"Sejak kapan lo jadi anak angkat nyokap gue?"
Arjuna datang dengan raut bingung, dia dan Sekar sekarang sudah berada di luar tepatnya di taman belakang rumah keluarga Ema. Tadinya cuma Sekar sendiri, tapi tak lama kemudian Arjuna menyusul.
"Mana gue ngerti, Mas. Gue sama sekali gak pernah mempengaruhi ibu buat ngangkat gue jadi anaknya kok. Lo jangan salah paham. Selama ini, gue udah dikasih tempat tinggal dan bisa ngasuh Neira aja udah seneng banget."
Arjuna menatap gadis di sebelah dengan lekat. Memang, dia bisa melihat jika mamanya jadi lebih ceria sejak kedatangan Sekar ke kediaman megah mereka begitu juga dengan ayahnya.
Arjuna yang masih tidak mengerti kemudian meninggalkan Sekar dan masuk ke dalam. Sekar sendiri masih bingung, dia sejujurnya senang bukan main atas pernyataan dari ibunya Arjuna beberapa saat yang lalu. Namun, ada rasa tak enak kepada Arjuna juga.
"Sekar," panggil seseorang.
Sekar menoleh dan menemukan Ema sedang berjalan mendekat ke arahnya sembari membawa Neira yang sedang menangis.
"Neira rewel ya, Mbak? Sini biar saya aja yang gendong."
Ema tersenyum kecil sambil mengangguk lantas segera menyerahkan Neira yang ajaibnya langsung diam dan tertawa ketika sudah berada di gendongan Sekar. Ema yang menyaksikan itu jadi menaikkan satu alisnya. Dia bingung sekaligus merasa cukup takjub.
"Neira kayaknya nyari kamu dari tadi. Ehmmmmm ... boleh aku tanya sesuatu?"
"Tentu aja, Mbak." Sekar menjawab sambil tersenyum kecil pula.
"Udah lama kamu jadi pengasuhnya Neira?"
Sekar menggeleng perlahan. "Satu bulan juga belum, Mbak."
Perempuan itu tampak sedikit terkejut lagi. Dia tidak menyangka kalau gadis muda yang tak banyak bicara itu bahkan belum ada satu bulan mengasuh keponakannya.
"Sebetulnya kami sekeluarga sudah merembukkan sesuatu, Sekar, bahwa akulah yang akan mengasuh Neira karena Eva adalah kakakku, aku merasa punya tanggung jawab juga untuk hal itu. Tapi aku nggak yakin Neira bisa nyaman bersamaku, karena sebagai seorang perempuan, aku bisa merasakan sedari tadi yang Neira cari itu cuman kamu. Dan bener aja, setelah aku kasih dia ke kamu dia benar-benar diam. Makanya aku pikir kamu sudah lama mengasuh Neira."
"Baru aja kok, Mbak, mungkin karena sudah beberapa minggu ini Neira memang terbiasa bersama saya, tapi kalau Mbak sering melihat dia dan menemani dia setelah ini, dia pasti juga akan nyaman sama Mbak Ema.
Ema tampak tersenyum menatap Sekar, setelah mendengar jawaban dari perempuan itu, dari kacamatanya Sekar sepertinya Ema ini perempuan yang cukup menyenangkan, dia perempuan yang sangat anggun dan tentu saja sangat cantik.
"Saya rasa, Neira, lebih nyaman memang bersama kamu, Sekar. Tapi nggak papa, nanti setelah acara pertunangan antara saya dan juga Arjuna, saya tentu akan sering mengunjungi Neira. Saya percayakan keponakan saya kepada kamu ya. Mungkin nanti setelah menikah bersama Arjuna, baru Neira bisa mengenal saya lebih dekat lagi."
Sekar sempat mengatupkan bibirnya sesaat mendengar pernyataan tersebut dari Ema. Rupa-rupanya pembicaraan mengenai acara pertunangan di antara Arjuna dan Ema sudah mendapatkan kepastian. Arjuna juga nampaknya mulai menerima perjodohan itu tidak seperti ketika dulu dia dijodohkan dengan Eva, Arjuna keberatan. Tapi dengan Ema, sepertinya lelaki itu menemukan sedikit kecocokan.
"Tapi ..."
Sekar buru-buru membungkam bibirnya sendiri, baru saja ia hendak mengatakan tentang Lola kepada Ema. Namun, dia segera mengurungkannya, dia tidak ingin nanti menjadi suatu masalah hanya karena satu nama itu dan dia tidak ingin nanti malah mengecewakan Ema jika mengetahui bahwa Arjuna masih memiliki seorang kekasih saat ini. Entahlah bagaimana Arjuna mengatur antara Lola dan juga Ema. Dia tidak mau memikirkan lelaki yang konon katanya sekarang sudah menjadi kakak angkatnya itu.
"Tapi apa, Sekar?"
"Ehmmmmm, gak ada, Mbak. Lupakan saja. Saya ikut senang mendengarnya, Mbak, semoga saja semuanya berjalan lancar. Kapan pertunangan itu akan digelar dan di mana apakah di Bandung atau di Jakarta?"
"Acaranya akan dimulai dua minggu lagi, di sini, Sekar, karena aku masih harus mengurus banyak sekali keperluan. Kan aku baru pindah dari luar negeri jadi aku ingin semua selesai dulu satu persatu, baru menyelenggarakan acara pertunangan kami. Aku akan sangat senang kalau kamu datang apalagi Arjuna kan sudah menjadi kakak angkat kamu, yang artinya aku adalah kakak kamu juga."
Lagi-lagi Sekar hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu bersama Sekar, kemudian Ema dan Sekar bermain bersama gadis kecil itu. Namun, memang tampak sekali di penglihatan Ema bahwa Neira begitu nyaman berada di dekat Sekar, bahkan ketika ada dirinya pun. Gadis kecil itu seperti menempel sekali kepada Sekar, seolah-olah gadis kecil itu tidak ingin berjauhan dari Sekar walau sedetik saja.
"Mbak, maaf ya tadi waktu di kamar tamu, saya nggak mau Mbak Ema mikir yang macam-macam. Memang tadi mas Arjuna cuman pengen curhat dan cerita sedikit sama saya, semoga aja Mbak Ema nggak menanggapi hal itu lebih dari hal yang lain."
Ema tersenyum pula menanggapinya, dia memang sempat kepikiran karena melihat keakraban di antara Arjuna dan juga Sekar tapi dia lantas menjadi tenang sebab setelah mendengar penuturan dari mamanya Arjuna bahwa Sekar sudah dianggap sebagai anak sendiri yang artinya dia memang sudah diangkat anak oleh keluarga itu.
"Nggak apa-apa, aku ngerti kok. Tadi memang sempat mikir kalian habis ngapain. Tapi aku percaya sama mamanya Arjuna dan kalian. Aku yakin sekali kamu nggak akan ngecewain aku. Aku boleh jujur nggak sama kamu?
Sekar mengangguk, masih menunggu apa yang hendak dikatakan oleh Ema setelah ini.
"Aku udah suka banget sama mas Juna bahkan sejak dia masih menjadi suami dari kakakku. Aku hanya melihatnya sebentar waktu itu, Sekar, tapi aku sadar aku nggak bisa untuk nyakitin perasaan mbak Eva, tapi sekarang mbak Eva juga udah nggak ada, jadi nggak ada salahnya kan aku meneruskan tugas mbak Eva sebagai istri dari mas Arjuna?
Sekar agak shock, tidak menyangka kalau ternyata Ema sudah menyimpan perasaan cukup lama terhadap lelaki itu bahkan sebelum Eva meninggal. Spa perlu dia mengatakan itu kepada Arjuna? Ah, Sekar mengurungkannya karna dirasa itu bukan urusannya. Sekar hanya tersenyum dan mengangguk saja, dia cukup menjadi pendengar yang baik bagi Ema maupun Arjuna walaupun sekarang dia merasa sedikit bingung dengan hatinya yang tiba-tiba jadi aneh.
"Semoga acara pertunangan dan acara pernikahan dan mas Juna dan Mbak berjalan lancar. Sekar mendoakan itu, Mbak," kata Sekar sambil tersenyum kecil.
"Terima kasih ya, Sekar. Aku harap juga hubungan kita semakin dekat karena aku juga nggak punya adik, aku akan seperti Arjuna yang menganggap kamu seperti adikku sendiri."
Sekar lagi-lagi mengangguk. Namun, entah mengapa, ada sisi lain hatinya yang seolah berontak dan menolak kenyataan yang baru saja didengarnya dari Ema itu. Entah apa. Terlalu abstrak, tak tertebak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sandisalbiah
di bagian mamanya tuh, Sekar... ? kamu gak terima krn Ema udah dr dulu demen ama Juna apa krn mereka berdua akan segera bertunangan..? jgn bilang kamu ada hati ke Juna..
2024-06-14
0
Heryta Herman
nyimak dulu...
2024-05-31
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Ema spt nya tulus bisa menerima Sekar ya, gak punya pikiran macem2 ... biarpun katanya sbg adik angkat Arjuna.
ato .. itu topeng aja biar rencana nya mulus ? 🤔
2023-09-05
1