungguh, ucapan mamanya itu bagi Mysha adalah hal yang paling tidak mungkin. Karena keluarga omnya juga keluarga terpandang dengan kekayaan yang lebih besar dari pada keluarga mereka saat ini.

"Kenapa gak bisa, Ma? Bukannya keluarga kak Kiyan itu orang terpandang di tanah air? Gak mungkin dong kalo dia gak bisa nyetir mobil."

"Tunggu! Jangan bilang karena dia terlalu dimanjakan oleh papa dan mamanya, maka dari itu dia gak bisa bawa mobil sendiri. Iya, Ma, Pa?"

"Sha. Jangan ngomong yang nggak-nggak deh kamu ini. Kalo Kiyan terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, mana mungkin dia bisa dikirim ke sini hanya untuk bekerja. Pastinya, mereka akan menjaga Kiyan dengan sangat ekstra dan tidak akan membiarkan anak mereka jauh dari mereka. Iya, kan?"

Mysha terdiam. Apa yang mamanya katakan itu masuk akal dan dibenarkan oleh benaknya tanpa ada sedikitpun bantahan.

"Tapi, Ma ... alasan kak Kiyan gal bisa bawa mobil itu apa? Aku penasaran deh."

"Sha, ada hal yang kita bisa tahu, dan ada yang tidak. Kiyan punya alasan tersendiri kenapa dia tidak bisa bawa mobil. Dan alasan itu sebenarnya sangat tidak penting buat kita bukan?"

Mysha terdiam. Papanya sudah berucap, dia pasti tidak enak untuk membantah. Terpaksa hanya diam dan mengangguk pelan. Lalu kemudian pamit untuk yang kedua kalinya agar bisa segera menyendiri di kamar.

Keesokan paginya, Mysha dan Kiyan berangkat ke kantor bersama. Namun, sebelum mobil Mysha jalankan, perdebatan kecil pun terjadi sebentar.

Saat Kiyan naik dan memilih duduk di kursi bagian belakang. Hati Mysha kembali kesal dengan keadaan itu. Karena menurut Mysha, setidaknya, Kiyan bisa duduk di sampingnya agar dia tidak merasa benar-benar dijadikan sopir oleh kakak sepupunya itu.

"Kak Kiyan gak bisa duduk di depan apa? Gak bisa nyetir, aku maklumi. Tapi, gak bisa duduk di depan, aku tidak habis pikir dengan hal itu."

"Ada hal yang tidak bisa aku katakan padamu, Sha. Maaf, tapi yang pasti, aku tidak bisa duduk di depan. Aku suka mabuk soalnya."

"Hah?" Mysha hanya mampu mengucapkan kata-kata itu. Batinnya benar-benar tidak bisa menerima alasan yang dia rasa cukup tidak logis.

Namun, ketika ingin menjawab, dia ingat akan kata-kata papanya tadi malam. Sang papa meminta dia menjadi perempuan yang cukup dewasa seperti umurnya saat ini. Hal itu membuat Mysha membatalkan apa yang hatinya inginkan.

Mobil dia jalankan seperti biasa. Tidak ada ucapan yang terdengar dari keduanya. Mysha yang sibuk dengan jalanan yang sedang mereka lewati, sedangkan Kiyan, dia sibuk dengan gawai yang ada ditangannya.

...

Setengah jam kemudian, mobil Mysha sampai di parkiran. Saat Mysha sedang memarkirkan mobilnya, tanpa sengaja dia melihat ke arah luar, dia mendapati mobil Geza yang baru saja tiba.

Mata Mysha kembali membulat saat dia melihat Unna yang turun dari mobil tersebut. Rasa tidak nyaman itu kembali dia rasakan. Tapi, dia berusaha menyingkirkan rasa itu agar tidak terlihat.

Sayangnya, Kiyan yang terlahir dengan kepekaan itu tentu saja langsung bisa menangkap sinyal tidak enak dari adik sepupunya. Ditambah lagi, Kiyan sudah tahu dengan perjodohan antara Mysha dengan Geza yang sudah diatur sejak bayi oleh keluarga Prayoga.

Kiyan juga tahu akan perasaan Mysha terhadap Geza. Itu dapat dia lihat dari tatapan Mysha saat melihat Geza. Namun, Kiyan masih berusaha memastikan apa yang dia lihat kemarin. Dan hari ini, dia bisa merasakan kebenaran dari apa yang dia lihat kemarin sore.

"Ayo turun, Sha! Kita sudah sampai sejak lama, buk," ucap Kiyan berusaha mengalihkan perhatian Mysha dari apa yang membaut hati Mysha terluka.

"Aku sudah tahu. Turun saja sendiri," ucap Mysha dengan nada ketus.

"Hei! Jangan galak nona. Aku ini kakak sepupu kamu. Ingat itu ya."

"Aku ingat. Terus mau apa?"

Terpopuler

Comments

Widia Aja

Widia Aja

Kayaknya si Unna naksir berat ama Gaza dan bakal jadi pelapor, wanita siluman ulat bulu yg jahat pada Mysha deh..
bener gak Author?😆

2023-01-16

0

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

cuek aja ama geza sha ,org sombong moga aja itu si unal bekhianat dan kamu ama kiyan aja

2022-11-14

3

Anonymous_cinta

Anonymous_cinta

misha harus cuek dong pada geza apalagi geza dah prnh ngomong pedas. biarkan aja kiyan dengan mesha

2022-11-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!