Ngga Di anggap

Renata melirik jam di tangannya. Sudah pukul tujuh malam. Punggung dan pinggangnya sudah sangat pegal. Begitu juga dengan jari jari tangannya, terasa kebas dan kaku. Sudah tiga jam Renata duduk membantu pekerjaan Joandra.

Sekarang dia merasa lapar.

Ponselnya bergetar. Dia merasa bersyukur mama menelponnya.

"Ya ma. Bentar lagi aku pulangnya. Lagi bantu pak bos," kata Renata memberitahu setelah mendengar suara mamanya yang terdengar khawatir karena putrinya belum juga sampai di rumah.

"Aku belum makan, ma. Ni mau nyari makan," ucap Renata sambil melirik Joandra. Dia terkesiap karena Joandra saat ini tengah menatapnya juga. Renata pun cepat cepat mengalihkan tatapannya.

"Oke, ma. Nanti Renata kabari lagi," ucapnya gugup karena menyadari Joandra masih menatapnya.

Dia pun menutup telponnya.

Hening.

Renata kembali menatap berkasnya dengan resah. Dia merasa tatapan Joandra sangat tajam menghunjam manik matanya. Seakan ada kemarahan yang tersimpan di sana untuknya.

Tapi Renata tetap ngga bisa ngerti, apa yang sudah dia lakukan sampai laki laki yang dulu selalu memperhatikannya, sekaramg terlihat membemcinya.

Apa dia marah karena aku mengadu sama mama kalo aku masih disuruh kerja dengannya? batin Renata menduga.

"Kamu boleh pulang," ucap Joandra memecah kesunyian.

Wajah Renata langsung berseri

"Bapak mau saya pesankan makanan?" tanyanya berinisiatif saking senangnya.

Dia merasa bosnya belum mau pulang.

"Kamu pulang saja. Saya bisa sendiri," jawab Joandra datar dan tatapannya kini dialihkan ke arah laptopmya.

Dengan menyembunyikan senyum girangnya Renata pun segera bangkit dan mendekati meja Joandra. Dia pun menyerahkan berkas berkas yang tadi dikerjakannya.

"Sudah selesai, pak," katanya dengan riang. Lesung pipinya pun tercetak.dalam.

Joandra terpesona sesaat. Lesung pipi yang selalu dia rindukan. Tapi kemudian dia mengalihkan tatapannya ke berkas berkas yqng diberikan Renata.

"Yakin benar?" tanya Joandra meremehkan.

Tapi karena saking senangnya sudah diperbolehkan pulang, Renata ngga mempermasalahkannya sindiran bosnya.

"Yakin, pak. Saya pulang dulu ya. Terimakasih," balasnya ramah sebelum membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi tanpa.menunggu jawaban Joandra.

"Sama sama," gumam Joandra lirih.

Begitu Renata sudah menutup pintu, Joandra menelpon pengawal pribadi terpecayanya.

"Lindungi dia sampai ke rumahnya."

"Siap bos."

Gara gara kejadian tadi siang menyuruh Renata pulang sendiri, membuat hati Joandra merasa bersalah dan ngga tenang.

Sekarang dia meminta salah satu pengawalnya untuk menjaga gadis itu kemana pun dia pergi.

Ngga banyak pegawai yang lembur. Bu Inggrid sepertinya sudah pulang. Renata sempat mengintip ke ruangannya dan ternyata sudah kosong.

Bibirnya mengembangkan senyum lega.

Kemudian dia melangkahkan kakinya memasuki lift.

Ada beberapa orang yang ikut bersamanya. Tapi Renata ngga mengenal mereka.

Begitu sampai di parkiran, Renata melajukan pelan mobilnya. Renata pun sampai di restoran favoritnya.

Dia akan membelikan bebek bakar buat mamanya yang sedang menunggunya pulang.

"Dua porsi, mba?" tanya pegawai restoran itu sambil mencatat pesanannya.

"I-iya, eh engga. Tiga ya mba."

"Ditunggu bentar, ya, mba."

"Oke."

Renata pun duduk di kursi kosong di dekatnya sambil mengutuki kelabilan mulutnya.

Aku ini kenapa? Mengapa harus mengingat, dia, sih. Biar aja dia kelaparan.

Renata menangkupkan kedua tangannya di wajahnya. Frustasi dengan kelakuannya sendiri.

