Satu jam kemudian ...
Mobil Tanti sudah terparkir di depan rumahnya, dia terlihat sangat senang karena selama ini tidak pernah melihat Rasti mau mendengarkan siapapun.
Mungkin ini karena bawaan bayi yang di kandung Rasti.
"Mama!" teriak putra Tanti.
Di saat Tanti dan Rasti baru saja turun dari mobil, terlihat putra dari Tanti bernama Aksa, terlihat berlari dan memeluk tubuh mamanya.
"Mama sudah pulang ya? mana oleh-olehnya? " tanya Aksa menagih janji.
"Astaga! mama lupa! mama nanti beli martabak saja ya? order ShopanFood."
"Hm, kan nunggu lagi," gerutu sang putra sambil melipat tangan di dada.
Rasti tersenyum ketika melihat seorang anak kecil sedang marah, ini seperti dia waktu kecil.
"Bibi sudah lama tidak bertemu denganmu, tetapi kenapa ketika bertemu justru mendapatkan muka yang masam?" ungkap Rasti.
Dia terlihat memeluk tubuh anak Tanti dan mengusap kepalanya.
Tanti senang karena Rasti sangat keibuan.
"Aku kesal bibi. Mana ada mama pergi tidak membawa oleh-oleh sama sekali," jawab Aksa.
"Nanti biar bibi yang meminta paman Rama datang dan membawa kue yang enak. Kau jangan marah ya?"
"Aku hanya ingin mama yang membeli."
Rasti mencoba membujuk Aksa untuk bermain PS bersama, kali ini Aksa mau menuruti apa yang dikatakan oleh Rasti.
"Kau baik-baik saja kan Ras?"
"Ya, aku oke."
Rasti membawa bocah berusia 7 tahun itu untuk bermain PS di kamar si Aksa.
Sedangkan sang mama melapor kepada Rama.
"Ram, semua terkendali. Aku bisa membuat Rasti mengalihkan pikirannya. Dia sedang bermain dengan anakku," ujar Tanti melaporkan apa yang terjadi dengan Rasti.
Dia cukup puas dengan rencana yan sangat keren ini.
Namun Tanti mencoba memberitahu kepada Rama mengenai pokok permasalahan keduanya, yaitu tentang seorang wanita yang ada di dalam hidup Rama sebelum menikah dengan Rasti.
"Kapan kau ingin jujur tentang sosok Mona?" tanya Tanti.
"Tan, jangan tanya itu kepadaku sekarang, aku sangat pusing. Apalagi ibu menelponku berulang kali. Mona mencariku, aku benar-benar pusing!"
Rama dalam masalah, dia terdengar gelisah tapi coba tenang.
"Rama, aku mengerti perasaanmu yang kacau ini, tetapi aku mohon kau harus segera pertemukan istri keduamu dengan ibumu. Paling tidak itu, agar seorang Rasti bisa berpikir jika pernikahanmu terasa nyata. Bukannya main-main semata," jelas Tanti.
Dia hanya ingin sang sahabat bahagia tanpa adanya kekesalan dan permasalahan ini akan segera ada jalan keluarnya.
"Memang jujur adalah kunci di sini, hanya saja aku merasa kesal. Apa kau bisa menahan Rasti di rumahmu? Aku ingin pulang sebentar, besok pagi aku akan pulang dan menjemput istriku, bagaimana?"
"Oke, ide yang sangat menarik. Aku setuju."
Tanti berpamitan ingin masuk ke dalam rumah agar tidak di sangka sok sibuk, padahal ada teman yang di rumah.
"Nanti aku akan memberikan informasi lagi tentang istrimu, aku masuk rumah ya? kau harus yakin, rumah tanggamu dengan dua istri bisa akur, hehe."
Tanti masih sempat meledek sahabatnya.
"Iya, ini sudah menjadi tanggunganku, hanya saja aku belum mampu dan belum berani untuk menyampaikan kebenaran ini kepada mereka berdua serta anggota keluargaku yang lain, next aku siapkan mental dulu."
"Ya secara kau sayang dengan Rasti, tapi tidak mau menyakiti Mona. Aku paham, kau urus dulu Mona. Rasti biar menjadi urusanku."
"Oke. Terima kasih ya Tan, kau sudah sangat baik kepadaku."
"Ya sama-sama, kita kan teman."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments