Like Tom and Jerry

"Lo belum ngantuk? Sana keluar, biar gue yang jaga Neira!"

Sekar berkata dengan sebal kepada Juna yang juga masih betah di dalam kamar bersamanya. Bilangnya sih mau jagain Neira juga tapi sekarang kerjaannya cuma main ponsel, padahal tadi Neira sempat terbangun dan yang harus mendiamkan bocah itu mesti Sekar juga. Jadi apa fungsinya Arjuna di sana?

Setelah hampir satu jam nyonya Mira sudah keluar kamar dan mungkin sudah terlelap pula di dalam mimpi di kamar tamu yang lain, Arjuna malah semakin betah di kamar bersama Sekar.

"Rese lo ya. Suka-suka gue lah. Neira anak gue kok lo yang atur-atur bapaknya!"

Kesal dibilang begitu, Sekar meraih popoknya Neira yang masih bersih, lalu diberikannya kepada Arjuna.

"Ya udah, nih. Katanya mau bantu ngurusin Neira kan? Nih! Ganti popoknya, Neira barusan eek tuh!"

Juna menoleh kepada Sekar dengan pandangan geli. Mana pernah dia menggantikan bekas pup bayi? Dia gegas menggeleng.

"Enak aja, lo kan pengasuhnya. Lo yang ganti berarti."

Sekar menarik nafas panjang. Dia memang tidak ingin Arjuna mengerjakan pekerjaannya. Dia sengaja meminta Juna melakukan itu agar lelaki itu risih lalu pergi sendiri. Namun, sepertinya, Juna itu bebal sekali. Dia sama sekali tidak peduli. Dia kembali bermain ponsel bahkan sesekali mengarahkan kamera ke wajah Sekar yang sedang sibuk dengan Neira.

"Bapak kayak apa sih lo ini, Mas? Semua tentang anak gak tahu. Semua tentang anak gak tertarik."

"Gak usah ngajarin gue, seenggaknya sebagai lelaki, gue udah berhasil bikin anak."

"Bikinnya doang semua orang juga bisa, Mas! Tapi action setelah lo punya anak itu yang bakal jadi perhatian orang."

"Alah, bawel lo kayak maknya si doel!"

"Ya udah keluar sana! Gak ada gunanya juga lo di sini! Gue jadi gak bisa tidur tau!"

Sekar berkacak pinggang, wajahnya yang cantik itu nampak masih kuat meladeni Arjuna untuk berdebat. Juna sendiri tetap pasang gaya tidak peduli. Lelaki itu malah sudah memeluk guling dan merapatkan Neira kepadanya.

Sekar garuk-garuk kepala dengan kesal. Dia akhirnya mengambil posisi berbaring di sofa tepat di seberang ranjang.

"Sial banget sih gue hari ini!" erang Sekar sebelum dia memejamkan matanya.

Arjuna hanya terkekeh di dalam hati. Sekarang, entah mengapa, dia suka menjahili Sekar. Membuat gadis itu marah-marah. Juna ingat, selama menjadi anak tunggal, memang dia tidak punya saudara yang bisa diajak bicara. Ketika ad Sekar, dia malah jadi suka mengajak perempuan itu berdebat tentang apa saja.

Pagi hari ketika terbangun, Sekar mendapati dirinya sudah berselimut. Arjuna tak ada lagi di tempat. Sekar segera menuju ranjang, ternyata Neira juga sudah tak ada.

"Mampus! Gue kesiangan bangun!" Sekar buru-buru melipat kembali selimut itu, tapi gerakannya terhenti ketika dia sadar, semalam dia tidak memakai selimut itu. Justru selimut itu sebelumnya Arjuna lah yang memakainya. Kenapa sekarang tiba-tiba bisa ada di tubuhnya?

Sekar menggeleng, bukan waktunya memikirkan selimut. Dia segera membereskan kamar itu hingga menjadi rapi seperti sedia kala, dilanjutkan dengan mandi lalu segera meraih kaus kebesarannya dan celana jeans. Rambutnya dibiarkan dalam keadaan setengah basah.

Sekar berjalan mengitari rumah besar itu. Akhirnya dia melihat Neira sedang bersama Arjuna di pinggir kolam. Baru saja hendak mendekat, ternyata dari samping datang Ema membawa sesuatu untuk Arjuna. Lelaki itu menerimanya, menyesap perlahan dan membiarkan Neira yang masih terkantuk-kantuk di dalam gendongan Ema.

Sekar seperti sedang melihat keluarga kecil yang bahagia. Pada akhirnya, dia bergegas berbalik, disusuri lorong mencari ibu angkatnya. Siapa tahu ada yang bisa dia bantu, karena rencananya, mereka juga akan pulang hari ini ke Jakarta.

