Pagi ini ada pemandangan yang berbeda dari biasanya, setelah berpamitan pada kedua orang tua Lila dan sekadar berbasa-basi pamit dengan Ronald, Mirza yang melangkah keluar mendahului Lila segera membukakan pintu mobil untuk Ibu Surinya tersebut.
Lila tercenung dan tak langsung masuk ke dalam mobil, gadis itu menatap Mirza dengan penuh tanya. Namun, sedetik kemudian Lila tersenyum setelah menyadari bahwa apa yang dilakukan Mirza layaknya seorang kekasih yang begitu perhatian pada sang gadis.
"Kenapa senyum-senyum, Lila?" tanya Mirza, dengan tersenyum manis.
Lila menggeleng. "Enggak, Za. Rasanya aneh aja, kamu tiba-tiba manis banget," balas Lila.
"Hai, bukankah selama ini aku selalu manis padamu, La?" tanya Mirza sedikit protes.
"Iya, sih. Tapi 'kan, enggak pernah bukain pintu untukku," balas Lila.
"Mulai sekarang, aku akan membukakan pintu untuk Ibu Suri," ucap Mirza lirih, yang lagi-lagi membuat Lila mengerutkan kening mendengar kata Ibu Suri.
Mirza mendekat pada Lila dan hal itu membuat Lila berdebar-debar, jarak keduanya sangat dekat bahkan hembusan hangat napas Mirza, terasa menerpa kulit halus pipi Lila.
"Za, ka-kamu mau ngapain?" tanya Lila tergagap.
"Kamu maunya aku apain?" tanya Mirza balik, sambil memasangkan sabuk pengaman untuk Lila.
Lila menghela napas panjang, ia merasa lega setelah tahu apa yang Mirza lakukan. Wajah Lila yang telah salah sangka terhadap apa yang akan Mirza lakukan barusan, memerah karena perasaan malu yang luar biasa.
Mirza tersenyum melihat Lila salah tingkah, pemuda itu malah tetap berdiri di samping Lila sambil menikmati pemandangan indah di hadapannya.
"Za, ayo! Nanti kita terlambat," ajak Lila sambil mengerucutkan bibir karena merasa malu, sejak tadi diperhatikan oleh Mirza.
"Kamu belum jawab pertanyaanku yang tadi, La," ucap Mirza yang enggan beranjak.
"Yang mana?" tanya Lila pura-pura tak tahu.
"Kamu maunya, aku melakukan apa padamu, Lila?" ulang Mirza dengan jelas.
"Eh, enggak, kok," balas Lila tersipu malu.
"Nanti ya, kalau kita udah halal," bisik Mirza tepat di telinga Lila dan kemudian segera menutupkan pintu mobil di sisi kiri Lila dengan perlahan.
Bisikan Mirza membuat jantung Lila berlompatan tak karuan. 'Apakah yang dikatakan Mirza barusan adalah kata lain dari pernyataan cintanya?' bisik Lila dalam hati.
Sementara Mirza yang berlari kecil mengitari mobil segera masuk dan duduk di belakang kemudi. "Siap berangkat?" tanya Mirza seraya menoleh ke arah Lila yang masih memikirkan perkataan Mirza barusan.
"Lila ... kok, malah bengong," panggil Mirza seraya mengibaskan tangan di hadapan Lila, setelah beberapa saat menanti tetapi Lila masih terdiam.
"Eh, iya. Ayo, berangkat!" Lagi-lagi Lila dibuat tersipu malu dan hal itu membuat Mirza merasa gemas melihat pipi merona milik Lila.
Mirza tersenyum. "Baik, Ibu Suri," ucap Mirza lembut, yang membuat Lila semakin salah tingkah.
Lila segera membuang pandangan ke luar jendela kaca mobil, sementara Mirza masih tersenyum seraya geleng-geleng kepala.
Mirza kemudian segera menghidupkan mesin mobil dan mulai menginjak pedal gas untuk melajukan mobil sport kebanggaannya, keluar dari pintu gerbang yang tinggi menjulang dan membelah jalan raya ibu kota yang sudah mulai padat.
Sepanjang perjalanan menuju kampus, kedua sahabat itu saling diam tak seperti biasanya yang banyak bercerita. Mirza yang biasanya senang menceritakan cewek-cewek yang ia incar, mendadak kehilangan kata-kata. Begitu pun dengan Lila, gadis yang suka menasehati Mirza itupun bungkam seribu bahasa.
"La," panggil Mirza lembut, setelah hampir separuh perjalanan yang mereka lalui.
"Ya," balas Lila singkat, seraya menoleh ke arah Mirza.
"Kok, diam. Biasanya kamu 'kan suka menasehati aku, agar tidak tergoda untuk menyentuh para gadis yang dekat denganku?" tanya Mirza.
"Lagi pengin diam aja, Za," balas Lila. "Kamu sendiri, kenapa dari tadi juga diam? Biasanya 'kan kamu suka minta pendapat sama aku, mengenai cewek yang sedang kamu incar?" tanya Lila balik.
Tanpa mereka berdua sadari dan entah siapa yang memulai duluan, kini mereka berbicara menggunakan kata aku dan kamu, tak lagi menyebutkan nama diri sendiri seperti biasanya.
"Oh iya, aku lupa, La," balas Mirza sambil menepuk jidatnya sendiri.
Lila mengerutkan kening. "Lupa apa?" tanya Lila.
"Itu, La. Aku mau curhat tentang gadis cantik yang aku incar," balas Mirza seraya melirik Lila dengan tersenyum penuh arti.