Apa nanti ngga akan disuruh ngerjain kerjaan dia lagi?

Bodoh Renata. Bodoh kamu.

Renata menghembuskan nafas dengan kesal.

Tapi kasian juga. Kak Joandra juga belum makan, bela hati kecilnya.

Setelah menimbang nimbang cukup lama, Renata terpaksa mengambil keputusan berat. Dia akan mengantarkan makanannya sendiri ke ruangan Joandra.

Kalo menyuruh ojol rasanya kurang pantas saja, mengingat hubungan mereka yang sangat buruk sekarang. Bisa bisa makanannya akan dikasih buat ojolnya.

*

*

*

Di sinilah Renata sekarang. Di depan pintu ruangan Joandra. Dia jadi gelisah sendiri.

Masuk enggak?

Masuk engga?

Saat tangannya akan membuka pintu, pintu itu malah sudah terbuka, menampilkam sosok Joandra dengan wajah suntuknya. Tapi tetap saja sangat tampan di mata Renata.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Joandra pura pura kaget. Pengawalnya tadi sudah memberitahukan padanya kalo Renata kembali ke kantor setelah mampir di sebuah restoran yang menyediakan menu aneka bebek.

Renata cukup terhenyak, ngga menyadari bosnya yang akan membuka pintu.

Setelah mengatur nafasnya yang seakan sulit mengikat oksigen di paru paru, dengan ragu Renata menyodorkan paper bag yang berisi bebek bakar pada Joandra.

Joandra mengerutkan keningnya melihat paper bag itu. Tapi tangannya juga terulur meraihnya.

Renata merasa lega. Dia kira Joandra ngga akan menerimanya.

"Bebek bakar," ucapnya pelan.

"Saya ngga pesan," jawabnya dingin.

Sabar, Renata. Sabar.

"Iya. Cuma tadi pengen beli aja karena saya tau bapak juga belum makan," ucap Renata pelan.

"Hemm."

"Sa saya pulang dulu," pamitnya gugup seraya membalikkan badannya. Tapi tubuhnya langsung kaku melihat Silvia yang sedang berjalan mendekati mereka. Di tangannya juga ada dua paper bag.

Ternyata aku ngga perlu mengasihaninya, batin Renata mencelos. Perasaan malu hinggap begitu saja dalam hatinya.

"Hai, sayang. Kata tante kamu lembur," sapa Silvia hangat sambil bergayut di bahu Joandra manja. Joandra mendiamkannya sambil menatqp lekat punggung Renata.

"Hai, Kita pernah bertemu di lift," sapa Silvia saat ramah. Padahal tadi dia melewati Renata begitu saja seolah Renata adalah hama yang ngga terlihat.

Renata tersenyun kecut.

Dia pun kembali membalikkan tubuhnya ke arah Joandra dan Silvia. Menatap sedih pada kedua lengan yang saling bertempelan mesra

"Iya, nona."

"Itu apa?" tanya Silvia sambil menunjukkan pada paper bag yang berada di tangan Joandra.

Renata sudah bersiap akan mengambilnya kembali jika Joandra akan membuangnya.

Masih banyak orang yang membutuhkan makanan, bukan? Ngga perlu terlalu kecewa, batin Renata menguatkan.

"Tadi aku nitip makanan sama Renata."

Renata sampai membesarkan bola matanya, ngga nyangka Joandra akan mengatakan kebohongam itu.

"Oooh... Kembalikan aja ke Renata. Nanti makanan yang aku bawa ngga dimakan, dong," kata Silvia sambil cemberut.

Renata tau diri. Dia pun mengulurkan lagi tangannya.

"Iya, pak. Biar saya bawa pulang lagi."

Joandra menatapnya lekat tapi mengacuhkan uluran tangan itu.

"Ini urusan saya. Sebaiknya kamu pulang," ucapnya dingin.

Renata terdiam. Dia menarik tangannya kembali.

"Saya pulang. Permisi," ucapnya sambil membalikkan tubihnya dan melangkah pergi.

Kembali Renata merasa sakit di hatinya saat mendengar suars pintu ruangan itu tertutup.

Dia benar benar tunangan yang ngga dianggap.

