Tapi bagi Alice dia akan menolaknya.
"Suatu hari aku akan jadi petualang atas, lihat saja nanti."
"Haha baiklah."
Para petualang ini jelas tidak bermaksud jahat mereka hanya khawatir dengannya, sering kali petualang yang tidak kompeten akan terbunuh dalam tugasnya.
Mengesampingkan hal itu kami berdua pergi ke loket.
Kebanyakan di dalam sebuah game kau akan menemukan resepsionis berdada besar, tak tanggung-tanggung itu sebesar melon.
"Gede banget."
"Ugh, kemana kau melihat?" yang berkata itu seorang resepsionis berambut pirang sebahu dengan seragam merah muda.
Dia membentuk pertahanan dariku.
"Apa kau jadi nafsuan setelah melihat tubuh semok Arline."
"Aku pria bermoral kau tahu."
"Bermoral apanya kau berusaha mengambil uang di jalanan dan juga, lihat ada seseorang yang menjatuhkan koin emas di lantai."
Alice menunjuk ke arah bawah meja dan aku segera mengikutinya dengan cepat.
"Di mana? Aku harus mendapatkannya."
"Tapi boong."
"Kau menipuku sialan."
"Lihat kan, hati-hati Arline mungkin dia akan menyetuhmu lain kali."
"Aku mengerti."
"Jangan bisik-bisik oi."
Wanita bernama Arline berdeham sesaat untuk kembali ke mode pekerjanya.
"Jadi apa dia anggota partymu?"
"Itu, dia hanya..."
"Aku memang berniat menjadi anggota partynya, tolong izinkan aku bergabung dengan guild," atas perkataanku Arline berlinang air mata.
"Syukurlah, kamu akhirnya punya anggota.. aku selalu khawatir jika Alice selalu sendirian."
"Kau membuatku terdengar menyedihkan, tapi apa kau yakin ingin bergabung dengan partyku?"
"Tentu saja, kenapa tidak... Alice cantik, walau dadanya kecil dia gadis yang cantik dan manis."
"Entah kenapa aku sedikit khawatir denganmu.. Arline tolong daftarkan dia tapi sebelum itu tolong beli dulu monster kami."
"Monster?"
Aku menjentikkan jariku dan mereka berjatuhan dari langit. Semua petualang terkejut.
"Banyak sekali."
"Mereka hanya monster lemah, bukannya hal normal memburunya sangat banyak."
"Tentu saja tidak normal, dan juga kenapa kamu bisa menggunakan sihir penyimpanan," teriak Arline.
Untuk sekarang biarkan staf guild untuk menilainya. Kami dapat cukup banyak uang setelahnya yang mana segera kubagi jadi dua bagian dengan Alice.
"Kalau begitu, kamu harus mengikuti tes untuk masuk ke dalam guild, tak masalah jika manamu sedikit yang penting kau bisa menggunakan sihir."
"Apa hal ini harus dilakukan?" tanyaku lemas.
"Ini untuk memberikan reputasi baik pada guild, kebetulan guild kami berada di posisi terakhir dibandingkan guild lainnya terlebih kota Isbel adalah kota kecil yang tidak diperhitungkan."
"Oi jangan mengatakan sisi gelap kota pada orang yang baru datang, pokoknya aku hanya harus menyentuh tanganku pada kristal ini bukan."
"Um."
Aku menyentuh seperti apa yang dikatakan Arline, sensasi lembut dan suara bergairah terdengar saat aku melakukannya.
"Ini sangat berbeda dari yang kubayangkan."
"Apa yang kau lakukan, kubilang sentuh kristalnya bukan dadaku."
"Uwaah."
Aku dihajar habis-habisan oleh Arline, Alice juga malah ikut-ikutan bahkan mereka menginjak-injakku.
"Mati, mati, mati."
"Saat bertemu denganmu aku juga ingin melakukan ini."
Aku babak belur.
Selagi menghela nafas panjang aku meletakan tanganku dan seketika bola cahaya bersinar lalu pecah.
"A-apa?"
Semua orang menantapku dengan pandangan keterkejutan.
"Bagaimana bisa? Apa kristalnya rusak."
"Tidak, kristalnya masih baru... kemungkinan besar mana dari Melvin tidak terbatas."
"Aku akan melaporkan hal ini pada guild master tolong tunggu sebentar."
Arline kembali dengan seorang pria tua dengan kepala plontos serta jenggot putih. Dia menatapku dengan tatapan menilai.
"Menarik, aku yakin orang ini akan membawa angin perubahan pada dunia persilatan."
"Master, kita petualang."
"Benar juga, aku sudah pikun haha."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ren
hahaha
2024-04-26
0