Selepas mengambil banyak batang singkong, aku membakar beberapa singkongnya untuk diberikan pada Arline dan juga Vista.
Mereka memiliki wajah senang dengan hanya hidangan sederhana ini.
"Rasanya enak."
"Benar."
"Banyak cara mengolahnya tapi ini yang paling sederhana," kataku.
Singkong tidak bisa tumbuh dengan cepat karena itulah aku khawatir kita harus tetap mencari asupan yang lainnya sebagai pengganti bahan pokok.
Melihat wajahku yang khawatir Arline bertanya.
"Apa ada yang salah?"
Aku memberikan apa yang kupikirkan sebelumnya.
"Memang benar, itu akan sulit bagi kita.. sebenarnya kami tiap hari hanya berburu ikan di danau di depan, tak masalah jika kita makan itu setiap hari."
Aku bukan ras kucing aku jelas akan terkena apa yang disebut bosan, Arline membusungkan dadanya yang besar selagi tersenyum puas.
"Aku memiliki skill tanaman, aku bisa membuat tanaman ini cepat tumbuh loh."
Vista dan aku menatapnya dengan pandangan berbinar.
"Aku lebih suka skill unikmu yang itu."
"Skill apa?"
"Skill yang.."
Sebelum aku mengatakannya dia segera membungkam mulutku.
"Bukan apa-apa skill keduaku bukan sesuatu yang khusus."
"Bagiku itu skill menarik."
Arline jelas memerah sementara Vista hanya memiringkan kepalanya dengan tanda tanya muncul di atas kepalanya.
Aku memasukkan semuanya ke dalam sihir penyimpananku untuk diolah nanti di desa sebelum melanjutkan perjalanan kembali, titik akhir kami adalah danau karena sudah memiliki banyak singkong kami tidak harus mendaki gunung.
Kami menemukan beberapa buah apel, mangga, jambu air dan juga pisang.
Hutan ini kaya dengan makanan tapi seperti yang diduga ras kucing sangat tidak peduli dengan ini.
"Eh, itu bisa dimakan aku pikir tanamannya beracun."
Insting bertahan hidup mereka memang lemah. Aku akan duduk di sini kalian bisa membersihkan diri di danau.
"Kalau begitu baiklah, lepas pakaianmu Arline."
"Di depan Melvin."
"Jangan malu-malu, ini kesempatan bagus untuk menunjukkan tubuhmu."
"Eh."
"Kalian mandi saja aku tidak akan melihat."
"Benarkah? Aku pikir kau tipe pria yang akan melompat ke tubuh wanita saat kau terangsang."
Kucing ini malah berpengetahuan luas dengan hal seperti itu.
Aku mengabaikannya dan berbaring untuk menatap langit, sama seperti saat aku datang, di sini sangat damai karena cahaya matahari terhalang oleh dedaunan itu membuatku nyaman. Suasananya bernilai 9.
"Dia benar-benar tidur di sana, apa dia tidak tertarik dengan kita Arline."
"Aku tidak ingin menjawabnya tapi dia beberapa kali melecehkanku."
"Haha kurasa kau juga menyukainya, wajahmu memerah loh... masa muda."
"Tidak begitu."
Setelah beberapa jam aku terbangun dan melihat bahwa dua orang yang kubawa tertidur di sampingku juga.
Aku menghela nafas panjang, yang jelas mereka terlalu santai di dekat pria.
Selagi duduk bersila aku menatap langit biru yang telah berubah menjadi oranye dengan beberapa gagak yang terbang di sekitarnya.
"A-apa, kita malah tertidur apa yang sudah kau lakukan padaku?"
"Tenanglah Arline sepertinya kita masih mengenakan pakaian kita."
"Aku tidak mengambil keuntungan seperti itu, mari kembali aku yakin Noa sudah makan jatah makananku."
Arline mendorong wajahnya begitu dekat padaku hingga kami saling merasakan nafas satu sama lain.
"Aku pikir kau berkata jujur, humph."
"Sudah jelaskan."
"Haha kalian ini? Kalau aku sih tidak keberatan."
Jika aku bilang tidak tertarik dia akan menghajarku lagi jadi aku memilih untuk diam. Tidak memikirkan apapun adalah tembaga, tidak bertindak perak, dan diam adalah emas meski begitu aku tidak pernah kaya-kaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ren
klau diam saja boleh kaya, tak ada yg namanya miskin
2023-09-28
0