"Lantas, bukti itu untuk apa, Bang?" tanya Mirza, bingung.
"Sepengetahuan abang, Ronald paling takut dan nurut sama neneknya, Dik. Kalau Lila bisa mengambil hati nenek Ronald dan kemudian menunjukkan bukti video tersebut pada Ronald dengan sedikit saja ancaman bahwa Lila akan memberitahukan bukti tersebut pada nenek Ronald, abang yakin, apapun yang diminta Lila pasti akan dia turuti. Sekalipun Lila meminta untuk membatalkan pertunangan mereka berdua," terang Malik.
"Jadi, Lila kudu tetap dekat-dekat sama Ronald dan keluarganya?" tanya Mirza tak bersemangat.
"Iya, kenapa? Kamu cemburu, ya?" goda Malik yang juga sudah tahu bahwa sang adik menyukai sahabatnya.
"Kemana aja selama ini kamu, Dik? Kok baru nyadar, bahwa ternyata si dia begitu dekat?" lanjut Malik yang masih menggoda sang adik.
"Ck ..., Abang sama aja kayak yang lain, sukanya ngeledekin!" gerutu Mirza.
"Ya 'kan, Mirza harus mencari pembanding dulu di luar sana, Bang," ucap Mirza kemudian, yang membela diri.
Malik terkekeh pelan di seberang sana. "Pembanding? Kamu pikir perempuan itu apa? Pakai dibanding-bandingkan segala!"
"Ya, demi untuk mendapatkan yang terbaik 'kan, Bang," kekeuh Mirza, yang tetap membenarkan apa yang ia lakukan selama ini.
"Terserah lah ... toh akhirnya, si macan kumbang balik ke kandang, kan? Dan sekarang menjadi kucing anggora, hahaha ...." pungkas Malik menggoda sang adik.
Mirza sangat kesal dan langsung menutup teleponnya tanpa mengucapkan salam.
🌸🌸🌸
Bakda 'isya, keluarga Daddy Rehan Alamsyah menggelar makan malam bersama. Kebetulan, putra pertama dan keluarga kecil Kevin juga sedang berada di sana karena si centil Vinsa kangen sama eyang tampan.
Begitu pula dengan Malika, putri pertama di keluarga Daddy Rehan itu bersama sang suami, juga memboyong kedua anak kembarnya karena kangen sama eyang cantik.
Attar dan Nezia juga diminta Mirza untuk menginap, agar mereka bisa lebih leluasa membuat rencana untuk melindungi Lila, sang Ibu Suri.
Adik bungsu Mommy Billa juga kebetulan sedang berada di sana karena Om Ilham akan menitipkan sang putra, yaitu Iqbal agar menginap di kediaman pakdenya untuk sementara waktu. Om Ilham merasa telah lelah menasehati sang putra, yang jahil dan tengilnya enggak ketulungan.
Adik bungsu Mommy Billa tersebut menitipkan Iqbal di sana bukan tanpa alasan karena selama ini, sang putra lebih patuh pada budhe dan pakdenya daripada sama ayah dan sang bunda.
"Mbak, Iqbal untuk sementara biar di sini, ya?" pinta Om Ilham di sela-sela makan malam, seraya melirik Daddy Rehan.
"Memangnya, Iqbal tidak sekolah, Dik?" tanya Mommy Billa.
"Sekolah," balas Om Ilham.
"Kalau ke sekolah, biar diantar sama Bang Mirza. Ya, Bang?" pinta Om Ilham seraya menatap sang keponakan.
"Kok Mirza, Om?" tanya Mirza, sedikit protes. "Bareng sama Maira dan Maida sajalah, mereka 'kan satu sekolah," lanjut Mirza.
"Tunggu-tunggu ... nih kenapa rumah gue jadi kayak tempat penitipan anak, ya?" Daddy Rehan mengerutkan keningnya, melirik tajam sang adik ipar.
Sahabat dari putra-putri Daddy Rehan dan Mommy Billa itu memang sering berkumpul dan menginap di kediaman megah tersebut, tetapi jika sedang libur sekolah. Namun, kali ini bukan sedang liburan sekolah sebab itulah Daddy Rehan bertanya-tanya.
"Iqbal semakin sulit dikasih pengertian, Bang. Dia masih saja suka main dengan cewek-cewek. Pusing Ilham, Bang!" keluh Om Ilham yang telah kehabisan akal menghadapi sang putra.