"Bu," sapa Sekar setelah menemukan nyonya Mira sedang mengepak kembali beberapa baju ke dalam koper. "Sekar bantu ya," lanjutnya.

Nyonya Mira tersenyum lalu mengangguk. "Kamu habis ini sarapan ya, Sekar. Kita berangkat jam sepuluh. Bapak ada kerjaan di Jakarta, kita gak bisa lama di sini."

"Iya, Bu, nanti sekalian Sekar urus barang-barang Neira sehabis ini."

"Enggak usah, Sekar. Neira sepertinya tetap di sini dulu untuk beberapa hari. Ema dan juga mama papanya masih pengen Neira nginep di sini barang berapa hari lagi."

Sekar jadi menghentikan kegiatannya, ditatapnya ibu Mira dengan serius.

"Nginep, Bu?"

Ibu Mira mengangguk. "Gak papa, kamu bisa santai beberapa hari gak ngasuh Neira dulu. Nanti Ema kan bakal ke Jakarta, sekalian dia bawa Neira pulang."

Sekar mengatupkan bibirnya sesaat. Entah mengapa, ada rasa tak rela begitu saja di dalam hatinya saat ini. Namun, dia bisa apa? Neira bukan puterinya. Dia hanya pengasuh gadis kecil cantik dan lucu itu.

"Gimana kalo Neira rewel ya, Bu." Sekar bergumam tanpa sadar tapi hal itu tentu saja didengar oleh ibu Mira.

"Gak papa, Sekar, biarkan Ema belajar untuk menenangkan Neira. Ema kan akan segera menikah sama Arjuna."

Sekar akhirnya mengangguk juga. Dia tentu saja tidak bisa berbuat apapun. Dari kejauhan, terlihat Ema dan juga Arjuna yang sedang bersama Neira. Mereka memang tampak serasi, Sekar lekas mengalihkan pandangannya lagi pada kegiatan yang saat ini sedang dilakukannya bersama ibu Mira.

Berkali-kali ditariknya nafas panjang, seperti ada beban berat yang menghimpitnya saat ini ketika tahu bahwa dia harus membiarkan Neira bersama orang lain. Dia bukannya tidak percaya kepada orang lain, tetapi Sekar merasa pengasuhannya pasti jauh lebih baik dibandingkan orang lain sekalipun itu Ema.

Sekar bisa melihat bahwa Ema sebetulnya tidak terlalu fokus pada Neira, malah dia selalu fokus kepada Arjuna. Kata-katanya memang lembut dan mendayu-dayu tetapi itu tidak ditujukan kepada Neira, perempuan itu hanya menunjukkan kekagumannya kepada Arjuna sajaz setidaknya itulah yang dipandang oleh Sekar sampai saat ini.

Setelah membantu ibu Mira mengepak barang, Sekar kembali ke kamar tamu lagi. Saat dia sedang mengepak barangnya sendiri, Arjuna masuk ke dalam kamar itu lalu masuk ke dalam kamar mandi dan keluar hanya dengan memakai handuk. Sekar menggeram dengan kesal, ada banyak sekali kamar mandi di rumah milik keluarga Ema ini, kenapa lelaki itu harus masuk ke dalam kamar yang sama dengannya dan membuatnya risih?

"Tadi di kolam renang kenapa nggak langsung nyebur aja sih!" sewot Sekar kepada Arjuna sambil melipat bajunya.

"Rese lo, suka-suka gue dong!"

Arjuna melempar handuk itu kepada Sekar tapi refleks membuat Sekar akhirnya sedikit berteriak karena jadi menyadari sesuatu setelah handuk itu tak lagi dipakai Arjuna. Arjuna bergegas menutup mulut perempuan itu.

"Gue pakai kolor, bego, bukannya telanjang bulat!"

Sekar membuka matanya sedikit dan dilihatnya memang Arjuna sudah memakai celana pendek tetapi dengan tonjolan di bawah yang membuatnya kembali berteriak.

"Dasar messum!"

Sekar mencek-mencak, Arjuna tetap saja tidak peduli malah dia terkikik geli melihat gadis itu saat ini.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bwahahaha tapi baik Khan...???

2024-11-01

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

apa sih maunya si Juna ini.. pasti hatinya udah sedikit serong ke Sekar nih tp dia gak sadar tuh.. bisa repot nantinya..

2024-06-14

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ayo Sekar ... daripada cuma kesel2 doank ... mending skalian tendang aja lagi .. 🤣🤣

2023-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!