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Nyesek bgt sih😢

2022-12-01

3

Lee

Lee

Lanjut thor..
mangatt..💪💪

2022-11-27

1

YouTrie

YouTrie

Semangat

2022-11-26

1

lihat semua
Episodes
1 Penebus Utang
2 Takut
3 Kilas Balik
4 Jalan Takdir
5 Pertunangan
6 Hari Pertama Bekerja
7 Ketemu Susan
8 Kilas Balik Susan
9 Masih dirahasiakan
10 SP 1
11 Masih setia memberi hukuman
12 Ulah Bos Joandra
13 Diana Yang Menghindar
14 Ingatan Joandra
15 Hati Diana
16 Saraswati
17 Sakit di Hati
18 Ngga Di anggap
19 Rahasia
20 Terbuka dan meninggalkan rasa kecewa
21 Kemarahan yang Meledak
22 Diikat dengan Kuat
23 Foto Yang Asli
24 Bu Inggrid yang Pengertian
25 Pikiran dan Hati yang ngga sinkron
26 Penuh Tanda Tanya
27 Tugas Tambahan Renata
28 Panas
29 Rencana masa depan
30 RESIGN?
31 Taktik tarik ulur
32 Ketahuan Berbohong
33 Ingatan Joandra
34 Kegilaan Joandra
35 Mengerjai Saraswati
36 Circle Diana
37 Kemyataan yang sebenarnya
38 Pembalasan memalukan
39 Bertemu Tante Anggia
40 Kilas balik donor darah Renata
41 Perlahan Terbuka
42 Dua situasi yang berbeda
43 Interogasi
44 Keputusan Joandra
45 Masih berprasamgka
46 Rencana Mama Joandra
47 Pasangan Alay
48 Menikmati Berdua
49 Rumor
50 Mama Joandra yang kejam
51 Mama Joandra yang kejam part 2
52 Masih Berlanjut
53 Kabar tentang mama
54 Harapan Sahabat
55 Musibah Joandra yang beruntun
56 Renata beneran pergi
57 Dendam mantan sahabat
58 Mengambil Sikap
59 Kenyataan yang menyedihkan
60 Hari kelam Diana
61 Karma
62 Dejavu Renata
63 Bertemu lagi
64 Bahagia
65 Takdir
66 Rencana Silvia
67 Akhir yang Kejam
68 Berakhir dengan Indah
69 Extra part 1
70 extra part 2
71 Pengumuman
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Penebus Utang
2
Takut
3
Kilas Balik
4
Jalan Takdir
5
Pertunangan
6
Hari Pertama Bekerja
7
Ketemu Susan
8
Kilas Balik Susan
9
Masih dirahasiakan
10
SP 1
11
Masih setia memberi hukuman
12
Ulah Bos Joandra
13
Diana Yang Menghindar
14
Ingatan Joandra
15
Hati Diana
16
Saraswati
17
Sakit di Hati
18
Ngga Di anggap
19
Rahasia
20
Terbuka dan meninggalkan rasa kecewa
21
Kemarahan yang Meledak
22
Diikat dengan Kuat
23
Foto Yang Asli
24
Bu Inggrid yang Pengertian
25
Pikiran dan Hati yang ngga sinkron
26
Penuh Tanda Tanya
27
Tugas Tambahan Renata
28
Panas
29
Rencana masa depan
30
RESIGN?
31
Taktik tarik ulur
32
Ketahuan Berbohong
33
Ingatan Joandra
34
Kegilaan Joandra
35
Mengerjai Saraswati
36
Circle Diana
37
Kemyataan yang sebenarnya
38
Pembalasan memalukan
39
Bertemu Tante Anggia
40
Kilas balik donor darah Renata
41
Perlahan Terbuka
42
Dua situasi yang berbeda
43
Interogasi
44
Keputusan Joandra
45
Masih berprasamgka
46
Rencana Mama Joandra
47
Pasangan Alay
48
Menikmati Berdua
49
Rumor
50
Mama Joandra yang kejam
51
Mama Joandra yang kejam part 2
52
Masih Berlanjut
53
Kabar tentang mama
54
Harapan Sahabat
55
Musibah Joandra yang beruntun
56
Renata beneran pergi
57
Dendam mantan sahabat
58
Mengambil Sikap
59
Kenyataan yang menyedihkan
60
Hari kelam Diana
61
Karma
62
Dejavu Renata
63
Bertemu lagi
64
Bahagia
65
Takdir
66
Rencana Silvia
67
Akhir yang Kejam
68
Berakhir dengan Indah
69
Extra part 1
70
extra part 2
71
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!