"Bang Mirza akan segera kawin," balas Iqbal tanpa dosa.
"Yang benar?" tanya mereka berempat kompak, sementara Mirza berdecak kesal.
"Bukan seperti itu!" kilah Mirza.
Attar meninju pelan sang keponakan yang terkenal jahil itu. "Kamu itu lho, Dik. Kalau ngomong suka sembarangan!" protes Attar.
"Lagian bukan kawin, Dik. Tapi nikah," timpal Lila.
Sementara Iqbal yang baru saja duduk di samping Nezia, tertawa ngakak.
"Jadi gimana, Za?" tanya Lili kemudian.
Mirza kemudian menceritakan pertemuannya dengan sang daddy di kantor, semua nampak mendengarkan dengan seksama.
"Jadi, gitulah. Daddy nyuruh Mirza untuk mencari wanita yang mau diajak serius, Mirza disuruh tunangan pas ulang tahun nanti," ucap Mirza yang nampak tak bersemangat.
"Daddy benar, itu. Biar kamu enggak main-main melulu sama wanita," timpal Attar yang setuju dengan Daddy Rehan.
"Mirza enggak pernah main-main, Bang. Abang 'kan tahu sendiri, kalau Mirza selalu serius. Kesannya aja Mirza main-main karena sering ganti cewek," kilah Mirza.
"Mirza mutusin mereka 'kan karena ada sebab, bukan semata-mata bosan seperti playboy pada umumnya," imbuh Mirza.
"Iya, Za. Kami tahu itu, tetapi orang di luar sana 'kan, enggak mau tahu? Mereka tahunya, kalau kamu itu suka mempermainkan wanita. Makanya orang tua para gadis yang kamu pacari, kemudian meminta pertanggungjawaban," ucap Attar.
"Makanya, Bang, jangan mudah bilang cinta!" timpal Nezia.
"Eh, abang enggak pernah ya menyatakan cinta. Palingan, setelah kenalan kalau mereka mau abang ajak jalan, abang manggil mereka sayang, itu aja sih. Lantas mereka langsung menganggap bahwa kami udah jadian, padahal 'kan abang baru mau penjajakan," elak Mirza dengan penjelasan panjang kali lebar.
"Itu sama aja, Mirza! Cewek tuh, meskipun kita belum menyatakan cinta tapi kalau kita udah ngajak kencan, apalagi sampai manggil sayang-sayangan, ya udah, fix ... mereka bakal menganggap kita ini pacarnya," ucap Attar.
"Hem ... bener banget tuh, apa yang dibilang Om Attar," timpal Iqbal.
"Enggak semua cewek seperti itu, sih. Ada juga yang butuh pernyataan secara lisan," sahut Lila.
"Nah, Nezia setuju sama Lila. Adakalanya kami ini butuh kejelasan secara lisan. Jadi, enggak melulu hanya melalui perbuatan. Kami butuh pernyataan cinta yang romantis," timpal Nezia.
"Romantis kayak pacar kamu yang bucin abis itu ya, Nez," olok Mirza pada adik sepupunya.
"Ya, iyalah," balas Nezia dengan wajah berbinar.
Tiba-tiba ponsel Nezia berdering, gadis cantik putri Om Alex itu langsung mengambil ponsel dan melihat ke layar ponselnya. "Panjang umur si Mas Ganteng," ucap Nezia dengan senyuman yang mengembang lebar.
"Nezia angkat telepon dulu, ya?" pamitnya yang sedikit menjauh karena tidak mau diledekin oleh sahabat-sahabatnya.
Mirza dan yang lain masih mengobrol, ketika tiba-tiba ada yang menyapa. "Kalian, di sini?"
"Loh, Bang Juna?" Mirza dan yang lain nampak terkejut, melihat orang yang mereka kenal ada di kafe yang sama.
"Kok, Bang Juna juga ada di sini? Jangan-jangan, ini kafe cabang baru punya Mas Adam, ya?" tebak Mirza.
