"Lo!"
"Kamu!"
Keduanya saling menunjuk. Sekar masih ingat betul, wajah arogan lelaki di depannya itu ketika tanpa rasa bersalah, keluar dari mobil dan menghampirinya dengan menghardik.
"Loh, udah saling kenal ternyata." Nyonya Mira memandang mereka dengan kening berkerut.
"Siapa yang kenal dia, Ma?" Arjuna menyahut dengan wajahnya yang terlihat arogan.
Sekar yang mendapat sahutan ketus dan menyebalkan itu hanya menatap Arjuna dengan pandangan sama tajam. Dia juga mengutuk, kenapa bayi selucu, seramah dan secantik Neira harus punya ayah searogan itu.
"Iya, Nyonya. Tidak kenal sebelumnya, tapi tuan ini sempat akan menabrak saya siang tadi."
Mendengar itu, Arjuna jadi mendelik. Sekar tak peduli, biar saja dibilang pengadu.
"Pengadu! Orang gak sengaja!"
"Loh kok malah berantem? Lagian kamu, Arjuna. Memangnya belum minta maaf sama Sekar?"
Arjuna tidak menjawab. Sekar menatapnya dengan alis terangkat satu. Dia puas melihat Arjuna dimarahi ibunya sendiri. Lelaki begini memang mesti diberi pelajaran!
"Udahlah, Ma, aku mau ke apartemen dulu. Ada Lola nungguin."
Arjuna berbalik, tanpa memandang Sekar lagi. Neira terlihat menggapai-gapai kepada ayahnya yang sudah menjauh. Sekar menatap punggung Arjuna yang sudah jauh itu dengan kesal sementara saat dia melihat Neira yang hampir menangis, dia buru-buru menenangkan.
"Ada Mama, ada Mama," bisik Sekar sambil menggosok-gosok lembut punggung Neira dalam gendongannya. Lalu dia berhenti dan tersentak sendiri. "Mama? Ya ampun! Pedenya gue!"
Sekar menepuk-nepuk jidatnya berulangkali hingga membuat Neira tertawa melihat tingkah konyol baby sitternya itu. Untung saja saat dia mengatakan itu, nyonya Mira sudah menjauh karena sedang mengejar puteranya yang susah diatur.
"Dasar ayah gak bertanggungjawab! Sama anaknya sendiri kok gak peduli!" dengus Sekar lalu dia mengajak Neira ke taman belakang.
Bersama Neira, Sekar merasa jadi sangat dewasa. Padahal usianya masih sangat muda, delapan belas tahun. Namun, ketika sudah mulai mengasuh Neira, naluri keibuannya justru keluar begitu saja. Dia jadi sayang berat dengan gadis kecil pemilik mata bulat dan cerah itu.
"Arjuna gak ada berubahnya dari dulu. Dari Eva masih hidup, sampai Neira lahir, sampai Eva sudah meninggal, dia masih saja berhubungan dengan Lola!"
Samar-samar, suara nyonya Mira terdengar. Perempuan elegan itu terdengar marah.
"Nanti Papa akan ajak Juna bicara, Ma."
"Bila perlu, Papa cabut aja semua fasilitas. Biarkan dia jadi OB di perusahaan kita. Biarkan dia susah payah cari uang daripada terus berhubungan dengan perempuan gak bener itu! Kasihan Neira, Pa. Mama gak tega. Dari masih ada Eva, dia masih aja begitu. Kita jodohin dia sama Eva karena Eva anak baik. Sampai Eva meninggal pun, dia gak luluh sama Neira, anak dia sendiri."
Sekar bukannya mau menguping, tapi memang pembicaraan itu terdengar sampai ke taman belakang. Dia jadi sedikit paham mengapa Arjuna tampak tidak begitu peduli dengan anaknya sendiri. Lelaki itu sepertinya tidak mencintai istrinya yang sudah meninggal dulu.
"Tapi kan Neira lucu, masa papa begitu ya, Nak?" Sekar menjawil gemas hidung Neira yang segera mengedip-ngedipkan matanya. "Kasihan kamu, Sayang. Gak papa, ada Sus di sini. Sus akan jaga Neira dengan baik sampe Neira gede."
Sekar memeluk lembut Neira yang begitu tenang dalam dekapannya. Cukup lama dia bersama Neira, bersenda gurau dengan anak kecil itu. Hal itu diam-diam diperhatikan oleh nyonya Mira. Perlahan, nyonya besar itu tersenyum kecil.
Neira sudah lama sekali tidak tertawa lepas. Meski dia masih seorang bayi, tapi nyonya Mira tentu paham bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu. Sekarang, dia justru melihat ada sesuatu yang spesial dari diri Sekar. Cara gadis yang terbilang masih sangat muda itu mengasuh cucunya seperti sudah sangat terbiasa, luwes dan begitu sabar.
Padahal bagi Sekar, tentu mengasuh anak kecil apalagi bayi seperti Neira adalah yang pertama baginya. Pengalaman perdana yang dia lakoni.
"Lihat, Neira sepertinya sudah cocok betulan sama Sekar." Nyonya Mira menyenggol suaminya yang sekarang sedang sibuk dengan ponsel.
Tuan Beno melihat ke arah depan, di sana tersaji pemandangan indah dimana Neira terlihat begitu lepas tertawa bersama pengasuh barunya.
"Padahal anaknya masih muda ya, Pa. Tapi seperti sudah berpengalaman mengasuh anak kecil."
"Iya, Ma, semoga saja Neira cocok dengan Sekar."
"Iya, Pa, tapi kita juga musti kerasin Juna. Gak boleh dibiarkan dia acuh terus sama anaknya."
"Biar nanti itu jadi urusan Papa, Ma. Memang Arjuna itu harus dikasih pelajaran sekali-kali."
Nyonya Mira mengangguk setuju. Sementara Sekar sendiri semakin asyik bersama Neira. Dia tak lagi mendengar perdebatan tentang Arjuna karena kedua pasangan paruh baya itu sudah menjauh dari tadi.
Sementara di dalam mobilnya sendiri, Arjuna terkenang Sekar. Dia kesal setengah mati sebab pengasuh baru anaknya itu dia rasa cukup lancang kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Delita Nirayana
makan hati tu si eva nikah sama arjuna ,
masih juga berhubungan dengan pacar
2024-12-18
0
Sandisalbiah
heleh.. sekarang aja kamu kesal.. nanti juga bakal terpesona oleh Sekar kamunya, Jun.. 🙄🙄
2024-06-14
0
Heryta Herman
tunggu saatnya arjuna.../Chuckle/
2024-05-31
0