Vano on the way ke rumah nyonya Nana, dia masih fokus dengan permasalahan yang ada di antara ibu dan anak itu.
"Wah, aku begitu panik, semoga Rama segera membaca pesanku."
Sepanjang jalan menuju rumah nyonya Rama, Vano terus berdoa agar tidak terjadi apapun hari ini.
Hingga satu jam perjalanan sudah sampai di depan rumah nyonya Nana.
Di depan rumah, sudah terlihat jelas ada Mona dan nyonya Nana.
Vano meminta keduanya untuk masuk ke dalam mobil.
Setelah itu, Vano kembali tancap gas menuju pantai yang dimaksud.
.
.
.
Di dalam mobil ...
"Kau tahu kan jika aku sedang membawa menantu untuk jalan-jalan?"
"Iya bibi, kenapa?"
"Kau tahu keberadaan Rama?"
Deg!
Pertanyaan nyonya Nana sangatlah membebani, jika tidak juju, dia merasa bersalah.
Dia mengatakan kejujuran juga merasa bersalah.
Vano harus berurusan dengan Rama dan nyonya Nana.
Satu hal yang sangat tak bisa di hindari, dia merasa tak berdaya saat ini.
"Van, kenapa kok diam saja?"
"Iya bibi, ini, aku sedang memikirkan tetap jodoh ya tak kunjung aku dapatkan."
"Haha, emangnya kau masih jomblo? kok itu memiliki wajah yang sangat tampan tetapi tidak mempergunakannya dengan baik. Nanti aku akan mencarikan untukmu, seorang gadis yang cantik dengan kepandaian yang luar biasa sebagai seorang istri."
"Wah, ada orang seperti itu?"
"Aku belum tahu, hanya saja aku berharap masih ada orang seperti itu."
"Aku memiliki seorang kenalan, dia masih muda dan 2 tahun lebih muda darimu, jika kau mau, aku akan memberikan nomor ponselnya untukmu," ucap nyonya Nana.
"Aku mau saja tapi bagaimana dengan gadis itu, dia wanita baik-baik dan berpendidikan pastinya hanya ingin menikah dengan pria yang mapan kan? lihat aku seperti apa! seorang pemandu wisata dan tidak lebih dari itu."
Vano rasa minder karena dirinya bukan seperti pria berjas pada umumnya.
Namun, nyonya Nana memberikan kepastian yang jelas.
"Kau PDKT saja dengannya, jika kau adalah keponakanku. Dia dan aku sudah saling mengenal cukup lama, apalagi kedua orang tuanya, sudah seperti saudara sendiri."
Nyonya Nana, sedang memberikan jodoh untuk seorang Vano, yang terkenal tampan tetapi belum mau menikah.
Wanita paruh baya itu merasa, Vano segera menikah karena jika terlalu lama menundanya justru jodoh semakin menjauh.
Ini pendapat umum dari nyonya Nana.
Vano sebenarnya ingin membuat Nyonya Nana, tidak terlalu membahas Rama. Jadi dia membiarkan dirinya dibully dulu, karena lumayanlah dapat nomor cewek.
"Bibi, Mona sedang tidur ya?"
"Tidak, Mona tidak bisa diganggu gugat, dia sedang membaca sebuah buku."
"Oh."
Vano duduk sendiri di kemudi tanpa ada teman di sampingnya karena Nyonya Nana dan Mona berada di jok belakang.
...
Sampai di pantai itu ...
"Wah pemandangan yang sangat luar biasa?!" ucap Mona.
Dia begitu antusias dengan apa yang ada di depannya, aku hamparan pantai pasir putih dengan pantulan langit yang membiru.
"Pemandangan yang membuat situasi menjadi lebih baik."
Mona merasa sangat senang karena berada di tempat itu, meskipun awalnya hanya dia saja tetapi ketika melihat semua itu, pikirannya kembali fresh.
"Turun ayo ibu," pinta Mona.
"Baik sayang."
Ibu dan anak menantu terlihat sangat senang, Nyonya Nana kemudian menatap wajah Mona.
"Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa melihat senyumnya yang sangat manis itu," batin sang ibu mertua.
Dia bersyukur dengan kehadirannya di pantai itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments