*Bab 9

"Sudah kok, Pa. Aku sudah kenal dia kemarin saat ikut menjemputnya di bandara."

"Oh, kamu juga ikut jemput Kiyan kemarin? Kok gak ngomong sama papa?"

"Ya ... itu karena aku gak tahu kalau papa ingin tahu."

"Dasar anak nakal. Ya sudah, mari kita bahas saja langsung soal posisi Kiyan di kantor kita ini."

"Tunggu! Dia juga akan kerja di sini, Pa?" tanya Geza baru sadar dengan apa yang papanya katakan.

"Iya. Dia juga akan bekerja di kantor ini. Dia akan menjabat sebagai asisten Mysha mulai dari hari ini."

"Hah? Kak Kiyan akan jadi asisten aku, Om? Tapi .... "

Mysha langsung mengantungkan kalimatnya. Dia tidak mungkin mengatakan secara langsung, kalau dia tidak setuju dengan keputusan yang omnya buat. Itu sama saja dengan dia yang menunjukkan rasa tidak hormat pada omnya secara terang-terangan.

"Tapi apa, Sha? Lanjutkan saja! Om akan dengarkan apa yang ingin kamu katakan."

"Ti--tidak ada, Om. Tidak ada apa-apa. Aku hanya kaget saja dengan apa yang baru saja aku dengar."

"Om tahu kamu pasti kaget dengan keputusan om ini, Mysha. Tapi, keputusan ini bukan hanya keputusan yang om ambil secara mendadak lho, Sha. Om sudah pikirkan matang-matang sebelum Kiyan datang ke sini."

"Formulir yang Kiyan kirim secara online itu sudah cukup untuk om jadikan pertimbangan untuk menentukan di mana posisi yang tepat untuk Kiyan. Kalian berdua lulusan di satu jurusan yang sama. Om yakin, kalian berdua pasti bisa bekerja sama dengan sangat baik."

"Mm ... dan lagi pula, kamu sekarang juga kebetulan tidak punya asisten, bukan? Sedangkan Geza sudah punya Unna yang menjabat sebagai asisten sekaligus sekretarisnya. Kalian berdua adalah pemimpin kedua yang om pilih untuk melanjutkan perusahaan kita ini. Bagaimana bisa, kamu tidak punya asisten untuk membantumu, Sha?"

"Aku ... terserah pada om saja. Jika itu yang terbaik menurut, Om. Maka aku akan terima dengan senang hati. Karena aku tahu, om pasti sudah memikirkan semuanya dengan matang."

Mysha berucap mantap dan penuh dengan keyakinan. Meskipun pada dasarnya, hati Mysha sangat keberatan dengan semua ini. Dia tidak ingin terus bersama dengan Kiyan yang menurutnya adalah si pembuat onar yang nyata. Dan ditambah lagi, ketampanan Kiyan pasti akan merusak suasana kerjanya.

Bukan untuk Mysha pribadi. Melainkan, pikiran akan para perempuan yang pasti akan berusaha mendekati Kiyan dengan bermacam cara karena ketampanan yang laki-laki itu miliki.

Sementara itu, Kiyan tersenyum karena melihat wajah Mysha. Dia tahu, adik sepupunya itu sedang menahan rasa tidak suka dengan keputusan yang omnya buat. Hal itu membuat geli dalam hati Kiyan. Ingin rasanya dia menganggu adik sepupunya itu. Tapi sayangnya, dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak di depan Geza dan omnya.

"Iyan. Bagaimana menurut pendapat kamu dengan keputusan yang om buat barusan?" Pertanyaan itu sontak membuat Kiyan langsung menoleh ke arah Dirly.

"Aku ... mm ... juga tidak keberatan om. Karena aku tahu, om punya penilaian tersendiri untuk menilai seseorang."

"Kamu ini ... bilang saja kalau kamu tidak bisa menolak apa yang om katakan. Namun Kiyan, om memberikan posisi ini buat kamu karena om yakin, kamu bisa membantu Mysha dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk itu, tolong kalian bekerja sama dengan baik. Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani posisi kalian masing-masing. Jangan bikin om kecewa dengan kalian semua anak muda."

"Insyaallah, Om. Aku akan jalani tanggung jawab atas posisi yang om berikan padaku sebaik mungkin." Kiyan berucap mantap. Sementara Mysha dan Geza hanya diam saja.

"Ah, kalau gitu, kalian boleh kembali ke ruangan kalian masing-masing."

