Pagi ini seperti biasa, Virlie akan ke halaman belakang untuk menemui peliharaannya. Rumah Dion memang sangat besar, sehingga halaman belakangnya pun sangat luas.
"Halo Pablo," seru Virlie dengan senyumannya.
Pablo itu nama kuda kesayangannya, Virlie mempunyai hobi menunggang kuda. Pablo adalah kuda hadiah dari Kakeknya saat Virlie ulang tahun yang ke tujuh tahun.
Awalanya Virlie takut, tapi lama-kelamaan Kakeknya sering mengajak Virlie menunggang kuda hingga akhirnya Virlie justru berbalik menyayangi Pablo.
"Pak, apa Pablo sehat?" tanya Virlie.
"Sehat Nona."
"Aku ingin menungganginya sebentar sebelum berangkat kuliah."
"Boleh, silakan."
Virlie pun membawa Pablo ke arena tempat Pablo berlari-lari, dan tentu saja di awasi oleh Pak Rohman yang merupakan pengurus Pablo dari kecil.
Dulu Virlie sering terjatuh, bahkan sampai kakinya patah tapi Virlie tidak kapok justru dia semakin bersemangat untuk menjinakkan Pablo, dan akhirnya Pablo pun jinak sampai sekarang.
Virlie mulai menaiki tubuh Pablo dan perlahan Pablo pun mulai berjalan, Virlie tampak keren kalau sedang menunggangi kuda seperti itu dan sifat manjanya sudah tidak terlihat lagi.
Sementara itu, Ibra baru saja selesai mengelap mobil Virlie.
"Akhirnya selesai juga, sekarang aku tinggal mandi saja," gumam Ibra.
Ibra pun kembali ke kamarnya untuk mandi, setelah selesai Ibra pun sudah siap untuk pergi ke kampus.
"Kak Ibra, ayo sarapan dulu!" teriak Vero.
"Ah, tidak usah Vero, Kakak sarapan di kampus saja," sahut Ibra.
"Kenapa harus sarapan di kampus? sini sarapan dulu, soalnya si Bibi sudah masak banyak banget," seru Mommy Valerie.
"Ibra sarapan di belakang saja bersama yang lainnya."
"Ngapain di belakang, ayo sini duduk."
"Tapi Bu-----"
"Sudah gak ada tapi-tapian, ayo duduk."
Ibra pun tidak bisa menolak, akhirnya Ibra pun duduk di samping Vero.
"Kak Ibra harus makan yang banyak, karena menghadapi Kak Virlie itu butuh tenaga ekstra jangan sampai Kak Ibra pingsan," bisik Vero.
Ibra pun mengacungkan jempolnya sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Ini Kak, mau pakai ini tidak," seru Vero dengan mengasongkan kapas bulat.
"Buat apa?" tanya Ibra bingung.
"Kakak lihat saja dalam hitungan detik, suara yang memekakkan telinga akan segera terdengar."
Ibra masih belum mengerti dengan ucapan Vero.
"Elsaaaaa....."
"Noh, sudah terdengar, siap-siap sebentar lagi akan lebih nyaring," bisik Vero.
"Elsaaaaa...."
"Iya Nona."
"Kenapa sepatu aku yang putih itu belum di cuci? bukanya kemarin aku sudah menyuruh kamu untuk mencucinya!" bentak Virlie.
"Maaf Nona, saya lupa soalnya kemarin saya sibuk jadi saya lupa," sahut Elsa dengan menundukan kepalanya.
"Kamu ya, memang selalu membuatku kesal, mulai sekarang kamu aku pecat."
"Jangan Nona, saya mohon. Saya butuh sekali dengan pekerjaan ini, kalau Nona memecat saya, bagaimana biaya sekolah adik saya," seru Elsa dengan deraian airmata.
"Virlie, jangan seperti itu. Elsa, kamu boleh kembali bekerja," seru Mommy Valerie.
"Mommy kok gitu, sudah tahu kerjaan Elsa tidak benar, kok Mommy malah membelanya sih?"
"Kemarin Mommy yang menyuruh Elsa untuk bantuin Mommy, jadi Elsa lupa dengan pekerjaannya."
Virlie pun langsung mengambil sepatu yang lainnya, dan pergi begitu saja.
"Sayang, kamu tidak sarapan dulu!" teriak Mommy Valerie.
"Anak itu, selalu saja begitu," seru Daddy Dion.
"Pak, Bu, kalau begitu saya pamit dulu."
Ibra pun langsung menyusul Virlie, Virlie sudah duduk di dalam mobil. Perlahan, Ibra mulai melajukan mobilnya menuju kampus.
"Bisa tidak, kamu itu tidak bersikap kasar kepada orang, kasihan. Kamu masih untung hidup dalam bergelimang harta, bayangkan kalau orang itu seperti aku yang hidup serba kekurangan dan jadi tulang punggung keluarga serta hanya mengandalkan pekerjaan yang saat ini sedang dijalankan. Setidaknya kamu punya empati sedikit kepada orang lain," seru Ibra.
