Mobil yang Arjuna kendarai baru saja masuk ke pekarangan luas kediaman kedua orangtuanya. Hari sudah cukup larut malam. Rencananya memang dia ingin tidur di apartemennya sendiri, tapi entah kenapa, jadi kepikiran Neira.
Lelaki itu berjalan menyusuri lantai rumahnya yang sudah sepi. Ya, kedua orangtuanya pasti sudah tidur dengan nyenyak begitu juga dengan para pelayan. Langkah Arjuna tenang menuju ke lantai atas, niatnya untuk segera melihat Neira.
Namun, langkahnya terhenti begitu saja ketika dia mendengar lewat celah pintu yang sedikit terbuka, suara alunan lembut yang biasa di nyanyikan para ibu untuk menidurkan anaknya.
"Akhirnya bobo juga."
Arjuna tergoda untuk mengintip. Dia bisa melihat, nanny baru anaknya itu sedang menyelimuti Neira yang telah tertidur pulas dalam box bayi berukuran besar.
Arjuna juga melihat, gadis muda itu sekarang sedang menuju sebuah sofa tak jauh dari tempat Neira sedang tidur. Perempuan itu merentangkan tangan, merenggangkan tubuhnya. Arjuna paham, pasti lelah mengasuh anaknya seharian tapi perempuan itu terlihat bersahaja, seperti sudah terbiasa melakukannya.
"Ehm!"
Tak sengaja, Arjuna jadi berdeham. Suaranya cukup pelan, tapi masih bisa dijangkau telinga Sekar yang tajam. Sekar yang baru saja memejam, kembali membuka matanya lebar.
"Siapa itu?" tanya Sekar sembari mulai turun lagi dari sofa.
Arjuna sendiri memilih berbalik, perlahan berjalan mengendap-endap seperti pencuri. Lalu, Arjuna jadi tersadar pula mengapa dia begini? Kan niatnya mau lihat bayinya sendiri!
"Hei! Siapa lo? Rampok ya??" tanya Sekar setelah dia membuka pintu dan menemukan Arjuna dengan setengah membungkuk berjalan pelan hendak meninggalkan tempat itu.
"Rampok? Tampang saya begini kamu bilang rampok?"
Sekar terperanjat, ternyata lelaki itu adalah Arjuna, bapaknya bocah.
"Lagian ngapain lo begitu? Mau lihat anak kok ngendap-ngendap kayak maling?"
Arjuna jadi kebingungan harus menjawab apa. Dia refleks saja padahal tadinya. Terbawa suasana dan memang sedang kacau balau pikirannya, jadi tidak fokus harus bagaimana. Namun, hal itu memang justru membuatnya tampak jadi bodoh di mata oranglain dan dia jadi kesal kepada Sekar.
"Lagian ngapain kamu tidur di kamar anak saya?" tanya Arjuna tak mau kalah.
"Gue kan pengasuhnya. Lagian gue gak tega tinggalin Neira sendirian. Gimana kalo dia pengen susu, pup dan gue gak ada di sini. Gue udah dikasih amanah untuk jagain Neira."
Keduanya lantas terdiam untuk beberapa saat.
"Jadi mau lihat Neira gak? Kalo enggak, gue tutup ya pintunya, soalnya gue ngantuk juga, mau tidur."
"Saya lihat Neira sebentar saja. Kamu mau tidur kek, tengkurap kek, nyungsep kek. Terserahlah."
Arjuna berjalan melewati Sekar begitu saja menuju box tidur anaknya. Sekar hanya memandang Arjuna dengan pandangan sebal yang sebenarnya ingin sekali dia luapkan.
Tanpa banyak berkata lagi, dia kembali berbaring di sofa, tapi matanya masih mengamati Arjuna yang sekarang sedang mengusap lembut pipi Neira.
"Neira suka manggil papanya seharian ini," ujar Sekar memecah keheningan.
Arjuna menoleh sekilas, kemudian kembali memberi perhatian kepada anaknya itu.
"Saya sibuk. Lagian kan sudah ada kamu juga."
"Gue ngerti kok, tapi tangan ayah dan tangan pengasuh itu beda. Kadang di satu waktu, dia akan rindu tangan lo yang mungkin udah jarang gendong dia."
Mendengar perkataan Sekar itu, Arjuna lantas menatapnya dengan tajam.
"Gak usah ngajarin saya. Kamu pikir kamu siapa?"
Sekar mengerutkan kening. Memangnya dia salah bicara? Dia hanya ingin menyampaikan apa yang saat ini kerap Neira rasakan. Arjuna kemudian keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Sekar yang masih menatapnya dengan bingung.
"Aneh, apa yang gue bilang emangnya salah? Dasar orang kaya! Gak mau terima saran orang lain!" dengus Sekar sambil kembali memejamkan matanya.
Arjuna sendiri sudah berada di kamarnya. Lelaki itu sedang membaringkan tubuhnya yang entah mengapa, hari ini terasa begitu lelah.
Ponselnya berdering, awalnya dia malas mengangkatnya, tapi setelah berdering untuk kesekian kalinya, akhirnya Arjuna meraih benda itu.
"Sayang, aku tungguin di apartemen ya. Aku ada undangan party dari temen."
Arjuna menghembuskan nafas kasar. "Kamu sendiri aja, La. Aku lagi males ketemu orang banyak."
"Jun! Kamu tega biarin aku sendirian keluar?"
"Kamu bisa pilih istirahat aja, La. Ngapain juga sih party-party gak jelas begitu. Udah hampir setiap malam kamu ke club malam."
"Kamu emang gak ada pengertiannya, Jun!"
Telepon itu kemudian terputus. Arjuna melempar benda itu sembarangan. Sekarang dia haus, dan itu memaksanya untuk pergi turun ke dapur. Namun, tak sengaja dilihatnya di keremangan dapur, terdengar suara orang sedang minum juga.
Arjuna mendekat, membuat Sekar tersentak dan hampir saja menjatuhkan gelasnya. Lelaki itu tak bicara apapun, selain hanya memandangnya tetapi langkahnya malah semakin maju, mendekat semakin dekat, membuat Sekar refleks memejamkan mata.
Hembusan angin dan wangi parfum maskulin melewati hidungnya. Sekar membuka satu matanya, ia sedang melihat Arjuna tengah menenggak air dari gelas sambil melihatnya yang pasti terlihat bodoh saat ini.
"Kamu pikir saya mau ngapain?" tanya Arjuna sambil tertawa sinis.
Sekar tak menjawab, hanya berusaha menyelamatkan wajahnya yang sudah memerah. Gadis itu berjalan cepat meninggalkan dapur.
"Iya ya, emang gue mikir dia mau ngapain?"
Sekar cuma garuk-garuk kepala tak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Kek Tom and Jerry ya 😅😅
itu tuan majikan loh Sekar..
2024-06-14
0
Berdo'a saja
ngapain juga Sekar
2023-11-05
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Sekar ngapain ????? 🤣🤣🤣🤣
2023-09-05
0