Mobil Virlie pun sampai di butik dan Pak Agus segera membukakan pintu untuk Virlie.
"Pak Agus pulang saja, nanti kalau aku mau pulang, aku hubungi Pak Agus," seru Virlie.
"Baik Nona."
Pak Agus pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan butik Virlie, Virlie segera masuk dan semua karyawan tampak membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan kepada pemilik butik.
"Bagaimana penjualan bulan ini?" tanya Virlie.
"Sangat baik Nona, banyak yang pesan gaun dari butik ini," sahut Sinta.
Virlie melihat ada kotak yang sudah siap dikirim.
"Terus ini pesanan siapa?" tanya Virlie.
"Itu pesanan dari seorang anak pengusaha, Nona."
"Kenapa belum diantar?"
"Kita menunggu kurir yang akan mengambilnya."
"Kurirnya belum datang?" sentak Virlie.
"Belum Nona."
"Astaga, kurir apaan telat seperti ini? Bagaimana kalau konsumen aku pada kabur karena pesanannya telat datang," gerutu Virlie.
Sinta dan karyawan lainnya hanya diam saja dan menundukan kepalanya, mereka tidak tahu harus jawab apa.
"Ya sudah, kamu boleh kembali bekerja nanti kalau kurirnya sudah datang kasih tahu aku, biar aku marahin tuh kurir."
"Baik Nona."
Virlie pun duduk di kursi kebesarannya sembari memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut.
"Hari ini semua orang kenapa bikin aku darah tinggi sih," gumam Virlie.
Beberapa saat kemudian, sebuah motor matic berhenti di depan butik. Semua karyawan butik yang memang semuanya wanita tampak girang dengan kedatangan kurir itu karena pasalnya kurir itu tampan dan juga ramah.
"Itu si Mas kurirnya datang!"
"Mana-mana, ya ampun makin tampan saja."
Begitulah celetukan-celetukan yang terdengar oleh Virlie, Virlie pun segera bangkit dari duduknya dan mengintip dari jendela dan ternyata kurirnya baru datang.
"Awas kamu, jam segini baru datang," geram Virlie.
Virlie pun segera keluar dari ruangannya membuat semua karyawan terkejut dan langsung pergi ke tempat kerja masing-masing.
Sementara itu si kurir sedang asyik mengobrol dengan Sinta, awalnya Sinta bahagia tapi di saat melihat Virlie keluar, Sinta pun langsung diam dan menundukan kepalanya.
"Mba Sinta kenapa langsung diam seperti itu? Biasanya juga bawel," seru Ibra.
Ya, ternyata kurir tampan yang tunggu-tunggu semua karyawan itu adalah Ibra yang merupakan teman kuliah Virlie.
Sinta tidak bisa berkata-kata, karena di belakang Ibra, Virlie sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada.
"Oh, jadi ini kurir yang datang seenaknya itu!" seru Virlie dengan sinisnya.
Ibra pun membalikan tubuhnya, seketika Ibra dan Virlie melotot dan saling tunjuk satu sama lain.
"Kamu!"
"Oh, jadi kamu kurir itu? Kamu tahu tidak, butik aku itu tidak pernah mengecewakan konsumen dan sekarang kamu datang telat, kamu mau konsumen aku pada komplain?" sentak Virlie dengan berkacak pinggang.
Ibra tersenyum dan menghampiri Virlie kemudian menunjuk-nunjuk kening Virlie membuat semua karyawan membelalakan matanya.
"Kamu cantik-cantik kok banyak ngehalu sih, kalau sampai Bu Valerie tahu kamu ngaku-ngaku pemilik butik ini, baru tahu rasa kamu," ledek Ibra.
Dia tidak tahu kalau Valerie itu Mommynya Virlie. Virlie semakin geram, dia menepis tangan Ibra yang dengan tidak tahu dirinya menunjuk-nunjuk keningnya.
"Aku pemilik butik ini," kesal Virlie.
"Hahaha....dia memang cewek gila," tunjuk Ibra dengan tertawa terbahak-bahak.
Semua karyawan semakin menundukan kepalanya, mereka tahu pasti sebentar lagi lahar panas akan segera menyembur.
"Mba Sinta mana Ibu Valerienya, aku mau ambil pesanan," seru Ibra dengan santainya.
"Ka-mu bi-sa am-bil pesa-nan ke Nona Virlie," sahut Sinta dengan terbata.
Ibra mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
"Nona Virlie ini putrinya Nyonya Valerie dan butik ini memang milik Nona Virlie," sahut Sinta.
Seketika Ibra diam seribu bahasa, susah payah Ibra menelan salivanya lalu secara perlahan, Ibra pun membalikan tubuhnya dengan sengirannya.