"Diam kamu, siapa kamu berani-beraninya menceramahi aku?" bentak Virlie.
"Aku bukannya menceramahi kamu, tapi aku hanya mengingatkan karena kalau kamu merasakan kehidupan seperti kami, belum tentu kamu bisa menjalaninya."
Virlie menatap Ibra dengan tatapan kebenciannya, baru kali ini ada orang selain keluarga yang berani menceramahinya seperti itu.
Hingga sampai kampus pun, Virlie memilih diam dan tidak mengajak Ibra untuk bicara. Ibra pun memarkirkan mobilnya di parkiran, dan Virlie langsung turun dari mobilnya.
Virlie tidak mengikatkan tali sepatunya karena dia memang tidak bisa, hingga akhirnya kakinya sendiri menginjak tali sepatu itu dan Virlie hendak jatuh.
"Aaaaa...."
Ibra dengan sigap menangkap tubuh Virlie sehingga Virlie tidak jatuh dan justru jatuh kepelukan Ibra. Untuk sesaat mereka saling pandang satu sama lain, hingga Virlie pun tersadar dan melepaskan diri dari Ibra.
Virlie kembali melangkahkan kakinya tapi Ibra menghentikannya.
"Tunggu!"
"Apa?" kesal Virlie.
"Kamu ikatkan dulu tali sepatunya, nanti keinjak lagi dan jatuh."
"Biarkan saja, aku tidak bisa mengikat tali sepatu," ketus Virlie.
Virlie hendak melangkahkan kakinya lagi tapi Ibra dengan cepat menghalangi langkah Virlie.
"Apaan sih, minggir!"
Ibra tidak mendengarkan ocehan Virlie, Ibra pun berjongkok di hadapan Virlie dan mengikatkan tali sepatu Virlie membuat Virlie terkejut.
"Tidak usah."
Virlie memundurkan kakinya karena merasa tidak enak membuat Ibra mendongakkan kepalanya.
"Tidak usah bagaimana, masih untung barusan ada aku, kalau gak ada aku, sudah pasti kamu jatuh."
Virlie pun terdiam, hingga akhirnya Ibra pun melanjutkan ikatannya.
"Sudah selesai."
Virlie pun dengan cepat melangkahkan kakinya meninggalkan Ibra.
"Dasar, anak Sultan, ikat tali sepatu pun gak bisa," gumam Ibra dengan senyumannya.
"Virlie!"
Virlie pun menghentikan langkahnya...
"Ya ampun, aku rindu sekali denganmu," seru Lisa sembari memeluk Virlie.
"Apaan sih lebay."
"Vir, kok kamu bisa bareng sama Ibra?"
"Sekarang dia jadi sopir aku."
"Kok bisa?"
"Iya, Pak Agus itu Bapaknya dia dan sekarang Pak Agus lagi sakit, jadi dia yang gantiin jadi sopir."
"Asyik dong punya sopir tampan."
"Asyik apanya, dia itu nyebelin tahu kamunya aja yang gak tahu."
Virlie dan Lisa pun berjalan beriringan, seperti biasa mereka menjadi pusat perhatian.
"Lis, aku masuk kelas dulu ya."
"Eh tunggu Vir, nanti malam kita nongkrong yuk, sudah lama nih gak nongkrong."
"Boleh, ke mana?"
"Tempat biasa, tapi kamu yang jemput aku ya," seru Lisa nyengir.
"Idih, kok gitu?"
"Kamu kaya gak tahu Papa aku aja, dia kan orangnya rempong suka tanya-tanya, mau ke manalah, sama siapalah, pulangnya jam berapalah, kalau kamu yang jemput aku, Papa gak bakalan banyak tanya."
"Oke, aku jemput kamu jam 19.00 malam."
"Sip, sampai jumpa nanti malam."
Virlie pun langsung masuk ke dalam kelasnya, Amara dan Fatma menatap sinis ke arah Virlie. Mereka berdua memang jiwanya julid, tidak suka melihat Virlie.
Memang semenjak Virlie masuk kuliah di sana, Amara atau pun teman sekelasnya belum pernah melihat Virlie datang ke kampus pakai mobil apa dan sama siapa, jadi mereka masih belum tahu siapa Virlie sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
R@yn@
menunggang kuda bisa masak tali sepatu aja ngak bisa.....aduh Virlie..... 🤦 untung anak orang kaya coba kalau ngak bisa bisa nyeker ke kampus......😂😂😂
2022-11-22
1
ꪶꫝNOVI HI
apa perlu di bikin susah dulu biar gak arrogant lagi si virlie
2022-11-19
1
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
hahahahahah baru kali ini Virlie kena ceremah cowok Ibra pula yg nota bene sopir dia ya walaupun dia hanya gantikan bapak nya sementara tapi kata² ibra bikin skak matt 🤭🤭🤭
2022-11-19
1