Mirza dan Lila tiba di kediaman keluarga Antonio, keluarga kakek dan neneknya Mirza tepat menjelang maghrib. Setelah menyalami Kakek Ilyas, Nenek Lin dan para orang tua yang sudah terlebih dahulu hadir di sana, kedua sahabat baik itu bergegas menuju lantai atas untuk segera membersihkan diri agar bisa ikut sholat maghrib berjama'ah.
Usai sholat maghrib di musholla kecil yang masih berada dalam lokasi kediaman megah keluarga Antonio, Mirza yang tadarus Al-qur'an dahulu bersama saudara-saudaranya yang lain, memutuskan untuk mengakhiri tadarusnya lebih awal dan kemudian segera berlalu meninggalkan musholla untuk mencari sang mommy.
Mirza langsung menuju paviliun kedua orang tuanya, tetapi nihil. Kedua orang tuanya sudah tidak berada di sana.
"Bang, cari mommy, ya?" tanya Om Ilham, yang sudah hafal betul dengan kebiasaan sang keponakan. Jika mereka datang ke paviliun orang tuanya, pastilah sang mommy yang dicari dan bukan daddy-nya.
"Iya, Om. Om Ilham tau, mommy dimana?" balas dan tanya Mirza balik.
"Mereka lagi ngumpul di ruang keluarga," jawab adik bungsu dari mommy-nya Mirza tersebut.
"Oke, Om. Terimakasih," ucap Mirza, yang langsung memacu langkah menuju ruang keluarga di kediaman utama.
Setibanya di ruang keluarga yang luas, Mirza yang melihat sang mommy tengah duduk di sofa bersama para sepupu dan sahabat, bergegas menghampiri sang mommy.
"Mommy Sayang ... Mirza lagi galau, nih," rengek Mirza yang langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan sang mommy seperti biasa. Putra daddy Rehan itu kemudian meletakkan tangan sang mommy yang lembut di atas kepala, agar sang mommy mengusap kepalanya.
Ya, begitulah Mirza. Pemuda tampan itu sangat dekat dengan sang mommy, bahkan terkesan kolokan. Jika ada masalah atau perasaan Mirza sedang gundah gulana, ia akan mendatangi sang mommy dan kemudian bermanja-manja dengan mommy-nya.
"Bang Mirza, Mommy itu istri daddy!" seru Daddy Rehan yang baru saja masuk ke ruangan tersebut.
"Mirza tau, Dad. Tapi ini Mommy-nya Mirza," balas Mirza tak mau kalah.
"Bangun! Sudah gede juga, masih saja kolokan!" titah dan cibir sang daddy, yang kemudian duduk di samping sang istri.
"Daddy posesif banget sih, sama Mommy!" sungut Mirza karena merasa kesenangannya diganggu oleh sang daddy. Pemuda tampan tersebut masih tetap dalam posisinya semula dan tak hendak bangun, padahal di sana para orang tua tengah berkumpul, tetapi Mirza tak peduli.
"Putra mommy, kenapa memangnya?" tanya mommy Billa dengan lembut, sambil mengusap-usap kepala sang putra yang kini telah tumbuh dewasa.
"Mirza galau, Mom. Masak pas ulang tahun Mirza nanti, Daddy menyuruh Mirza untuk bertunangan," adu Mirza pada sang mommy
Daddy Rehan nampak menghela napas panjang. "Daddy capek Mom, melihat kelakuan putra kita yang satu ini," bisik Daddy Rehan, kala Mommy Billa menatap sang suami untuk meminta penjelasan.
"Masak sih, Bang? Kamu sudah disuruh bertunangan. Sama siapa?" tanya salah seorang laki-laki paruh baya yang berada di ruang keluarga tersebut.
"Belum tau sama siapanya, Om Dev. Mirza disuruh mencari, makanya Mirza galau," balas Mirza seraya menatap om Devan, papa dari Lila.
"Daddy kamu ada-ada saja, baru juga mau lulus S1 sudah disuruh mencari istri!" protes Om Devan.
"Tau nih, Daddy," timpal Mirza, yang masih bermanja-manja dengan sang mommy.
"Mirza masih muda, Rey. Biarkan sajalah dia mengekspresikan diri dulu, mencari-cari dan menyeleksi dulu. Jangan buru-buru di paksa untuk menentukan satu pilihan!" lanjut Om Devan.
"Kelakuannya itu lho, Dev. Kapan sembuhnya, coba? Sudah pusing, gue!" keluh Daddy Rehan.
"Nanti kalau sudah ketemu sama pawangnya, pasti juga sembuh sendiri, Rey. Enggak perlu dipusingkan seperti itulah," balas Om Devan seraya terkekeh pelan.
Papa Lila itu mengingat kelakuannya sendiri, kala masih muda yang sering gonta-ganti pacar. Barulah setelah bertemu dengan Tante Lusi, cinta Om Devan tak lagi dapat berpaling dari sahabat Mommy Billa tersebut.
"Kayak lu, gitu maksudnya?" Daddy Rehan menatap tak suka dengan perkataan sahabatnya itu.