Tapi Virlie sudah terlihat sangat marah. "Pergi kamu dari butik aku, mulai hari ini aku pecat kamu jadi kurir di butik ini!" sentak Virlie.
"Apa? Ja-jangan gitu dong, jangan pecat aku, aku sangat butuh pekerjaan ini buat biaya kuliah aku," rengek Ibra dengan memperlihatkan senyumannya.
"Bodo amat, sekarang juga kamu pergi dari sini. Mba Sinta, cari kurir lain!" perintah Virlie.
"Baik Nona."
Virlie pun dengan kesalnya segera masuk ke dalam ruangannya membuat Ibra lemas.
"Mba Sinta kenapa tidak bilang dari awal kalau cewek itu putrinya Ibu Valerie," seru Ibra.
"Kamunya saja yang bersikap gegabah, malah meledek dia lagi, sudah pastilah Nona Virlie akan marah besar seperti itu," sahut Sinta.
"Mba, tolongin aku dong, aku sangat butuh pekerjaan ini untuk biaya kuliah aku," rengek Ibra.
"Maaf Ibra, aku tidak bisa membantumu. Kamu tidak tahu bagaimana sifat Nona Virlie, dia itu beda sama Nyonya Valerie. Nona Virlie itu orangnya sangat arrogant mana kejam lagi, aku gak berani ngomong sama dia," sahut Sinta.
Ibra pun menghembuskan napasnya secara kasar, dia sangat lemas saat mendengar dia dipecat. Akhirnya dengan langkah gontai, Ibra pun keluar dari butik itu dan segera menaiki motornya.
"Ya ampun, sial banget sih nasib aku. Kalau aku dipecat, terus aku harus mencari pekerjaan di mana?" batin Ibra.
Ibra pun segera melajukan motornya menuju rumahnya.
***
Malam pun tiba....
"Sayang, Daddy sudah bilang kepada pihak Universitas nama panjang kamu jangan sampai ada yang tahu," seru Daddy Dion.
"Memangnya kenapa, Dad?" tanya Virlie.
"Kalau mereka sampai tahu kamu anak Daddy, bisa-bisa kamu dalam bahaya sayang, soalnya orang-orang yang benci sama Daddy itu banyak jadi Daddy gak mau sampai anak-anak Daddy dalam bahaya."
"Iya sayang, Vero juga sama kok seperti itu," sambung Mommy Valerie.
"Oke, oh iya Mommy, tadi siang Virlie sudah memecat kurir yang biasa mengambil pesanan ke butik," seru Virlie.
"Apa? Maksudnya kamu pecat Ibra?" seru Mommy Valerie kaget.
"Entahlah siapa namanya, pokoknya kerja dia gak benar masa dia datang telat ke butik, sedangkan konsumen terus saja menghubungi butik karena pesanannya belum sampai, ya sudah Virlie pecat saja dia."
"Ya Allah Virlie, Ibra itu anak yang baik, dia bekerja untuk membiayai kuliahnya. Kasihan Ibra kalau dia sampai dipecat seperti itu," sahut Mommy Valerie.
"Bodo amat, siapa suruh jadi pegawai telat," kesal Virlie.
"Kalau di dunia ini semua pemilik perusahaan mempunyai sifat kaya Kak Virlie, Vero yakin semua orang akan menganggur," ledek Vero.
"Diam kamu bocah, ikut nyambar aja."
"Jangan galak-galak Kak, Vero kasih tahu ya, kalau Kakak galak dan judes seperti itu, Vero jamin tidak akan ada yang menyukai Kakak dan Kakak akan menjadi jomblo sampai tua," ledek Vero.
"Apa kamu bilang? Berani kamu menghina Kakak seperti itu, lagipula anak bocah sudah tahu jomblo segala," ketus Virlie.
Virlie mencubit lengan Vero sampai-sampai Vero menjerit kesakitan.
"Sayang, kok gitu sama adiknya," seru Daddy Dion.
"Habisnya tuh bocah cari gara-gara terus sama Virlie, Daddy."
"Jangan gitu dong, kan kasihan Vero," seru Daddy Dion.
"Dasar jomblo galak."
Virlie hendak mencubit Vero lagi tapi Vero dengan sigap langsung lari dan kabur ke kamarnya.
"Awas kamu, Vero!" teriak Virlie.
Mommy Valerie dan Daddy Dion kembali saling pandang satu sama lain, mereka sangat pusing melihat kelakuan kedua anaknya yang selalu saja bertengkar tidak pernah akur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
terlalu sombong dan arogan bngt.... 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-12-25
1
R@yn@
jangan galak galak Virlie ......anak gadis ngak baik judes kayak gitu......
2022-11-13
1
Ryanti Yanti
makin gedeg dgn si virlie
2022-11-11
1