Arjuna mengangguk. "Benar, Za," balas Arjuna. "Memangnya, kalian belum dikasih tahu sama Daddy Rey, kalau besok di undang kemari sama Mas Adam dalam rangka grand opening kafe, ya?"
Mereka serempak menggeleng.
"Oh, mungkin belum disampaikan karena daddy masih di kantor kali, ya?" gumam Arjuna. "Besok datang, ya? Mas Adam dan istrinya lagi dalam perjalanan, kok," lanjut Arjuna.
"Siap, Bang," balas Attar mewakili yang lain.
"Bang, udah punya gandengan, kok enggak dikenalin sama kita-kita?" goda Mirza seraya memainkan kedua alisnya menatap Arjuna.
"Oh iya, Za. Kenalin nih, calon istri abang." Juna memperkenalkan seorang gadis manis yang memakai hijab lebar kepada Mirza dan sahabat-sahabatnya.
"Dik, mereka ini, saudara-saudaranya Mas Adam," terang Arjuna pada calon istrinya.
"Aisyah," ucapnya lembut sambil menyalami Lila dan Lili. Sementara pada Mirza dan Attar, calon istri Arjuna itu hanya menangkup kedua tangan di depan dada.
"Kami ke sana duluan, ya. Masih banyak yang harus kami persiapkan," pamit Arjuna.
"Bang Juna, tunggu!" cegah Mirza.
"Iya, Za. Ada apa?" tanya Arjuna yang mengurungkan langkahnya.
"Dapat darimana yang alim kayak gitu?" tanya Mirza berbisik agar tidak di dengar oleh Aisyah, calon istri Arjuna.
Arjuna tersenyum. "Kalian 'kan tahu sendiri kehidupan abang seperti apa? Kayaknya enggak mungkin banget ada wanita baik yang mau sama abang. Tetapi mama Rida terus menasehati, agar abang tidak berputus asa dan menyarankan agar abang rajin ikut pengajian."
"Dari situlah, abang mulai merasa tenang dalam menjalani hidup dan bonusnya, dapat ini." Arjuna melirik mesra pada sang calon istri.
"Abang ke sana dulu, ya. Tagihan kalian, aman," pamit Arjuna kembali, sambil berlalu meninggalkan Mirza dan para sahabat.
Mereka masih menatap kepergian Arjuna dan Aisyah, ketika tiba-tiba Mirza berseru. "G𝘰𝘰𝘥 𝘪𝘥𝘦𝘢."
"Apaan?" tanya yang lain kompak.
"Inspirasi dari bang Juna, kalau mau cari yang baik harus di tempat baik," jawab Mirza yang kembali bersemangat.
"Fix, Bro. Target pertama, putri ustadz," lanjut Mirza seraya menatap Iqbal.
"Kamu ngincer anak ustdaz, Za?" tanya Lili.
Mirza mengangguk. "Tapi belum kenal, sih?" balasnya, yang langsung mendapatkan cibiran dari semua.
Terlihat, Nezia berjalan terburu-buru menghampiri meja para sahabat. "Nezia duluan, ya. Udah ditungguin di depan," pamit Nezia yang langsung berlalu dan tak memperdulikan protes sahabat-sahabatnya.
"Nez, maghrib harus udah sampai rumah nenek!" seru Mirza, yang ditanggapi Nezia dengan mengacungkan ibu jarinya ke udara.
"Abang juga pamit, mau jemput Dedek Gemoy di tempat bimbel." Attar segera berdiri.
"Tunggu dulu dong, Om. Kami 'kan baru datang," cegah Iqbal.
"Tau nih, Bang Attar. Mirza juga belum dapat solusi, udah main ditinggal aja!" gerutu Mirza.
"Barusan 'kan, udah dapat ide dari Bang Juna. Cari di tempat baik," ucap Attar yang kembali duduk.
" Iya, sih," balas Mirza.
"Ya udah, kayak bang Zaki aja?" saran Attar.
"Maksudnya, Mirza harus ke pesantren, gitu?" tanya Mirza.
