Keesokan harinya....
Pagi-pagi sekali Virlie sudah terbangun, perutnya terasa sangat lapar karena kemarin dia tidak makan. Dia pun segera mengambil handuk dan memutuskan untuk mandi, mumpung semua orang masih terlelap tidur.
Perlahan Virlie keluar dari kamarnya dengan membawa handuk dan juga baju ganti, dia langsung menuju kamar mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Virlie pun sudah selesai mandi. Dia masuk ke dalam kamar dan mengambil roti tawar beserta selai kacang kesukaannya. Dia mulai duduk di kursi yang di depan dapur dan mulai mengolesi roti dengan selai kesukaannya, Virlie tidak sadar kalau dari tadi Ibra memperhatikan gerak-geriknya.
Ibra memang biasa bangun subuh, habis shalat subuh dia akan lanjut mengaji dan kebetulan posisi Ibra mengaji itu di balik kursi tapi Ibra bisa melihat Virlie dengan jelas.
"Astaga, untung aku bawa persiapan makanan dan cemilan," gumam Virlie.
Virlie makan roti dengan lahapnya membuat Ibra harus menahan tawanya karena lucu melihat ekspresi makan Virlie.
Hingga akhirnya Ibra pun berdiri dan merapikan bekas shalatnya membuat Virlie seketika tersedak karena kaget.
"Uhuk..uhuk..uhuk...."
Virlie menepuk-nepuk dadanya kemudian mengambil susu kotak yang biasa dia bawa ke mana pun.
"Ngapain subuh-subuh begini sudah makan roti? lapar ya?" ledek Ibra.
"Suka-suka akulah, memangnya apa urusannya sama kamu," ketus Virlie.
"Makanya jangan gengsi-gengsian, kalau perut lapar, makan saja jangan pura-pura menahan rasa lapar."
"Siapa juga yang gengsi? memang aku tidak selera dengan makananya, aku tidak pernah makan makanan sembarangan."
Virlie segera memeluk roti tawarnya dan susu kotaknya karena takut Ibra memintanya, kemudian pergi meninggalkan Ibra.
Virlie pun menyelesaikan makanannya dan langsung kembali masuk ke dalam kamarnya membuat Ibra kembali tersenyum dengan tingkahnya.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 09.00 pagi dan semuanya bersiap-siap untuk melakukan penyuluhan di balai desa.
Virlie berjalan paling belakang mengikuti semuanya, dan seperti biasa Kevin selalu saja mendekati Virlie.
"Kamu itu ngapain sih, deketin aku terus?" ketus Virlie.
"Memangnya gak boleh, ya?"
"Gak boleh, aku paling tidak suka dekat-dekat dengan orang asing."
"Gak apa-apa, cobain dulu dekat dengan orang asing nanti lama kelamaan juga bakal nyaman," seru Kevin.
Virlie benar-benar sangat malas meladeni laki-laki yang bernama Kevin itu, Virlie pun memutuskan untuk memasang ear phone di telinganya supaya dia tidak pusing mendengarkan ocehan Kevin.
Beberapa saat berjalan, akhirnya rombongan Ibra pun sampai di balai desa. Ternyata saat ini masyarakat kampung itu sedang ada kegiatan masak-memasak karena mereka sedang mengikuti lomba membuat tumpeng antar desa.
"Adek-adek, mari ke sini! kebetulan saat ini Ibu-ibu warga sini sedang memasak untuk mengikuti perlombaan membuat tumpeng antar desa, adek-adek sekalian bisa sekalian ikut menilai masakan kami, enak apa tidak," seru Pak RW.
"Boleh Pak, dengan senang hati," sahut Ibra.
"Berarti hari ini kita tidak jadi penyuluhan dong?" seru Fatma.
"Sepertinya di pending dulu, besok kita lanjut saja soalnya gak enak toh Ibu-ibunya juga sedang sibuk, lebih baik sekarang kita bantuin Ibu-ibu di sini masak," seru Ibra.
Akhirnya dengan terpaksa Amara dan yang lainnya ikut membantu Ibu-ibu memasak, kecuali Virlie, Virlie kembali mangkir dari tugasnya dan mengotak-ngatik ponselnya yang sama sekali tidak ada signal.
"Ya ampun, signalnya pada ke mana?" gerutu Virlie.
Virlie tampak melompat-lompat untuk mencari signal, bahkan sesekali berlarian ke sana- ke mari membuat Ibu-ibu yang sedang masak merasa bingung.
"Si Eneng geulis teh, lagi ngapain? kok lari-lari begitu?" seru salah satu Ibu-ibu.
Seketika semuanya menoleh ke arah Virlie. "Dia cewek gila Bu, jadi tidak usah dihiraukan," seru Amara.
"Gila, maksud Eneng, si Eneng geulis itu teh gelo?"
"Hus, sembarangan kalau ngomong. Apaan sih Ra, tuh mulut kalau ngomong asal mangap saja!" sentak Kevin.
Amara langsung terdiam dan menundukkan kepala saat Kevin membentaknya.