Iqbal hanya tersenyum nyengir, mendengar sang papa ngadu sama Daddy Rehan.
Daddy Rehan menatap sang keponakan yang ditanggapi senyuman oleh Iqbal. "Biasa Pakde, penjajakan," ucap Iqbal dengan begitu santainya, membuat Daddy Rehan menghela napas panjang.
Jawaban Iqbal, sama persis dengan jawaban Mirza ketika dulu di tanyai sama sang daddy kenapa Mirza sering gonta-ganti pacar.
"Ya, sudah. Karena Iqbal di sini, maka Iqbal harus patuh dan nurut sama peraturan yang pakde buat," tutur Daddy Rehan.
Iqbal mengangguk patuh.
"Ayo, lanjut lagi makannya. Nez, Bang Attar, makan yang banyak," titah Daddy Rehan pada keponakan dan adik sepupu Mommy Billa.
Mereka pun melanjutkan makan dengan tenang, hanya sesekali terdengar rengekan manja cucu kesayangan, Vinsa, yang minta di suapi eyangnya.
"Kakak," panggil sang ibunda dengan halus. "Kakak bisa makan sendiri, kan? Biar Eyang juga makan, jangan di ganggu."
"Tidak mengapa Kak Salma, eyang tidak merasa terganggu, kok. Benar 'kan, Eyang?" balas Mommy Billa mewakili sang suami yang sesekali menyuapi cucu sulungnya tersebut.
Daddy Rehan tersenyum dan mengangguk, senyum yang menambah kharisma di wajah tampannya.
Ya, meski Vinsa sudah tumbuh menjadi gadis ABG, namun Daddy Rehan nampak memanjakan cucunya itu meski tetap masih dalam batas kewajaran. Seperti dulu, ia memanjakan ayahnya Vinsa, Kevin.
Makan malam pun usai, mereka semua kemudian berkumpul di ruang keluarga, ruang favorit mereka untuk menghabiskan malam menjelang tidur dengan bercengkrama bersama keluarga.
Kebiasaan yang sudah lama berjalan, yaitu semenjak kehadiran Malik dan Malika dalam keluarga kecil Daddy Rehan dan Mommy Billa.
Setelah ngobrol sebentar dengan kakak dan kakak iparnya, Om Ilham pamit untuk segera pulang karena putri bungsunya, Jelita, sedang tidak enak badan.
"Mbak, Bang. Ilham nitip Iqbal, ya?" pinta Om Ilham berbisik. "Dia kalau sama Bang Rehan dan Mbak Billa nurut banget soalnya," lanjut Om Ilham.
"Iya, biar Iqbal di sini dulu enggak apa-apa kok, Dik," ucap Mommy Billa.
"𝘞𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳 𝘱𝘪𝘳𝘰, Ham?" tanya Daddy Rehan yang mengundang decakan dari Ilham dan cubitan mesra dari sang istri di perut 𝘴𝘪𝘹𝘱𝘢𝘤𝘬-nya.
"Ck ... duit Abang udah enggak bisa di hitung dengan kalkulator, masih saja kurang!" gerutu Om Ilham, yang ditanggapi Daddy Rehan hanya dengan mengedikkan bahu.
"Sudah, abaikan abangmu. Bang Rehan cuma bercanda. Sana buruan pulang! Kasihan Dik Jihan sendirian nungguin Jelita," usir Mommy Billa halus agar sang adik segera pulang ke kediamannya.
Setelah berpesan sesuatu kepada sang putra, Om Ilham segera berlalu meninggalkan kediaman megah sang kakak.
Sementara Mirza, Attar dan Nezia, nampak tengah asyik berdiskusi. Ada Kevin dan Rahman juga bersama mereka, yang dimintai tolong Mirza untuk memberikan pendapat atas langkah yang akan Mirza ambil.
"Kalau memang informasinya dari Bang Malik seperti itu, Abang pesen sama kalian ... dampingi terus Lila, jangan sampai dia pergi hanya berdua dengan si Ronald itu," ucap Kevin.
"Informasi apa, dari Bang Malik?" tanya Daddy Rehan yang baru gabung, setelah Om Ilham pulang.
Mirza kemudian menceritakan pada sang daddy mengenai informasi yang ia dapat dari Malik, mengenai Ronald, pemuda yang akan dijodohkan dengan Lila.