"Mentang-mentang dia memiliki generasi penerus, Rey. Makanya dia belain kelakuan Mirza," timpal Om Alex seraya menatap Om Devan.
"Si Devan belum merasakan sih, bagaimana jika putrinya dipacari sama 𝘱𝘭𝘢𝘺 𝘣𝘰𝘺." Opa Alvian ikut bersuara.
"Ih, amit-amit jabang bayi! Jangan sampai ya, putri gue yang cantik jelita tiada tara dipacari sama cowok 𝘱𝘭𝘢𝘺 𝘣𝘰𝘺 macam Mirza!" sergah Om Devan yang langsung pasang badan.
Mirza sempat terkejut mendengar perkataan Om Devan, tetapi sedetik kemudian mengedikkan bahu seakan tak perduli.
"Gue juga enggak setuju kali, putra gue yang tampan rupawan bak pangeran, memilih bibit dari lu!" cibir Daddy Rehan pada sahabatnya yang absurd itu.
Mirza menatap sang mommy dan mereka berdua kemudian sama-sama tersenyum.
"Ck ... " Om Alex berdecak kesal. "Kalian berdua ini, sama-sama narsis!" olok Om Alex pada kedua sahabatnya.
"Biasanya nih, ya. Yang awalnya saling benci, lama-lama bisa saling suka, loh," ucap Opa Alvian. "Gue do'ain, kalian berdua benar-benar besanan!' lanjutnya dengan ekspresi serius.
Om Devan semakin menolak keras, begitupun dengan Daddy Rehan yang tak setuju besanan dengan Om Devan.
Para istri yang mendengarkan perdebatan kecil tersebut, hanya geleng-geleng kepala dan tak ingin menimpali.
"Mereka kalau ngumpul, kayak anak kecil yang berebut mainan ya, Mom?" ucap Mirza, yang seketika menghentikan perdebatan kecil tersebut.
"Lu lihat, Rey! Cowok kolokan macam anak lu, masak iya mau menikahi princess keluarga Devano! Yang benar saja!" gerutu Om Devan.
"Laki-laki manja sama istri itu, tipe suami yang romantis dan setia, tau?" balas Daddy Rehan tak mau kalah.
perdebatan kedua sahabat itu pun kembali berlanjut, hingga suara lembut dua wanita cantik menghentikan keduanya.
"Kalau memang mereka berdua berjodoh, kami mau kok, besanan."
Daddy Rehan menatap istrinya, begitupun dengan Om Devan yang menatap Tante Lusi.
Sontak, Om Alex dan Opa Alvian tertawa terbahak, menertawakan Daddy Rehan dan Om Devan yang pasti akan menurut dengan perkataan sang istri.
Sementara Mirza langsung duduk dan kemudian menatap sang mommy, "Mom?" panggilnya.
Mommy Billa menoleh pada putranya seraya tersenyum dan kemudian mengangguk. "Kalau jodoh, Bang. Kita 'kan tidak pernah tahu siapa jodoh kita?" tutur sang mommy dengan bijak.
Mirza mengangguk membenarkan ucapan mommy-nya.
Sementara Om Devan nampak protes pada sang istri, begitupun dengan Daddy Rehan yang terdengar merajuk pada Mommy Billa.
"Mom, kenapa Mommy mengatakan seperti itu, sih! Seperti tidak ada gadis lain, saja!" Daddy Rehan cemberut. Laki-laki paruh baya berwajah blasteran itu nampak tidak suka, jika sampai memiliki besan seperti Om Devan.
"Dad, Lila itu 'kan gadis yang baik. Mereka berdua juga sudah saling mengenal dengan baik, sangat baik malah." balas Mommy Billa. "Tidak ada salahnya 'kan, kalau putra kita dekat dengan Lila?" lanjut Mommy Billa bertanya.
"Kalau itu, daddy setuju, Mom. Lila memang gadis yang baik, berbeda sama saudari kembarnya. Tapi masalahnya ...." Ucapan Daddy Rehan menggantung di udara.
"Dad," potong Mommy Billa cepat. Kami 'kan, baru mengatakan kalau. Belum tentu juga mereka berdua saling suka, 'kan?" Mommy Billa menatap sang suami.
"Kalau mereka berdua beneran saling suka, gimana?" Daddy Rehan nampak gamang seraya melirik sang putra yang senyum-senyum sendiri.
"Ya sudah, nikahkan saja," sahut Opa Alvian dan Om Alex kompak.
"Ogah!" balas Daddy Rehan dan Om Devan bersamaan.
_____ bersambung _____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ita rahmawati
om devan sm daddy rehan tuh cm dimulut aj sebenerny mh saling syg 🤗🤗🤗🤗
2023-06-02
1
Rapa Rasha
dah kak jodohin aja tu Mirza sama Lila biar deddy2 nya pada debat
2023-03-06
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓹𝓭 𝓼𝓮𝔀𝓸𝓽 𝓹𝓪𝓹𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓪𝓶𝓹𝓾𝓷 𝓭𝓪𝓱🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-02-23
1