"Yups, jika target pertama gagal, kamu bisa ikuti jejak bang Zaki," balas Attar.
"Udah, ah ... kita bahas nanti malam, pas ngumpul di rumah abang," lanjut Attar. "Kasihan Dedek Gemoy kalau kelamaan nungguin." Attar kembali beranjak.
"Li, suami kamu bisa ikut ngumpul, 'kan?" tanya Attar kemudian, seraya menatap Lili.
"Kalau minggu ini bisa, Bang. Minggu kemarin enggak bisa karena ada acara sama teman-teman lama Om Doni yang gesrek-nya minta ampun itu," balas Lili.
"Mereka ke Jakarta?" tanya Mirza. "Wah, ketemu dong, kamu sama mantan terindahnya Om Doni?" lanjut Mirza bertanya.
Lili mengangguk. "Ketemulah, seru malah. Lili bisa ngorek-orek informasi dari Tante Uun," balas Lili seraya terkekeh pelan.
"Ya udah, Lili juga mau pamit. Mau siap-siap buat nanti malam." Lili langsung beranjak.
"Dik, nebeng sama kak Lili, yuk? Nanti kakak beliin 𝘵-𝘴𝘩𝘪𝘳𝘵, sekalian kak Lili mau beli baju buat si kecil," ajak Lili pada Iqbal.
"Asyik, rizqi playboy sholeh," sahut Iqbal cepat yang tidak akan pernah menolak jika mendengar kata gratisan.
"Apa kamu bilang, rizqi playboy sholeh?" olok Mirza sambil meninju pelan lengan Iqbal.
Iqbal terkekeh sambil beranjak.
"Mahmud, hati-hati kalau nyetir, jangan ngebut!" pesan Mirza.
"Kok mahmud, sih! Enggak asyik banget manggilnya!" protes Lili.
"Katanya minta dipanggil mama muda? Ya itu 'kan, singkatan dari mama muda?" balas Mirza terkekeh.
"Panggil seperti biasa aja kalau gitu, 𝘴𝘶𝘨𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘣𝘺-nya Om Doni," pinta Lili. "Eh, jangan-jangan! Panggil Lili Sanjaya aja, lebih tepatnya Laili Devano Sanjaya," lanjut Lili.
"Laili Devano Sanjaya, kalau kak Lila?" tanya Iqbal.
"Ya, Laila Devano-lah, Dik? Apa lagi?" balas Lila nampak enggan karena endingnya pasti bakalan di ledekin.
"Laila Devano Antonio atau Laila Devano Alamsyah, gitu lho kak?" ledek Iqbal.
Attar dan Mirza tersenyum, sementara Lila mencebik.
"Makanya 𝘮𝘰𝘷𝘦 𝘰𝘯, La. Di luar sana, masih banyak cowok yang ngantri menunggu kesediaan kamu,' ucap Attar.
"Lila bukannya enggak bisa 𝘮𝘰𝘷𝘦-𝘰𝘯 ya, Bang. 'Kan Lila yang mutusin!" elak Lila "Lila cuma masih trauma aja, khawatir dapatnya yang kayak gitu lagi," imbuhnya.
"Ya udah kalau gitu, kalian berdua bisa diskusi, kan? Untuk mencari yang terbaik." Lili menatap saudari kembarnya dan Mirza bergantian.
"Nah, bener tuh," timpal Attar. "Ya udah, yuk cabut!" ajak Attar pada Lili dan Iqbal.
"La, kamu nanti bareng Mirza aja, ya?" ucap Attar sebelum berlalu.
Mirza dan Lila saling tatap dan kemudian saling melempar senyum.
_____ bersambung _____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ita rahmawati
wah bneran nih kykny..makin seru 🥰🥰
2023-06-02
1
Rapa Rasha
teruskan kak
2023-03-05
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓽𝓱𝓸𝓻 𝓳𝓸𝓭𝓸𝓱𝓲𝓷 𝓪𝓳𝓪 𝓜𝓲𝓻𝔃𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓛𝓲𝓵𝓪
2023-02-23
1