"Dia lagi mencari signal Bu, untuk menghubungi keluarganya," seru Kevin.
"Oh, begitu ya."
Ibra langsung menghampiri Virlie dan merebut ponsel milik Virlie.
"Apa-apaan sih, siniin ponsel aku!" sentak Virlie.
"Kamu tidak lihat, anak-anak yang lain sedang sibuk membantu Ibu-ibu, kamu malah sibuk main ponsel."
"Terus, memangnya kenapa? aku di sana juga gak bisa bantuin mereka kok, jadi daripada aku mengacaukan masakan mereka, mending aku di sini saja," ketus Virlie.
Ibra memasukan ponsel Virlie ke kantong celananya dan pergi begitu saja.
"Hai kurir, kembalikan ponsel aku!" teriak Virlie.
Ibra segera berlari dan Virlie pun mengejarnya namun sayang, Virlie tidak bisa mengambil ponselnya karena suasana di balai desa ramai.
"Kembalikan ponselku!"
"Aku akan kembalikan ponselmu, tapi sekarang kamu harus bantuin Ibu-ibu memasak dulu, nanti aku kembalikan ponsel kamu," seru Ibra.
Virlie tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti ucapan Ibra, lagipula memang seharusnya dia ikut membantu juga.
"Bu, aku bantuin apa nih?" tanya Virlie.
"Neng geulis bantuin goreng tempe ini saja."
Seorang Ibu-ibu memberikan sebuah wadah yang berisi tempe yang sudah dipotong-potong. Virlie pun menghampiri tungku yang berisi wajan besar.
"Bagaimana caranya menggoreng tempe ini? kan, seram banget minyak panas gitu, nanti kalau kena tanganku bagaimana?" batin Virlie.
"Uhuk...uhuk..uhuk...."
Virlie mulai batuk-batuk karena masyarakat di sana memasak masih memakai kayu bakar yang asapnya sangat-sangat mengganggu.
Palung....
"AW...panas tahu, kamu bisa tidak goreng tempenya gak usah dilempar kaya gitu!" bentak Amara.
Ternyata Virlie melempar tempenya ke dalam wajan sehingga membuat minyaknya mencret ke tangan Amara.
"Ya sorry, habisnya aku gak tahu cara goreng tempe," sahut Virlie dengan santainya.
Ibra segera menghampiri Virlie, sedangkan Amara diobati oleh salah satu Ibu-ibu.
"Kamu bisa tidak, sekali saja kerja yang benar dan tidak membuat ulah," kesal Ibra.
"Tadi kan, aku sudah bilang, aku gak bisa masak kamunya aja yang terus-terusan maksa," ketus Virlie.
"Sudahlah Bro, lo kenapa sih nyalahin Virlie terus? ya, wajarlah kalau dia gak bisa masak," sahut Kevin membela Virlie.
"Wajar apanya, jadi perempuan itu harus bisa masak jangan manja."
"Kamu ya, lama-lama nyebelin banget," kesal Virlie.
"Sudah jangan banyak protes, buruan goreng lagi tempenya tapi jangan dilempar, bahaya," seru Virlie.
"Coba contohin bagaimana caranya goreng tempe," seru Virlie.
Ibra pun dengan telaten menyontohkan bagaimana cara menggoreng tempe yang benar, Ibra memang seorang laki-laki tapi Ibra jago masak karena dari kecil Ibra memang sering membantu Mamanya memasak.
"Nah, kaya gini cara goreng tempe, sekarang giliran kamu."
Perlahan Virlie mencoba untuk menggoreng tempe tapi tangan Virlie tidak lepas dari baju Ibra sehingga Ibra tidak bisa pergi.
Setiap Virlie memasukan tempe ke wajan, dia akan berlari ke punggung Ibra untuk bersembunyi dari pecretan minyak.
"Astaga, kalau cara masaknya seperti ini, kapan selesainya?" seru Ibra.
"Diam kamu jangan banyak ngomong!" sentak Virlie.
Wajah Virlie tampak dekat sekali dengan Ibra, wajah tegang Virlie yang ketakutan kena puncratan minyak membuat Ibra tanpa sadar menyunggingkan senyumannya.
"Uhuk..uhuk..uhuk..."
Virlie kembali batuk-batuk, bahkan sekarang matanya sudah mengeluarkan airmata karena pedih terkena asap.
"Astaga Ibu, bisa tidak kayu bakarnya diganti sama sampo bayi biar gak pedih di mata!" teriak Virlie.
Ibra sampai terkekeh mendengar candaan receh Virlie.
"Dasar, cewek ini memang kadang-kadang lucu, kadang-kadang menyebalkan," batin Ibra dengan senyumannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
R@yn@
awas jatuh cinta......Ibra......jangan suka kesel ma Virlie.....nanti susah tidur keinget terus .....
2022-11-18
1
Ryanti Yanti
heeemmmm emang dasar ya si virlie ketus mulu bawa'an nya
2022-11-16
1
ꪶꫝNOVI HI
emang tu tungku bayi pake shampoo 😂😂😂
2022-11-16
1