Meresahkan

Jadi sudah dua hari ini, Juna dan Sekar diam-diaman. Keduanya selalu melempar pandangan dengan sebal. Sekar sudah berusaha untuk sopan dan berkata baik kepada lelaki itu, tetapi Juna seakan tidak pernah mau bicara baik-baik kepada Sekar.

Contohnya saja, pagi ini ketika Sekar baru saja selesai menjemur handuk Neira, di lantai paling atas tepatnya di balkon tempat penjemuran baju, Juna sengaja menyenggol Sekar hingga dia hampir saja terjungkal ke depan saat keduanya berpapasan.

"Apa lo? Mau ngadu ke nyokap gue?" tanya Juna sambil melotot.

Sekar cuma bisa mengelus dada, mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari lelaki yang tak lain adalah ayah Neira itu.

"Nih, jemurin sekalian handuk gue!"

Belum hilang kesal Sekar tadi, pria itu kembali menguji kesabarannya dengan melempar handuk hingga menutupi seluruh wajah Sekar.

"Dasar kecurut lo ya!"

Juna hanya tertawa sinis melihat Sekar dengan sambil mengomel menjemur handuk Juna tadi.

"Lo kan pengasuhnya Neira, sekalian dong tolongin gue."

"Diiihhh, emang lo siapa?" balas Sekar setelah selesai menjemur handuk.

"Masih nanya lagi siapa. Ya bapaknya Neira!"

"Oh, masih ingat anak rupanya. Kirain udah lupa," sinis Sekar sambil berjalan menjauh daru Juna yang memandangnya tak suka.

Turun ke meja makan, meski sudah dengan wajah dan penampilan super tampan, tapi di mata Sekar, Juna masih saja menyebalkan. Pagi ini, lelaki itu tidak sarapan bersama kedua orangtuanya, ngeloyor pergi begitu saja meski sang ibu sudah memanggil setengah berteriak sampai hampir kehabisan suara.

"Memang, Arjuna itu makin gak hormat sama orang tua. Neira juga dilewatin gitu aja!"

"Neira masih nangis, Kar?" tanya tuan Beno, setelah mendengar istrinya mengomel di meja makan.

"Udah anteng kok, Pak." Sekar menunjukkan Neira yang sekarang sibuk dengan susu formula yang baru saja Sekar buat.

"Kasihan Neira. Mungkin secepatnya kita pertemukan Ema dan Juna, Pa. Juga kita dekatkan Ema sama Neira. Mama yakin, karena Ema mirip Eva, pasti dia bakal menemukan sosok ibu lagi dalam diri Ema."

Mendengar itu, Sekar hanya diam menyimak. Dia memandang Neira yang sekarang tengah menyusu sambil menggenggam jemarinya dengan jarinya yang kecil.

"Neira mau punya mama baru," bisik Sekar sambil mengusap lembut pipi Neira.

Sewaktu mengatakan itu, entah mengapa, hati Sekar jadi sedikit bergetar. Ada rasa tak rela yang tiba-tiba saja menerjangnya. Ia merasa takut jika kelak Neira akan nyaman dengan sosok baru yang akan segera dikenalkan kepada bayi itu.

"Mikir apa sih gue? Gue kan cuma pengasuh Neira aja, bukan ibunya."

Sekar membatin dengan sedih.

"Sekar, malam ini kamu siapkan semua keperluan Neira selama kita di Bandung ya."

Sekar yang tadinya sempat diam cukup lama lantas menoleh.

"Baik, Bu. Malam ini Sekar siapkan."

"Terimakasih ya, Sekar. Rasanya, Ibu dan bapak mesti bertindak cepat. Ibu gak mau sampai Arjuna salah langkah dan nekat menikah dengan Lola."

Sekar hanya diam dan menyimak. Nyonya besar itu memang baik, kepada Sekar seperti sudah dianggap layaknya anak kandung sendiri. Apa saja diceritakan termasuk dengan perjodohan yang akan dilakukan untuk Arjuna.

Sebetulnya, Sekar agak sepaham dengan Arjuna kalau soal ini. Sebab perasaan memang tak akan pernah bisa dipaksa. Sementara ibu dan ayah Juna terlalu yakin bahwa pilihan mereka adalah yang paling baik bagi putera mereka satu-satunya itu meski kepada Lola juga Sekar kurang yakin bahwa Arjuna betulan sudah menemukan jodoh yang tepat.

