Pagi sekali, Sekar sudah bangun. Semalam, tidurnya sempat tak nyenyak sebab Arjuna membuat moodnya pecah dan buyar ketika lelaki itu dengan sembarangan memberikannya ciuman yang tentu saja tidak pernah Sekar duga sebelumnya.
Waktu belum lagi menunjukkan pukul enam pagi, Sekar sudah mulai bersiap. Sebagian peralatan Neira sudah disiapkannya. Berhubung hari ini dia juga diikutsertakan dalam keberangkatan menuju bandung, jadi Sekar tidak mau terlambat mempersiapkan segala hal kebutuhan bagi Neira.
"Eeh, sudah bangun juga." Sekar berkata dengan sumringah sembari meraih Neira yang memang sudah merentangkan tangan saat melihatnya masuk ke dalam kamar bocah itu.
Denting suara aktivitas di dapur juga sudah mulai terdengar sayup-sayup, meramaikan pagi yang memang baru saja akan meninggi dengan mentari yang siap bersinar.
Namun, penghuni rumah yang lain tentu masih terlelap dalam tidur, termasuk Arjuna yang pasti masih asyik berkelana dalam mimpi. Ah, ingat Juna, jadi ingat lagi dengan kejadian semalam. Sekar jadi emosi untuk sesaat. Tetapi setiap kali melihat wajah Neira yang polos, hatinya pasti akan langsung menghangat.
"Papa Neira tuh, jahat sama Bunda," bisik Sekar lagi sambil menatap Neira sambil menjawil gemas hidung mungil gadis kecil cantik itu.
Sekarang, Sekar sudah mengajak Neira ke arah jendela kamar. Kendati sudah sering keluar masuk kamar bocah itu, tapi baru sekarang dia bisa melihat dengan jelas dan teliti semua hal dan benda apa saja yang ada di sana.
Matanya kemudian terpaku ke sebuah foto yang terbingkai rapi dalam ukuran yang cukup kecil, di dalam lemari kaca yang terkunci rapat.
"Oh, ini fotonya mbak Eva. Cantik banget, masa mas Juna bisa menyia-nyiakan perempuan secantik dan seanggun mama kamu sih?"
Tatapan Sekar beralih kepada Neira yang matanya sudah membulat lucu dengan tawa khas bayi ke arah foto itu. Sekar tahu betul, Neira pasti sangat kangen ibunya.
"Sekar?"
Keasyikan Sekar memandangi wajah Eva teralihkan dengan sebuah panggilan dari arah belakangnya. Dilihatnya, nyonya besar tersenyum ke arahnya dengan masih memakai piyama tidur.
"Iya, Bu. Neira udah bangun. Sebentar lagi Sekar mandikan."
"Iya, sekalian kamu juga bereskan peralatan kamu ya sehabis ini, bawa lebih banyak baju, kita akan menginap beberapa hari di bandung."
Sekar mengangguk, lalu mulai sibuk dengan semua kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatannya bersama keluarga besar itu.
Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama Sekar ke luar kota Jakarta dan bersama orang lain pula yang notabene sesungguhnya bukan keluarganya.
Setelah membereskan semua keperluan Neira dan setelah selesai memandikan bocah itu, memberinya susu, dia segera membersihkan tubuhnya pula. Di dalam kamar mandi, Sekar sempat terdiam beberapa saat, dia mengingat wajah cantik Eva, seingatnya, dia sudah pernah melihat fotonya dulu saat pertama menjejakkan kaki di rumah megah itu, tetapi memang tak begitu lekat memperhatikan.
Kalau mbak Eva saja secantik itu, berarti mbak Ema juga pasti sama cantiknya. Neira pasti seneng banget bakal ketemu duplikat mamanya.
Entah harus sedih atau senang, Sekar justru merasa aneh dengan dirinya sendiri saat ini. Dia sudah merasa cukup terikat dengan Neira. Kehadiran Neira dalam hidupnya bagai angin segar dan telah membangkitkan sisi keibuan dalam jiwa mudanya yang masih menggelora.
Namun, dia sadar bahwa dia hanyalah seorang pengasuh. Sesayang apapun dia kepada Neira, tetap saja, gadis kecil itu bukan anaknya.
Tak mau berpikir terlalu macam-macam dan semakin melenceng saja, Sekar memutuskan untuk segera menyudahi mandinya. Selepas itu dia segera bersiap untuk menemani perjalanan Neira sekeluarga hari ini.
***
Jadi dengan memakai baju kaus kebesaran andalannya juga celana jeans panjang, Sekar telah terlihat siap. Tadinya dia ingin memakai seragamnya, tetapi nyonya besar sudah lebih dulu mengingatkan untuk tidak memakai seragam khusus pelayan. Jadi Sekar menuruti saja.
Keberangkatan mereka sebenarnya tak terlalu terburu-buru. Namun, hingga pukul sembilan pagi, Arjuna tidak kunjung turun juga.
"Astaga, Juna kok belum bangun sih, Pa?"
Nyonya Mira mulai terpancing emosi sebab dari kemarin sudah diingatkan kepada Arjuna untuk tidak terlambat bangun.
"Sekar, coba kamu bangunin Arjuna ya. Kalau dia gak bangun juga, kamu gedor-gedor aja pintu kamarnya. Bila perlu sampe roboh gak masalah."
Tidak masalah bagi nyonya dan tuan besar, tapi tentu masalah bagi Sekar. Padahal dia sebisa mungkin harus menghindari Arjuna setelah kejadian semalam, tapi demi menghormati kedua majikan yang sudah sangat baik kepadanya itu, Sekar tetap melangkah ke lantai atas.
"Mas Juna!" Sekar mulai mengetuk pintu. Tak ada jawaban sama sekali. "Mas! Ibu sama bapak udah nungguin!" Lagi, setengah berteriak Sekar berusaha terus membangunkan Arjuna.
Tak ada jawaban sama sekali, akhirnya Sekar memberanikan diri meraih gagang pintu dan ternyata benda itu sama sekali tidak terkunci. Sekar ragu, apa ia harus sampai masuk dan membangunkan lelaki itu?
"Ngerepotin banget sih bapaknya Neira ini!" Sekar mulai menggerutu sembari menekan sedikit gagang pintu dan mendorongnya. Benar saja, Arjuna masih asyik tertelungkup di atas ranjang, matanya masih terpejam dan lelaki itu hanya mengenakan celana pendek ketat khas lelaki tanpa baju atasan.
Baru saja Sekar hendak membangunkan Arjuna, baru saja hendak menyentuh pundak lelaki itu bermaksud untuk membangunkannya, Sekar tersentak ketika Arjuna tiba-tiba membuka mata, berbalik dan menarik Sekar hingga jatuh ke atas tubuhnya.
Mata Sekar mendelik, berusaha melepaskan diri dari lelaki itu tetapi dia tentu saja kalah tenaga.
"Lepasin, Mas! Gila lo ya?!"
"Gue gak akan lepasin lo, sebelum lo bantu gue!" Lelaki itu balas mengancam.
Sekar menggeram kesal, sementara Arjuna masih mengurungnya dengan kedua tangannya yang panjang, membuat tubuh mereka jadi sangat menempel.
"Lo bisa gue laporin atas tuduhan pelecehan ya, Mas! Lepasin gak? Atau gue teriak sekarang biar ibu dan bapak tahu. Biar lo dicoret dari daftar keluarga terus lo dijadiin OB di perusahaan lo sendiri!"
Masih dengan mengomel panjang lebar, Sekar tak bisa mengelak saat Juna menekan tubuhnya semakin kuat dan membalik posisi secepat kilat. Sekarang, lelaki itu berada di atas Sekar, mengurung tubuh gadis itu dengan kedua tangan dan tubuh nyaris tertindih.
Suasana sekarang berubah jadi lain. Atmosfirnya aneh, membangkit sebuah perasaan tak biasa yang baru Sekar rasakan. Jantungnya tiba-tiba saja berdegub kencang sekali seirama tatapan tajam Arjuna sekarang. Tak bisa dia pungkiri, jika lelaki ini begitu tampan. Tubuhnya yang atletis dengan tinggi yang proporsional selayaknya pemain basket itu akan membuat perempuan mana saja jadi mendamba. Dan Sekar tak mau terlarut dalam kekaguman yang tiba-tiba saja menghantam.
Tanpa sempat Arjuna kira dan cegah, Sekar meninju perut lelaki itu dengan satu tangannya yang bebas lalu menggunakan kaki yang ia tekuk, menghujam senjata berbahaya milik Arjuna yang sempat pula sedikit tegang.
"Aduh! Sakit. Gila lo, aset berharga gue nih!" Sembari meraung kesakitan, Arjuna terhempas ke samping Sekar yang secepat mungkin bangkit.
"Makanya jangan kurang ajar, Mas! Cepetan turun, lo udah ditungguin. Dan ingat, sekali lagi lo kayak gini, gue laporin lo ke bapak sama ibu!"
"Pengadu lo ya! Apa susahnya sih bantuin gue!"
Arjuna ikutan mengomel juga. Sekar tak menggubrisnya. Dia segera turun dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja setelah sampai di bawah, padahal dia benar-benar kesal karena sikap Arjuna yang dia rasa cukup kurang ajar kepadanya lagi pagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Heryta Herman
good sekar...aku padamu lah pokoknya.../Smile/
2024-05-31
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
iyyeesss ✊️✊️👏👏👏👏
cewe barbar kesayangan Neng Gemoy ... 💃💃😅😅
2023-09-05
1
Nina Melati
Sebenarnya Juna ada cinta nih dikit" sama Sekar.
2023-01-08
1