"Untuk Mysha, tunjukkan di mana posisi Kiyan sekarang."

"Baik, Om."

"Ya sudah kalo gitu. Aku permisi dulu, Om," ucap Mysha sambil beranjak.

"Iya."

"Yan, kamu ikut, Mysha."

"Baik, om."

Kiyan dan Mysha beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Sementara Geza, dia masih diam di tempat di mana dia duduk sebelumnya.

"Kamu ... kok masih belum kembali, Za? Ada apa? Bukankah kamu bilang akan mengadakan rapat sebentar lagi?"

"Iya. Aku belum kembali karena ada yang ingin aku bicarakan dengan papa."

"Apa? Katakan saja sekarang! Aku akan dengarkan."

"Papa yakin dengan keputusan papa untuk memberikan posisi itu pada Kiyan? Dia laki-laki yang tidak kita kenal dengan cukup baik, Pa."

"Siapa bilang kita tidak kenal dia dengan cukup baik, Za? Papa cukup kenal dengan anak itu. Papa yakin, kamu juga tahu siapa dia, bukan?"

"Jika hanya tahu saja, aku juga tahu siapa dia, Pa. Dan karena aku cukup tahu siapa dia, makanya aku bisa merasa tidak nyaman dengan posisi yang papa berikan untuknya."

"Kenapa tidak nyaman? Katakan alasannya dengan sangat jelas, Geza! Papa ingin dengar alasan yang sangat jelas yang membuat kamu merasa tidak nyaman itu."

"Dia punya perusahaan juga, kan Pa di tanah air?"

"Iya. Lalu?"

"Kenapa dia harus datang ke sini hanya untuk bekerja? Kenapa dia tidak bekerja di perusahaan milik keluarganya saja? Apakah papa tidak bisa mencium adanya hal yang tidak benar dari tujuan dia bekerja di sini, Pa?"

Bukannya membenarkan apa yang Geza katakan. Dirly malah tertawa terbahak-bahak dengan apa yang Geza katakan barusan. Jangankan membenarkan, merasa terpancing atas kecurigaan yang Geza katakan saja Dirly tidak sedikitpun.

"Geza-Geza. Kamu ini ya."

"Tapi, tingkat kewaspadaan mu ini cukup baik ternyata. Papa suka dengan hal itu, Za."

"Alasan yang kamu katakan itu sedikit masuk akal. Tapi, Kiyan datang ke sini bukan dengan maksud yang tidak baik. Melainkan, dia datang dengan maksud untuk belajar bekerja di perusahaan asing yang juga bekerja sama dengan perusahaan keluarganya."

"Maksud papa?" Geza semakin dibuat bingung dengan penjelasan papanya yang dia rasa agak berbelit-belit barusan.

"Za. Dengar papa baik-baik. Sebelum Kiyan datang, papa dan mamanya sudah menghubungi papa secara resmi. Menanyakan prihal anak mereka, apakah bisa di ajarkan dengan baik untuk bekerja di sini atau tidak. Karena Kiyan adalah calon penerus perusahaan keluarga yang terkenal. Orang tuanya ingin anak mereka benar-benar bisa belajar sebelum mengambil alih perusahaan keluarganya kelak."

"Kenapa harus perusahaan kita yang dia datangi, Pa? Kenapa tidak perusahaan lain saja? Bukankah ada banyak perusahaan lain yang mungkin bisa menerima dia untuk diajarkan dengan baik? Apakah sepadan jika dia kita ajarkan?"

"Apakah dia sepadan untuk kita ajarkan? Jawabannya adalah, sangat sepadan, Geza. Karena kau tahu, dia adalah penerus perusahaan Dasis Grup. Mengerti?"

Mata Geza melebar saat mendengar nama perusahaan keluarga Kiyan papanya sebut.

"Apa! Dia adalah penerus perusahaan Dasis Grup?"

"Apakah aku harus mengulangi lagi apa yang sudah aku katakan, Geza? Kau anakku, harusnya kau tahu hal itu, bukan?"

Terpopuler

Comments

Anonymous_cinta

Anonymous_cinta

jangan terlalu kesal mysha ntar lama lama cinta lo hahahaha
drpd geza yg gk prnah ngargai loe

2022-11-15

3

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

bagus thor dengan menjadi asisten mysha mereka akan selalu dekat dan semoga hati mereka saling bertaut dan enyah lah kau geza

2022-11-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!