"Sekar, nanti Ibu minta tolong kamu ke supermarket ya, ada beberapa peralatan Neira yang sudah mau habis. Ini uangnya."

"Iya, Bu. Sekarang aja bisa kok, Bu. Lagian Neira kayaknya udah ngantuk lagi."

"Ya sudah, nanti minta diantarkan supir."

Sekar hanya mengangguk. Sayangnya ketika hendak pergi, Neira malah menangis. Sekar jadinya punya inisiatif membawa gadis kecil itu serta. Dengan sudah memakai kaus dan celana jeans tak lupa Sekar memakaikan gendongan depan dan membawa Neira bersamanya.

Gadis kecil itu tertawa lucu. Beberapa pelayan juga tersenyum melihat Sekar seperti ibu bagi Neira yang riang saat ini.

"Sekar itu sepertinya memang pengasuh yang baik bagi Neira, Ma."

Tuan Beno yang baru saja melepas kepergian Neira dan Sekar berkata sambil tersenyum kecil. Dia suka cara Sekar mengasuh Neira. Apalagi cucunya itu memang sudah seperti sangat hafal perilaku Neira.

Di supermarket, dengan membawa Neira dalam gendongan depan, Sekar juga sambil membawa keranjang. Tak banyak yang dia beli, sesuai dengan permintaan dari nyonya Mira.

Namun, saat hendak ke kasir, tak sengaja Sekar bertabrakan dengan seseorang membuatnya segera menahan tubuhnya agar tak limbung dan jatuh. Dia berusaha menahan agar Neira tetap aman. Dia menatap seseorang yang tengah berkacak pinggang didepannya itu.

"Kalau jalan, itu hati-hati!"

"Kayaknya lo yang asal tabrak." Sekar berkata dengan tenang saat tahu siapa yang sekarang tengah berdiri dengan congkak di depannya.

"Kenapa La?"

Suara di belakang terdengar dan saat Sekar menoleh, dia melihat Arjuna muncul dengan troli. Lelaki itu juga tampak terkejut melihatnya.

"Dia sengaja nabrak aku, Jun," adunya pada Arjuna.

Sekar menarik nafas panjang, lalu melengos. Malas dia berhadapan dengan dua manusia sombong itu.

"Siapa yang nabrak, siapa yang nuduh. Ayo Neira, lihat tuh, Papa kamu sibuk pacaran." Sekar menunjuk Arjuna kepada Neira yang sama sekali terlihat tak peduli. Dia hanya memandang Sekar sambil tertawa.

Selepas membayar barang belanjaan, supir segera membantu membawa sekantung plastik yang ditenteng Sekar.

"Kamu kok gak belain aku sih, Jun?" protes Lola.

"Udahlah, La. Aku lagi males. Lagian tadi itu ada Neira, coba kamu ambil, gendong kek, ajak main kek."

Lola hanya diam, berpura-pura tak mendengar sementara Juna sedang kusut dengan pikirannya sendiri. Tapi dia menyadari satu hal, kenapa Sekar hari ini tampak berbeda. Gadis itu tampak menarik dengan setelan khas anak muda dan nilainya malah semakin bertambah saat dia menggendong Neira dan membawanya kemana-mana.

"Mikir apa kamu?" tanya Lola penuh selidik.

Arjuna menoleh sebentar kemudian mengalihkan lagi pandangannya. Dia tidak menjawab, sebab sekarang wajah Sekar malah berpendar-pendar di dalam otaknya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

ini yg namanya cinta buta.. Arjuna gak peduli sikap dan kebiasaan Lola yg minus krn ketutup ama cinta buta nya.. atau dia emang bodoh gak bisa menilai mana yg baik dan mana yg buru.. juga buat kedua orang tua Juna.. mereka terlalu egois.. memaksakan kehendak.. gak belajar dr pengalaman pernikahan Juna dan Eva yg bisa di bilang gagal dan mereka akan mengulangi kesalahan yg sama lagi dgn membodohkan Juna dan Ema.. keluarga ngeyel ini mah

2024-06-14

0

Heryta Herman

Heryta Herman

naaah..mulai ada ni bibit" cinta

2024-05-31

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

mulai tersepona

2023-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!