Sejenak Mirza terdiam dan membiarkan Lila larut dengan pikirannya sendiri.
'Mirza mau curhat tentang gadis cantik yang sedang dia incar? Apa artinya, aku salah mengartikan perhatian dan sikap Mirza padaku akhir-akhir ini? Kalau benar Mirza mengincar gadis lain, betapa malunya aku karena telah memupuk harapan lebih padanya,' batin Lila mulai resah dan malu.
Lila termenung, merenungi kisah cintanya yang tak seindah kisah cinta saudari kembarnya.
"La," panggil Mirza kembali, yang menyadarkan Lila dari lamunan.
"I-iya, ada apa, Za?" tanya Lila.
"Kok kamu diam, enggak merespon perkataanku tadi," balas Mirza.
"Aku 'kan nunggu cerita kamu dulu, Za," kilah Lila yang ingin menyembunyikan perasaannya yang sedang gundah. "Gih, kamu cerita. Nanti baru aku komentarin," lanjut Lila seraya tersenyum. Lila mencoba untuk bersikap biasa saja di hadapan Mirza.
"Oke," balas Mirza mengerti. "Jadi, beberapa waktu terakhir ini, aku baru menyadari bahwa ternyata aku telah jatuh hati pada seorang gadis," ucap Mirza mulai mengungkapkan perasaannya.
Mirza kembali terdiam, untuk memancing respon Lila. Namun, hingga beberapa saat menunggu, Lila tak kunjung membuka suaranya.
:Ya, Allah. Jadi beneran, Mirza suka sama cewek lain? Duh, betapa malunya aku,' batin Lila seraya menatap keluar jendela kaca, untuk menyembunyikan netranya yang telah berembun.
"Lila Putri Devano," panggil Mirza dengan nama lengkap.
Lila tak langsung menoleh, ia mengerjapkan mata berulangkali untuk mengusir air mata yang memenuhi pelupuk matanya.
"Kenapa kamu tidak bertanya seperti biasanya, La? Siapa dia? Anak kampus mana? Semester berapa?" Mirza menirukan kebiasaan Lila jika sedang menginterogasi Mirza, apabila Mirza sedang mendekati mangsa baru.
Lila kemudian menoleh dan tersenyum. "Tuh, udah kamu wakili 'kan, barusan," balas Lila mencoba bercanda.
"Enggak lucu, ah," protes Mirza pura-pura ngambek.
"Za, jangan ngambek dong ...," pinta Lila. "Oke, sekarang ceritakan padaku, siapa gadis itu dan apakah aku mengenalnya?"
Mirza mengangguk. "Iya, La. Kamu mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya. Dia anak kampus kita juga, sudah mau wisuda, sama seperti kita." Mirza menatap Lila yang semakin diliputi kecemasan.
Kedua tangan Lila bahkan telah mengeluarkan keringat dingin, Lila menghela napas panjang berkali-kali untuk menetralkan perasaannya yang kacau balau.
'Dia juga udah mau wisuda, itu artinya mereka berdua tak akan main-main lagi dalam menjalin hubungan. Mungkin saja setelah wisuda nanti, Mirza juga akan langsung menikahinya. Mengingat, Daddy Rey pernah mewanti-wanti agar di hari ulang tahun Mirza nanti, dia sudah memiliki seseorang yang mau diajak untuk serius,' monolog Lila dalam diam.
"Dia cantik, La. Sangat cantik dan menggemaskan, apalagi kalau sedang malu-malu gitu, rasanya aku ingin menciumnya," lanjut Mirza yang gemas sendiri, melihat wajah Lila yang nampak lucu menurut Mirza. Antara bingung, kecewa, malu dan ingin menangis.
Lila menggigit bibir agar tidak sampai ketahuan Mirza jika dirinya sedang bersedih, Lila juga pura-pura sibuk dengan ponsel di tangan untuk mengalihkan perhatian Mirza dari wajahnya, agar Mirza tak mengetahui betapa gundah hati Lila saat ini.
Hening, menyapa kabin mobil sport Mirza. Masing-masing terdiam dan sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri. Hal itu terus berlanjut, hingga mobil yang dikendarai Mirza memasuki area kampus.
"La, apa kamu enggak ingin tahu, siapa gadis itu?" tanya Mirza, setelah mobilnya terparkir dengan sempurna. Mirza menoleh ke arah Lila dan menatap netra bulat nan indah milik Lila.
Lila memaksakan diri untuk tersenyum. "Betapa beruntungnya ya, dia, jika kamu benar-benar serius. Apalagi saat ulang tahun kamu nanti, kamu pasti akan mengumumkan pertunangan kalian." ucap Lila, yang mencoba bersikap setenang mungkin. "Siapa dia, Za?" lanjutnya bertanya, dengan suara tercekat di tenggorokan.
_____ bersambung _____
🌷🌷🌷🌷🌷
Sugeng siang bestie, masih semangat untuk mengikuti perjalanan bang Mirza, kan?
Yuk, sambil nunggu bang Mirza up, mampir di novel karya author kece ; Yayuk Triatmaja
Judul. Cinta Sejati Hot Duda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rapa Rasha
ya di gantung di alang2
2023-03-06
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓲𝓽𝓾 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓛𝓲𝓵𝓪 𝓴𝓮𝓷𝓪𝓹𝓪 𝓼𝓲𝓱 𝓫𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓲𝓻𝔃𝓪 𝓳𝓪𝓲𝓵 𝓫𝓪𝓷𝓰𝓮𝓽 😅😅😅😅😅😅😅
2023-02-23
1
Itha Fitra
siapa dia za,ya kamu LILA..
2023-01-04
1