"Oh, iya benar. Om Devan juga sudah tahu hal itu," tutur Daddy Rehan.
"Om Devan sudah tahu, Dad? Lantas, kenapa Om Devan masih saja mengenalkan Lila pada cowok brengsek itu?" cecar Mirza tak mengerti.
Sang daddy pun kemudian menceritakan obrolannya via telepon, dengan sahabatnya tadi.
"Om Devan terlalu gegabah, masak iya harus menyodorkan putrinya sendiri untuk membalas dendam!" geram Mirza yang nampak sangat khawatir terhadap Lila.
"Sudah, Bang Mirza enggak perlu khawatir gitu. Mulai besok, daddy akan suruh beberapa orang untuk mengikuti kalian, khususnya Lila kemanapun dia pergi," tutur Daddy Rehan menenangkan putranya.
Mirza mengangguk setuju.
"Dad, boleh Mirza menanyakan satu hal?" bisik Mirza, mengisyaratkan bahwa ini hanya antara dirinya dan sang daddy.
Daddy Rehan mengangguk dan kemudian mengajak Mirza menuju ruang kerjanya.
Mirza patuh, pemuda tampan itu berjalan dengan langkah tegap mengikuti sang daddy.
"Duduklah, Bang," titah sang daddy, yang langsung duduk di kursi kebesarannya.
Mirza duduk di sebuah kursi, tepat di depan sang daddy yang terhalang satu meja kerja.
"Ada apa?" tanya Daddy Rehan menatap sang putra.
"Daddy kemarin, kenapa melarang Mirza untuk dekat-dekat dengan Lila?" tanya Mirza yang memang belum diberitahu oleh sang mommy tentang kesepakatan antara Daddy Rehan dan Om Devan.
Daddy Rehan tersenyum. "Abang sudah puas belum, bertualang?" tanya Daddy Rehan, yang mengabaikan pertanyaan sang putra. "Berapa gadis yang sudah Abang jajaki? Apakah ada yang cocok?" lanjutnya menyelidik.
Mirza mengangguk. "Cukup, Dad." Pemuda itu kemudian menggeleng. "Tak ada satupun yang cocok, untuk dijadikan istri," lanjut Mirza.
Daddy Rehan mengangguk-angguk. "Sudah saatnya, Bang Mirza fokus pada masa depan Abang. RPA Group, di hari ulang tahun Abang nanti, akan pindah ke tangan Abang dan daddy tidak mau Abang merasa belum siap." Daddy Rehan menatap sang putra.
"Mengenai perkataan daddy kemarin, itu semata karena daddy ingin Bang Mirza fokus dulu dengan pendidikan dan bisnis yang akan Abang kelola," lanjut Daddy Rehan.
"Jadi, Mirza diijinkan jika misalnya dekat sama Lila asal tidak mengganggu pendidikan dan pekerjaan?" tanya Mirza tidak sabar.
Daddy Rehan tersenyum dan itu sudah cukup membuat Mirza mengerti bahwa sang daddy tidak melarang ia menjalin kedekatan dengan Lila.
Mirza pun tersenyum lebar. Namun, sedetik kemudian wajah Mirza menjadi mendung.
"Kenapa lagi, Bang?" tanya sang daddy.
"Tetapi Om Devan 'kan tidak setuju, Dad, jika Mirza sama Lila karena Mirza playboy, seperti yang diungkapkan Om Devan kala itu di rumah nenek," jawab Mirza.
"Dan Mirza semakin yakin karena Om Devan sampai menjodohkan Lila dengan cowok lain," imbuh Mirza yang kini diliputi keresahan.
Daddy Rehan hanya tersenyum tipis.
_____ bersambung _____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rapa Rasha
lanjutkan
2023-03-06
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓜𝓲𝓻𝔃𝓪 𝓱𝓻𝓼 💪💪💪💪💪 𝓭𝓸𝓷𝓴 𝓳𝓷𝓰𝓷 𝓵𝓮𝓼𝓾 𝓰𝓲𝓽𝓾 😉😉😉😉😉
2023-02-23
1
Itha Fitra
kurang greget bc alur ny,masa daddy rehan manggil putra sendiri dg sbutan ABANG.jd kesan ny kyak msih ABG aja
2023-01-04
1