Makan Bersama.

Meja makan ...

Aska terlihat sedang sarapan sambil bermain ponsel, lalu sang ayah menegurnya.

"Sayang, makan dulu jangan main ponsel. Nantikan bisa," pinta sang ayah.

"Iya ayah."

Aska langsung meletakkan ponsel itu di atas meja dan dia menyelesaikan makan satu piringnya.

Sang ayah senyum karena memiliki anak yang penurut dan tidak banyak bicara.

Rasti berjalan menuju meja makan dan mendapati 2 orang yang sedang melahap memakan masakan Tanti.

"Ras, ayo makan."

"Ya Amran."

Rasti mendekati meja makan dan duduk di samping Aska.

"Aska, pandai sekali kau."

"Iya dong bibi, kalau bibi tahu tadi aku dimarahi ayah, aku main hp saat sarapan, kan tidak boleh, ya kan yah?"

"Iya anak bandel."

"Nah, bagus itu mendengarkan kata-kata orang tua jadi Aska jadi anak yang berbakti," ujar Rasti yang terlihat lebih bersemangat hari ini meskipun baru saja bangun tidur.

Saat Rasti ingin mengambil nasi, Tanti datang dengan lauk yang lebih menggoda.

"Satu mangkuk bakso daging sapi! ini enak sekali!"

Tanti dengan cepat membawa semangkuk bakso itu agar bisa dinikmati oleh keluarga kecilnya dan Rasti.

"Kau rajin sekali Tan," sahut Rasti.

"Istriku memang kurang kerjaan, jadi masak terus. Lima hari kan libur les, jadi gabut dia," ucap suami Tanti.

"Hm, kau suka kan? bilang saja kalau suka."

Tanti menyenggol lengan suaminya.

Sang suami hanya diam saja.

"Ih suamiku. Kenapa diam saja?"

Tanti mulai kesal karena tak mendapatkan dukungan dari suaminya.

Rasti merasa senang ketika melihat kebahagiaan dari keluarga kecil Tanti.

"Andai saja keluargaku seperti ini," batin Rasti.

Dia mencoba untuk menghibur diri karena keluarganya tidak seperti apa yang dia lihat saat ini.

Rasti sangat legowo tentang apapun yang dia terima, sebagai seorang manusia biasa pasti tak luput dari keluhan dan kesalahan.

Tanti dari bahwa sahabatnya itu merasa canggung dengan kondisi yang ada, dia segera mengajak Rasti berbicara.

"Ras, tadi suamimu menelpon. Dia mengatakan bahwa ponselmu tidak aktif, dia tidak bisa pulang pagi ini jadi kau tidak perlu menunggunya. Dia pulang pukul 19.00 malam, aku bilang padanya agar kau tetap ada di sini, aku sendiri yang akan mengantarmu pulang. Bagaimana?" ucap Tanti.

"Iya, aku menurut apa kata bu guru saja."

Rasti mencoba untuk biasa saja sudah tersenyum sesuai dengan kondisi yang ada, meskipun hatinya sangat sakit.

Dia saat ini dekat dengan suaminya tetapi harus menunggu sampai malam tiba.

Perasaan cintanya memang sedang diuji hari ini.

Dua puluh menit kemudian, Aksa yang harus pergi ke sekolah, lalu ikut bersama ayahnya.

Ayah dan anak, keluar dari rumah secara bersamaan dengan diantar oleh Tanti.

"Sukses baby!"

"Yes mom!"

Jawaban Aksa sangat keras dan lantang membuat ibu satu anak itu tersenyum.

"Dasar anak itu, selalu membuatku gemas saja."

Tanti bersyukur karena memiliki keluarga yang biasa saja dan apa adanya, tidak perlu melakukan apapun selain menyayangi mereka berdua.

"Tan, hidupku sangat menyenangkan ya? aku ingin seperti dirimu."

"Kau tidak perlu menjadi diriku karena aku sudah tercipta dengan dirimu sendiri yang sangat baik, coba hidupku terlalu berat sehingga kau jangan sampai mengikuti jejakku."

"Iya aku tahu, hanya saja rasanya kau sudah melewati masa-masa sulit itu dan bahagia di akhir.

"Hm, setiap keluarga memiliki cobaan masing-masing kan?"

"Iya Tanti, aku sama sekali tidak menyadari bahwa kau akan ada selalu untukku sampai detik ini, perasaan egois yang aku memiliki, memintaku untuk tetap menjadi diriku sendiri."

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!