*Bab 6

Hal itu semakin membuat Mysha merasa kesal. Wajah Mysha mendadak menjadi memerah akibat perbuatan Kiyan barusan.

Sayangnya, Mysha tidak bisa meluapkan kekesalan itu pada Kiyan. Karena Kiyan langsung menghambur keluar setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan. Karena sesungguhnya, dia tahu, kalau adik sepupunya itu pasti akan marah dengan apa yang dia katakan.

"Dasar kurang ajar! Baru datang saja sudah bikin aku kesal. Bagaimana bisa dia tinggal satu rumah dengan aku? Bisa-bisa, naik terus tensi aku setiap harinya. Eeeh .... "

"Berubah kata mama dan papa? Berubah apanya? Iya tampangnya yang berubah. Tapi sifatnya, masih sama saja. Masih sama nakalnya seperti yang dulu. Agh!"

Mysha terus menggerutu kesal sambil mencengkram erat stir mobil. Hal itu membuat mamanya merasa aneh dengan keadaan Mysha yang tidak kunjung keluar dari dalam mobil padahal sudah sampai hampir lima menit yang lalu.

"Sha, kok gak keluar juga? Apa yang kamu tunggu lagi di dalam sana?" tanya mamanya sambil mengetuk pelan kaca mobil.

"Eh, iy--iya, Ma. Aku ... turun sekarang."

"Kamu ini, Sha-Sha."

...

Hari yang cukup panjang bagi Mysha. Setelah masuk ke dalam kamar, dia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang karena dia merasa cukup lelah dengan semua yang dia lalui hari ini. Mulai dari perubahan sikap Geza yang tiba-tiba, sampai kedatangan kakak sepupu jauh yang sangat tidak dia harapkan. Semua itu membuat Mysha merasakan kelelahan yang teramat sangat.

Mysha terus berbaring di kamar saat jam makan malam tiba. Dia tidak ingin keluar karena malas untuk bertemu Kiyan yang tadi sore sudah merusak mood sorenya yang memang sudah rusak.

"Di mana Mysha?" tanya papanya ketika tidak melihat sang putri ada di meja makan.

"Belum keluar, Pa."

"Lho, kok tumben itu anak belum turun makan. Biasanya, turun paling awal dia."

"Mungkin capek kali, Pa."

"Bik Yah. Tolong panggilkan Mysha. Bilang kalau semua udah ngumpul. Tinggal dia aja yang belum," ucap papa Mysha pada asisten rumah tangga yang sedang sibuk menyiapkan makan malam buat majikannya.

"Ee ... biar aku saja, Om." Kiyan langsung bangkit setelah menawarkan dirinya.

"Mm ... iya udah."

Kiyan langsung menuju kamar Mysha. Dia ketuk pintu kamar tersebut dengan pelan.

"Tunggu sebentar!" Terdengar sambutan dari dalam kamar tersebut.

Kiyan tidak menjawab. Dia tahu, kalau dia bersuara, maka si pemilik kamar pasti enggan untuk membukakan pintu untuknya.

Pintu terbuka. Dari balik pintu tersebut, muncul sesosok perempuan cantik yang terlihat sangat imut dengan berbalutkan piyama berwarna hijau lengkap dengan bandana yang menghiasi rambutnya yang tergerai.

Mata Kiyan menatap kagum dengan kecantikan dari adik sepupunya itu. Berbeda agak jauh dari tadi siang. Karena malam ini, dengan piyama yang Mysha kenakan, dia terlihat seperti gadis remaja. Sedangkan tadi siang, Mysha terlihat sedikit dewasa dengan pakaian formal yang dia kenakan.

Berbeda dengan Kiyan yang menatap Mysha dengan semua kekaguman, Mysha yang melihat kalau itu adalah Kiyan, dia langsung merasa kesal. Ingin rasanya dia tutup pintu itu agar tidak berhadapan lagi dengan Kiyan untuk saat ini.

"Ada apa sih? Kenapa ada di depan kamarku?"

Pertanyaan itu langsung menyadarkan Kiyan akan tujuan kedatangannya ke kamar tersebut. Dia langsung menoleh ke arah lain untuk mengembalikan kesadaran yang sudah terpecahkan karena kekagumannya barusan.

"Mm ... itu ... om minta aku panggilkan kamu, Sha. Mereka udah nungguin kamu buat makan malam bersama."

