Keesokan paginya ...
"Aku pulang cepat Ras, aku ingin kita jalan-jalan. Kau mau ya?" ucap sang suami yang pagi ini berangkat lebih awal.
Biasanya Rama akan bangun jam 06.00 dan segera mandi. Jam 08.00 pagi sudah berangkat, tetapi berbeda dengan sekarang.
Sang suami jam 07.30 sudah selesai sarapan dan akan segera pergi ke kantor.
"Sayang, aku berangkat dulu. Aku tidak mau terjadi apapun denganmu, jadi jangan pergi kemanapun tanpa sepengetahuanku," pinta sang suami.
Rasti masih tetap diam membisu, dia sepertinya masih merasa kesal dengan apa yang terjadi semalam.
Sang suami menganggap semuanya biasa saja, tetapi berbeda dengan seorang Rasti.
Dia sedang hamil dan perasaannya sangat peka.
"Aku paham dengan segala hal yang ada di dalam hatimu. Sebisa mungkin aku akan mendampingi mu."
Sang suami mencium kening sang istri.
Lalu Rasti secara tiba-tiba berkata," Jangan lupakan istri pertamamu. Dia yang lebih dulu bersamamu. Bagaimana bisa kau melupakan itu saat ada di dekatku?"
Sang suami terkejut dengan kata-kata yang sangat menohok itu. Namun, sang suami tak akan marah, dia sadar diri.
"Aku pergi dulu," ucap Rama yang tidak mau membuat kondisi menjadi memanas seperti tadi malam.
Sang istri yang biasanya mengantar sampai depan rumah, tidak antusias lagi. Dia langsung masuk ke dalam kamar karena semua pekerjaan sudah selesai.
Dia kembali menangis, entah harus bersikap seperti apa.
...
Sedangkan sang suami yang sudah menyiapkan segalanya, langsung menelpon sahabat Rasti.
Dia mencoba menceritakan segalanya dan untung memahami posisinya.
"Baik Ram, aku akan datang. Kebetulan suamiku juga sudah berangkat bekerja dan aku libur mengajar les. Aku berharap kau segera bersikap. Rasti cukup peka, dia sangat perasa," ucap Tanti dengan penuh rasa kasihan.
Kehidupan rumah tangga yang baru terjalin sudah terguncang prahara yang sangat luar biasa.
Mungkin bagi mereka mendapatkan momongan dalam waktu cepat adalah anugerah, tetapi dibalik itu semua ternyata ada rencana Tuhan yang sangat tidak di sangka kehadirannya.
Rama yang tidak bisa berkata jujur terhambat oleh keadaaan terlihat tidak berdaya.
Dia akan jujur disaat yang tepat, hanya saja semua tak bisa berjalan sesuai dengan kehendak Rama.
Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.
"Terima kasih Tan, aku berharap kau mampu menjadikan istriku tidak meninggalkanku karena kondisi semacam ini. Aku sangat mencintai Rasti.Namun, aku juga tidak bisa meninggalkan Mona. Dia butuh aku."
Rama sangat terhimpit, dia tidak bisa berbuat apapun.
"Iya, sama-sama. Oh ya, aku akan segera ke rumahmu. Aku tutup teleponnya."
"Oke Tanti."
Panggilan telepon telah usai, sang pria tampan yang sedang banyak masalah ini segera tancap gas dengan mobil miliknya menuju kantor.
...
Kediaman Mona ...
Ibu Rama sangat cemas karena Mona yang terus saja memanggil nama Rama, padahal Rama sudah satu minggu ini tidak pulang ke rumah karena ada sebuah pekerjaan yang sudah sangat mendesak.
Sang ibu paham akan hal ini, tapi untuk Mona yang sedang dalam kondisi terpuruk, begitu menyedihkan dan sungguh memprihatinkan.
"Ibu. Rama dimana bu? apa dia masih ada di luar kota? aku ingin bayiku kembali bu, bayiku!" ucap Mona berulang kali memanggil bayinya yang sudah tidak ada lagi di dunia ini.
"Rama sedang ada di luar kota sayang, ibu pastikan hari ini dia akan datang," cetus sang ibu mertua.
"Apakah ini benar bu? dia akan membawa anakku?"
Sang menantu sangat depresi. Rasanya sangat hancur tidak terkira.
Dia merasa segala sesuatunya akan segera musnah. Tidak ada yang tersisa.
Lalu tangis itu terasa sangat nyata.
Sang ibu mertua memberikan dukungan penuh pada Mona.
"Nak, semua akan baik-baik saja, tidak perlu kau menangisinya," ucap sang ibu mertua sambil memeluk tubuh Mona.
Tangis tak tertahan, dengan segala duka yang membelenggu kehidupannya, sangat menyiksa.
Hingga sang ibu mertua memilih untuk menelfon Rama.
Akan tetapi dia meminta asisten rumah tangganya menjaga Mona, dia tidak bisa menghubungi sang putra di depan Mona.
Sang ibu mertua cemas jika Rama belum bisa hadir di tengah-tengah mereka, so pasti akan menambah masalah dan beban lagi.
Perlahan, dia pergi dari kamar itu dan berjalan menuju dapur, sang ibu menghubungi Rama di sana.
"Ram? bisa pulang tidak?" tanya sang ibu.
"Maaf ibu, pekerjaan masih sangat banyak. Aku tidak bisa pulang," jawab Rama.
"Oh, oke sayang. Ibu paham kau banyak pekerjaan, untuk itu, ibu hanya berharap kau segera pulang saja. Syukur kalau kau bisa pulang lebih cepat," ucap sang ibu berharap.
"Iya bu, selama satu bulan ini aku harus berada di luar kota karena pekerjaan yang menumpuk. Rasanya sangat lelah tetapi aku berusaha untuk tetap pulang," jawab sang putra.
"Baik nak, ibu akan menunggumu. Kau jaga kesehatanmu. Sekarang sudah musim hujan," jelas sang ibu mengingatkan.
"Iya, terima kasih bu. Ibu juga, jaga kesehatan ibu ya?" jawab Rama yang sangat sayang dengan sang ibu.
"Oke. Sudah ya? ibu matikan ponselnya."
"Ya bu."
Panggilan telepon sudah berakhir, sang ibu merasa jika Rama belakangan ini sangat sibuk dengan segala pekerjaannya dan dia berusaha untuk memahaminya.
...
Sedangkan di belahan bumi yang lain, Rama merasa bersalah kepada sang ibu dan Mona, dia sebenarnya tidak mau membuat segalanya menjadi seperti ini, hanya saja rasanya sangat tidak nyaman.
Rama harus menyelesaikan urusan dengan Rasti terlebih dahulu.
"Rama, kau harus lebih sabar, segala sesuatunya harus perlahan dan tidak bisa selesai semuanya," ucap Rama sambil tersenyum.
Dia sedang mengkondisikan hatinya agar mampu membagi waktu untuk dua istri.
Namun, saat Rasti mengetahui segalanya, ada satu hal yang harus diperhatikan lebih dulu, Rasti sedang hamil anaknya.
Kebetulan dia sangat mendambakan buah hati yang akan menyambutnya kala pulang kerja, memberikan suntikan semangat tanpa henti padanya.
"Huft, rasanya amat berat. Akan tetapi, aku akan berjuang. Berjuang memberikan keadilan pada dua istriku."
Sang pria yang masih dalam perjalanan menuju kantor, memesan tiket pesawat untuk kepergiaannya di siang hari ke rumahnya.
Dia harus gerak cepat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua wanita yang ada di sampingnya, menemani hari-harinya.
Mona dan Rasti tak lepas dari pantauannya hanya saja sejak tadi malam, dia belum menanyakan kondisi Mona. Dia terlalu lelah bekerja dan banyak masalah lain, Rasti juga sedang marah.
Semalam, dia tidur.
Dia menggunakan waktunya untuk beristirahat total.
Mobil Rama, sudah berada di depan kantornya. Seorang penjaga sudah siap untuk menyambut kedatangan sang bos perusahaan.
"Bos, selamat pagi," ucap sang penjaga yang langsung bergerak cepat membawa mobil sang bos menuju tempat parkir.
Rama tersenyum dan mengangguk, dia sangat berkharisma memang, tak salah jika Rasti dan Mona kepincut pesonanya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
ArgaNov
Hai Kak, aku singgah sampai bab ini dulu ya, nanti aku singgah lagi.
Aku tunggu kedatangannya di Tukar Jiwa🥰
2022-11-05
1