Kecelakaan itu membuat Kiyan harus menyendiri selama beberapa bulan. Trauma berat yang dia alami, masih membekas hingga saat ini. Hal itu membuat Kiyan tidak bisa mengendarai mobil lagi.
Jangankan mengendarai mobil, duduk di kursi depan saja dia tidak bisa. Trauma yang dia alami cukup dahsyat. Untung saja dia punya keluarga yang luar biasa terkenal latar belakangnya. Yang siap melakukan segala cara untuk mengembalikan Kiyan mereka seperti semula.
Berhasil. Tapi sayangnya, tidak seutuhnya pulih. Karena bagaimanapun, kesalahan itu masih menyisakan luka dalam batin Kiyan. Hingga saat ini, dia masih tidak kuat walau hanya melihat kunci mobil itu saja.
Itu kenapa, saat Mysha meletakkan kunci mobik di tangannya. Kiyan langsung panik. Dan ingatan masa lalu itupun berakhir dengan memburamnya pandangan Kiyan saat ini. Hingga pada akhirnya, Kiyan terjatuh lemas tanpa bisa berucap sepatah katapun.
Mysha terus melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Kiyan. Tanpa dia sadari, kakak sepupunya itu kini telah jatuh ke tanah karena tidak kuat menahan trauma yang dia derita.
Saat itu, Unna dan Geza baru saja keluar dari kantor. Mereka berdua juga ingin pulang karena waktu pulang sudah tiba. Unna yang tidak sengaja melihat Kiyan yang terbaring di samping mobil pun langsung berteriak kaget.
"Ya Tuhan! Kiyan!"
"Mysha! Kiyan kenapa, Sha?"
Pertanyaan itu sontak membuat Mysha langsung memutar tubuh. Mysha pun langsung berlari saat melihat kakak sepupunya sekarang sudah terbaring tak sadarkan diri di samping mobil.
"Kak Kiyan!" Mysha berusaha memeluk tubuh Kiyan. Dia pindahkan posisi kepala Kiyan ke atas pangkuannya.
"Kenapa dia, Sha? Apakah dia sakit?"
"Aku gak tau, kak Unna. Kak Kiyan itu baik-baik saja tadinya. Saat aku tinggalkan dia, dia masih segar. Gak terlihat seperti sedang sakit sedikitpun."
"Ah ya sudah. Jangan berdebat lagi. Langsung bawa ke rumah sakit saja sekarang. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan dia, bukan? Lebih baik cepat bawa ke rumah sakit agar tahu apa yang terjadi," ucap Geza menengahi.
"Kak Geza benar. Ayo kita bawa dia ke rumah sakit."
Mysha mengangguk. Wajah panik terlihat dengan sangat jelas sekarang. Saat Geza yang dibantu oleh satpam memindahkan Kiyan ke dalam mobil, Mysha pun tetap terlihat panik.
Mereka langsung meninggalkan kantor menuju rumah sakit. Mysha membelai pelan ujung rambut Kiyan dengan lembut. Karena saat ini, kepala Kiyan sedang berada di atas pangkuan Mysha. Sedangkan Unna dan Geza duduk di depan.
Perjalanan menuju rumah sakit terasa cukup panjang bagi Mysha. Karena rasa cemas yang ada dalam hatinya membuat dia sungguh merasa tidak sabar untuk segera sampai.
"Kak Geza, bisa cepat lagi gak bawa mobilnya? Kita harus segera sampai ke rumah sakit, kak." Mysha berucap sedih.
"Sabar, Sha. Bentar lagi juga kita akan sampai. Kamu yang sabar ya. Aku yakin, Kiyan gak papa kok." Unna yang menjawab apa yang Mysha katakan. Karena Geza, sepertinya tidak mampu untuk mengangkat bibir saat ini.
"Aku cemas banget, kak Unna. Kak Kiyan tadinya gak papa. Tapi sekarang, malah pingsan dan gak sadar juga. Apa yang salah dengan kak Kiyan sebenarnya, kak Unna?"
"Sha, kita gak tahu apa yang salah dengan dia. Mungkin, dia sakit tapi tidak ingin menunjukkannya pada kamu. Namun, itu juga baru pemikiran kita aja. Karena tanda-tanda kalau dia sakit itu nggak ada. Maka kamu tidak perlu terlalu cemas."
Mysha tidak lagi menjawab apa yang Unna katakan. Karena dia sekarang sedang fokus melihat gawai untuk mengabari mama dan papanya tentang apa yang sedang terjadi pada Kiyan saat ini.
....
Dua jam setelah mereka berada di rumah sakit, Kiyan sudah sadarkan diri. Unna dan Geza pamit pulang. Sementara mama dan papa Mysha sedang sibuk mengurus administrasi. Hanya Mysha yang ada di ruangan tersebut bersama Kiyan.
"Kenapa kamu panik?" tanya Kiyan dengan nada usil karena menggoda Mysha.
"Kak Kiyan yang bikin aku panik, tahu gak? Bisa-bisanya kakak pingsan di parkiran. Gak ada etika banget."
"Hah? Pingsan harus pakai etika, kah? He ... baru tahu aku," ucap Kiyan sambil menahan senyum.
"Ya ... ya haruslah. Ih, dasar pembuat onar."
Mysha langsung memasang wajah kesal yang dibuat-buat. Kesal, bahagia bercampur dengan rasa malu. Karena Kiyan terus saja menggoda dia sejak pertama membuka mata hingga saat ini. Sedangkan Kiyan yang melihat wajah kesal itu malah tertawa pelan. Hal itu semakin menambah rona di wajah Mysha karena rasa malu akibat ulah kakak sepupunya itu.
Namun, saat Mysha ingat dengan apa yang dokter katakan sebelum Kiyan sadar. Mysha langsung memasang wajah serius.
"Mmm ... dokter bilang ... kak Kiyan pingsan karena trauma akut yang kaka miliki. Bisakah aku tahu, trauma soal apa? Soalnya, lain kali aku bisa berhati-hati dan tidak akan melakukan hal yang bisa membuat kak Kiyan trauma lagi."
Kiyan tidak langsung menjawab. Dia malah menatap wajah Mysha lekat-lekat karena pertanyaan yang Mysha lontarkan. Hal itu membuat Mysha merasa serba salah. Karena dalam pikiran Mysha, pertanyaan itu mungkin tidak ingin Kiyan jawab.
"Mm ... aku tidak memaksa kaka untuk menjawab pertanyaan ku kok, kak. Gak jawab juga gak papa. Karena aku .... "
"Aku akan jawab, Mysha. Tidak perlu merasa tidak enak apalagi merasa bersalah seperti itu."
Kini giliran Mysha yang menatap Kiyan dengan. tatapan lekat. Sementara Kiyan, dia malah langsung mengukir senyum tenang seperti tanpa beban sedikitpun dalam hidupnya.
"Kamu pasti ingat dengan aku yang tidak pernah duduk di kursi bagian depan mobil, kan Sha? Dan, kamu pasti juga ingin tahu kenapa aku tidak bisa bawa mobil, bukan?"
"Sebenarnya, aku bukan tidak bisa bawa mobil, Mysha. Hanya saja, aku tidak sanggup untuk mengemudi lagi sekarang. Bukan hanya tidak sanggup untuk mengendarai mobil, tapi aku juga tidak sanggup untuk duduk di kursi bagian depan. Itu semua karena trauma akut yang aku derita."
Kiyan langsung menceritakan semua yang telah dia lalui sampai dia bisa mengalami trauma mendalam seperti saat ini. Semua yang telah terjadi dengan dirinya juga Laras waktu dia duduk di bangku sekolah menengah atas waktu itu. Semuanya dia ceritakan tanpa ada yang terlewat sedikitpun.
Kiyan bercerita dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah. Bahkan, matanya terlihat berlinangan dengan air mata. Penyesalan yang sudah terlambat itu, sangat dia sayangkan.
Mysha yang mendengar, juga melihat ekspresi dari kakak sepupunya itu, reflek langsung menyentuh tangan Kiyan dengan lembut. Dia tatap mata Kiyan dengan penuh kasih sayang.
"Itu bukan salah kamu, kak. Itu karena takdir yang memilih semua itu terjadi. Jadi, kamu tidak harus menyalahkan dirimu seperti itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Widia Aja
Babang Kiyan, sabar ya...
Nanti neng Mysha yg akan hapus trauma nya...
2023-01-16
0
Fitriyani Puji
benar kian matahari akn terbit lagi besok ,dan kamu akn sembuh di dekat mysha buat merka lebih mesra thor biar si geza mati kutu dia
2022-11-15
2