"Tanti, kau yang menyetir ya?" ucap Rasti.
Dia terlihat tidak baik-baik saja sehingga tidak mau mengambil resiko dengan menyetir mobil.
"Iya, tenang saja. Aku yang akan menyetir mobilnya. Pakai mobilku saja," jawab Tanti.
Dia ingin Rasti tetap bahagia saat bersamanya karena dengan mengajak Rasti kerumahnya, dia berharap bisa menjadi orang yang mampu membuat Rasti tetap kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan yangs sulit ini.
"Oke, aku ikut apa katamu saja," ucap Tanti.
Tanti dan Rasti masuk ke dalam mobil dan Tanti segera tancap gas menuju rumahnya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah teman Tanti, sang teman hanya diam dan tidak mau mengatakan apapun.
Ini membuat Tanti harus bekerja keras dalam menghibur Rasti.
"Ras, apakah kau ingat kapan kita terakhir bermain bola baseball?" tanya Tanti basa-basi.
"Aku lupa Tan," jawab Rasti datar.
Wajahnya sangat gusar dan tidak kondusif. Keadaan ini membuat Tanti lebih ekstra sabar dalam menjaga Rasti.
"Oh iya, waktu kita semester dua ya? Rama membawa kita ke sebuah lapangan baseball dan bermain di sana. Aku memang sudah mengenal Rama sejak dulu, aku paham dia itu bagaimana orangnya," ucap Tanti.
Dia tidak tahu jika seorang Rasti sangat jeli.
Rasti segera menanyakan sesuatu yang penting kepada Tanti.
"Aku ingin bertanya kepadamu tentang suatu hal," cetus Rasti dengan wajah yang sangat serius.
"Kau ingin bertanya tentang apa?" sahut Tanti penasaran.
"Kau bilang jika sudah mengenal suamiku dari dulu, setelah dia kuliah dan bekerja di luar kota, apa dia memiliki hubungan dengan wanita lain? Atau kau tahu siapa saja wanita yang dekat dengannya?"
Pertanyaan Rasti sangat tepat sasaran, membuat Tanti mati kutu.
"Oh, aku sama sekali tidak memahami kehidupannya setelah aku menikah. Kau paham kan, aku sudah menikah sejak lulus kuliah."
Untung saja Tanti bisa ngeles, dan ngelesnya tepat sekali, Rasti tidak akan merasa curiga dengan semua yang dia katakan.
"Oh iya ya, aku hampir lupa jika kau menikah setelah lulus kuliah. Sudahlah, aku lebih baik diam saja daripada banyak berbicara ternyata salah kaprah."
Wanita yang sudah menjadi istri Rama itu sedang berada di dalam fase penyelidikan si wanita yang ada di bingkai foto bersama suaminya.
Dia ingin mengetahui siapa wanita yang pertama kali dipilih oleh suaminya, hingga tega membohongi dirinya.
"Iya, maka dari itu, aku tidak mau kau merasa lelah, aku lihat kau sedang tidak enak badan," jawab sang teman yang pura-pura tidak tahu jika Rasti hamil.
"Aku sedang merasa lelah karena kata dokter aku hamil," jawab Rasti mulai jujur dengan kondisinya.
"Selamat sayang, aku akan memiliki ponakan, wah hebat ini," cetus Tanti merasa senang karena tidak harus mengatakan apapun untuk membuat Rasti jujur tentang kehamilannya.
Kini Tanti terlihat cukup lega karena bisa membahas kehamilan Rasti sebagai alasan untuknya meminta sang teman tetap bertahan dengan Rama.
"Ras, sebelumnya kau minta maaf. Jika kau berkenan, aku ingin memberikan saran."
"Apa itu Tan?"
"Begini, aku merasa kau harus lebih fokus dengan janin yang ada di dalam kandungan mu itu, jika suamimu memiliki kesalahan, kau tidak boleh serta merta menyalahkannya. Ajak dia bicara. Seorang pria jika berbuat salah, pasti ada alasannya. Jika tidak logis, kau bisa marah padanya dan memberikan hukuman, tapi dengan catatan bahwa kau harus mempertimbangkan kondisi tubuhmu. Di dalam rumah tangga, pasti ada saja masalah. Akan tetapi semua itu bisa di bicarakan."
Tanti mencoba membuat situasi menjadi lebih kondusif, dia membiarkan sang teman diam, dia senang Rasti tidak langsung menjawab apa yang baru saja dia katakan. Ini menandakan bahwa Rasti mulai berpikir bahwa segalanya bisa di bicarakan baik-baik tanpa amarah ataupun rasa kesal yang berlebih.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments