Makan pagi biasanya jadi ajang berkumpul bagi setiap keluarga yang akan memulai hari. Meski singkat, tapi setiap keluarga pasti selalu menyukai dan merindukan moment-moment sarapan bersama keluarga mereka masing-masing.
Namun, di kediaman kaya raya ini, celoteh yang terdengar hanyalah suara milik tuan dan nyonya besar, sedangkan Arjuna yang ikut
bergabung di sana hanya sibuk dengan piring makanannya sendiri.
Sekar memperhatikan itu dari kejauhan, dia sendiri sekarang sedang menyuapi Neira yang makan dengan tenang. Bocah kecil dan gembul itu lahap sekali, membuat Sekar gemas dan sering mengajaknya bercanda di sela makan pagi sang bayi.
"Dari tadi nyeritain Eva. Orangnya udah gak ada, Ma, Pa."
Barulah suara Arjuna terdengar.
"Ya enggak apa-apa kan, Jun. Mama memang masih sering keingetan Eva. Rencananya minggu depan juga mau ajak Neira ke rumah oma opanya di Bandung."
"Oh, ya udah."
Singkat. Sekar yang mendengarnya saja jadi gemas. Ingin rasanya dia mengunci bibir Arjuna biar sekalian tidak usah bicara apapun.
"Kok ya udah sih, Jun. Biar Eva sudah enggak ada, kamu itu tetap menantu bagi kedua orangtuanya. Mereka juga berharap kamu datang ke sana. Sekalian mereka mau pertemukan kamu dengan adiknya Eva yang udah balik dari luar negeri."
Sekarang, Arjuna mengangkat kepalanya. Memang seingatnya, Eva punya adik perempuan berusia lebih muda dua tahun dari istrinya itu. Namun, apa hubungannya dengan dia?
"Buat apa, Ma, Pa?"
"Ya katanya adiknya Eva pengen kenalan sama kakak iparnya. Kemarin kan cuma bisa lihat kalian dari video aja karena dia gak bisa pulang waktu kalian menikah."
"Lihat nanti saja, Ma. Lola katanya mau minta temenin ke acara nikahan temannya juga."
"Lola lagi, Lola lagi! Harus berapa kali Papa bilang kalau kami enggak setuju kamu sama perempuan itu, Jun!"
Kali ini, Papa Arjuna angkat bicara. Lelaki itu menatap puteranya dengan pandangan tajam dan menuntut.
"Terus harus sampai kapan juga, Papa dan Mama mengatur dengan siapa aku harus berjodoh?"
Arjuna bangkit dari duduknya. Dia sama sekali tidak bernafsu untuk melanjutkan makan. Arjuna sudah melangkah cukup jauh tapi suara ayahnya kembali membuat langkahnya terhenti.
"Kami cuma mau yang terbaik untuk kamu, Jun."
"Yang terbaik buat aku ya Lola, Pa."
Setelah berkata begitu, Arjuna tegas melangkah keluar dengan jas yang tersampir di pundaknya. Sekilas, tatapannya dan Sekar kembali bertemu pandang.
"Kenapa lihat-lihat?"
"Dih ... Kepedean!" Sekar melengos, kembali memberikan perhatian kepada Neira. Sayangnya, Neira menangis keras melihat Arjuna hanya melewatinya.
Terpaksa Sekar mengejar hingga sampai ke depan. Tepat sebelum Arjuna masuk ke dalam mobil, Sekar membuat gerakan lelaki itu terhenti ketika ia menyadari, gadis itu ternyata mengejarnya dengan membawa Neira.
"Itu Papa, Sayang."
Arjuna jadi gelagapan, menerima Neira dalam gendongannya. Sekar hanya bisa tertawa kecil.
"Anak nangis bukannya langsung disamperin, gendong, malah ngeloyor gitu aja."
Arjuna hanya menarik nafas panjang, tapi akhirnya untuk beberapa menit, dia membawa Neira dalam gendongannya di sekitar area pekarangan luas rumah mereka.
"Tumben Juna mau gendong Neira?"
Sekar menoleh, menatap ke tuan dan nyonya besar yang ternyata juga menyusul sampai ke depan. Mereka mungkin mendengar ketika Sekar berlarian menyusul Arjuna sambil membawa Neira.
"Kan mas Juna papanya Neira, Nyonya. Pasti Neira lebih nyaman dalam dekapan mas Juna."
"Kamu gak tahu aja, Sekar, selama ini, Arjuna itu malas sekali ngurusin anaknya. Bahkan gak punya waktu buat Neira. Makanya sekarang saya bingung dia bisa sedekat itu sama anaknya."
Sekar cuma mendengar saja, dia tidak mengerti. Baginya apa yang mereka lihat sekarang adalah hal yang wajar. Sewajarnya pemandangan indah antara ayah dan anaknya.
"Sekarang, Neira sama Sus saja ya. Papa kan mau kerja."
Sekar menerima Neira dengan senyuman. Dia segera tersenyum dan mendekap Neira sambil memegang satu tangan mungil itu.
"Dadah, Papa. Kerja yang rajin ya."
Arjuna mengernyit menatap Sekar dengan pandangan kesal. Sementara tuan dan nyonya besar hanya saling berpandangan dengan senyum. Mereka suka cara Sekar mendekatkan Neira dengan ayahnya.
"Saya masuk dulu, Tuan, Nyonya. Neira sepertinya udah pup."
"Iya, Sekar. Kamu juga jangan lupa makan, ya. Oh iya, nanti temani saya ke supermarket."
Sekar hanya mengangguk dan segera membawa Neira ke dalam bersamaan dengan mobil Arjuna yang melaju pergi.
Tepat ketika siang menjelang, Sekar dengan membawa Neira sudah berada di dalam supermarket. Gadis itu dengan setia mendorong kereta bayi di dalam supermarket. Tampak ia dan juga nyonya Mira asyik bercengkrama sampai akhirnya langkah nyonya besar terhenti. Sekar juga ikut menghentikan langkahnya juga laju kereta dorong.
"Tante," ujar seorang perempuan seksi di depan mereka.
Nyonya Mira hanya mengangguk dengan sedikit senyum.
"Neira sudah besar ya. Mau Tante gendong?"
Dengan sikap sudah siap meraih Neira, tapi Neira tampak tak nyaman. Dia menangis seketika.
"Maaf, Lola, cucu saya tidak terbiasa dengan orang asing."
"Lola kan pacarnya Juna, Tante. Kami juga sudah membicarakan tentang rencana pernikahan. Setelah kami menikah, saya bisa menjadi pengganti Eva untuk Neira."
Nyonya Mira hanya menggeleng kecil sambil tertawa pelan.
"Neira nyaman hanya dengan ayahnya, Lola. Dia tidak suka orang asing. Lagipula, Neira sudah punya pengasuh."
Nyonya Mira menoleh ke arah Sekar yang hanya diam mendengar. Dia tidak paham. Lola tidak berkata apapun lagi, dia membiarkan nyonya Mira dan Sekar melewatinya begitu saja. Namun, bisa Sekar rasakan tatapan Lola begitu lekat menatapnya hingga mereka selesai membayar belanjaan.
Sekar hanya mengangkat bahunya, dia tidak peduli dengan Lola yang seperti memandangnya bagai musuh saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sweet Girl
Tatapannya setajam silet.
2024-10-31
0
Sweet Girl
lha lha... kok manggil Mamas....???
2024-10-31
0
Sandisalbiah
cocok si mereka.. Arjuna yg arogan dan keras kepala terus si Lola( loading lama) songong dan angkuh... pas itu perpaduan utk pasangan keblinger
2024-06-14
0