"Gak ada bibi kah buat panggilkan aku? Sepertinya, di rumahku masih ada bibi deh."

"Ada kok, Sha. Si bibi sedang sibuk nyiapin makan malam. Ya makanya aku yang ambil alih tugas bibi. Karena aku gak ingin benar-benar tidak berguna di rumah ini. Iya, kan?"

"Serah, kak Kiyan aja. Aku tidak ingin bicara lagi. Aku lapar." Mysha langsung beranjak meninggalkan Kiyan yang masih terdiam.

Saat merasa kalau Kiyan masih diam setelah dia sampai ke anak tangga kedua, Mysha langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh dengan wajah yang terlihat cukup tidak bersahabat dengan Kiyan.

"Kamu gak lapar ya, Kak? Mau nunggu sampai kapan di situ? Orang yang kamu jemput udah bergerak ini."

"Oh, apa kamu mau nungguin aku yang jemput kamu lagi? Biar malam ini, kita gak perlu makan malam. Kita hanya perlu main jemput menjemput saja."

Kiyan menarik senyum tipis. Senyum itu hampir tak terlihat karena selain tipis, durasinya juga sangat singkat. Tanpa berucap, Kiyan langsung melangkah mengikuti langkah Mysha dari belakang.

...

Makan malam selesai. Setelah makan malam usia, Mysha ingin langsung menuju kamarnya. Namun, langkah kaki Mysha langsung terhenti ketika dia menyadari, kalau Kiyan juga mengikuti dia dari belakang.

"Kak Kiyan kok ikut aku lagi sih? Apa kamu mau antar kan aku sampai ke kamarku, hm?"

"Apa-apaan sih kamu, Sha. Kok gitu ngomong sama kakak sendiri. Emangnya, Kiyan gak ada kerjaan lain apa? Kenapa pula dia harus mengantar kamu kembali ke kamarmu? Emangnya, kamu gak bisa jalan sendiri?"

"Lah habisnya, dia terus ngikutin aku, Ma."

"Siapa yang ngikutin kamu? Orang aku juga mau kembali ke kamarku?" Kiyan berucap sambil mengejek Mysha dengan menjulurkan lidahnya. Lalu, dia melangkah cepat mendahului Mysha.

Mysha yang kesal langsung menghentakkan kaki sambil berteriak nama Kiyan dengan keras. "Kiyan ...!"

Bukannya merasa bersalah. Kiyan yang sudah ada di lantai dua itu malah semakin menjadi-jadi. Dia malah kembali mencibir Mysha lagi dan lagi. Hal itu semakin membuat hati Mysha merasa kesal. Tapi, juga sedikit bahagia entah karena apa.

"Kiyan! Awas kamu Kiyan!"

Mysha berteriak keras. Hal itu membuat mama dan papanya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Kalian ini, Sha. Udah gede kok masih seperti anak-anak kemarin yah?"

"Kak Kiyan yang selalu bikin onar itu gak akan pernah berbuah, Ma. Dia pasti akan bikin ulah lagi dan lagi di rumah kita. Sama seperti saat dia masih kecil dulu."

"Hush! Jangan keras-keras ngomongnya. Gak enak kalo kakakmu dengar. Dia itu tidak seperti dulu lho, Sha. Tapi, kalian yang seperti ini, bikin mama dan papa merasa semakin bahagia kok, sayang."

Mysha tidak tahu harus berucap apa. Dia hanya menatap mama dan papanya dengan tatapan tidak senang saja. Selanjutnya, Mysha hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sedang dia hadapi. Terpaksa berusaha berdamai dengan apa yang sekarang sedang dia lalui.

Mysha memilih langsung meninggalkan mama dan papanya setelah pamit terlebih dahulu. Namun, dia baru ingat dengan Kiyan yang tadinya masuk ke kamar yang berada di samping kamarnya. Saat itulah, langkah kaki Mysha langsung terhenti.

Terpopuler

Comments

Widia Aja

Widia Aja

Hsti2 Misya, awalnya BENCI nanti jadi BUCIN..😃

2023-01-16

0

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

biar mysha ama kiyan aja thor

2022-11-14

2

Aliyah

Aliyah

kayanya misyha sama kian bakal saling cinta ...

2022-11-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!