Farah telah selesai dengan makan siangnya, dia ditemani pengurus Tang yang tengah merapihkan beberapa bahan makanan dan kebutuhan lainnya dengan berbincang hal random menyenangkan perasaan Farah yang sebelumnya cukup membuat gadis itu meringis pedih.
"Paman, apa Kakak sudah makan siang?" Farah tiba-tiba saja peduli pada sosok yang dia katakan bukan manusia sebelumnya.
Paman Tang tersenyum sejenak, dia menatap gadis di hadapannya lekat. "Paman tidak tahu, sepertinya sudah. Tuan Muda tidak pernah pulang ke kediaman di siang hari seperti sekarang ini."
"Bukankah seharusnya kamu kapok?" Paman Tang memicingkan matanya menatap Farah.
Farah gelisah sejenak, kemudian dia terkekeh. "Jika tidak dicoba maka tidak akan tahu hasilnya!"
"Faraah... Farah... Bangunlah Nak... Lebih baik kamu mencari pria bangsawan lain. Namun, tidak dengan Tuan Muda." Pesan pengurus Tang menasehati kembali Farah yang memiliki sikap keras kepala dan tengilnya.
Farah terkekeh sejenak, dia menyuruh beberapa pelayan mempersiapkan kudapan untuk tuan mereka. "Dia adalah pria pertama yang membuat aku merasakan apa itu jatuh cinta. Aku tidak bisa lagi menemukan pria yang sesempurna dia untuk aku berikan perasaanku sepenuhnya." Farah menjawab pernyataan paman Tang sebelumnya. "Bagian terpentingnya adalah karena─"
Farah menatap nanar ke arah luar jendela besar yang menunjukan pemandangan indah dari atas sana. "My heart wants what it wants, Paman!" imbuh Farah sendu kembali berbalik menatap pria yang sudah dianggap ayahnya.
[ Hatiku menginginkan apa yang ia inginkan! ]
"Yeah I see... Love is blind and you so blind Baby!!" Paman Tang menyahut cepat dan keduanya terkekeh bersama.
[ Aku mengerti, cinta itu buta dan kamu memang buta! ]
Makan siang telah selesai disiapkan, Farah bersiap menemui titisan raja alam baka. Berulang kali dia menghirup dan menghembuskan nafas, dia juga berusaha kembali menata hatinya untuk bersikap tengil dan tidak tahu diri.
Tok... Tok... Tok...
Dengan perlahan Farah mengetuk pintu ruang kerja kakak sepupunya. Di dalam ruangan Keenan mengerutkan keningnya. Biasanya tidak akan ada yang berinisiatif mengganggunya kecuali Sam. Keenan menatap layar pengawas. Sudut bibirnya terangkat dengan apa yang ia lihat.
"Aku bilang aku tidak ingin diganggu siapapun!" pekik Keenan lantang agar Farah bisa mendengarnya. Farah yang menyebalkan dan bebal tentu saja tidak peduli. Dia justru semakin keras mengetuk pintu dengan interval yang tidak memiliki jeda membuat Keenan emosi mendengar suara pintunya.
"Farah Lee!" umpat Keenan kesal, terdengar bunyi kunci terbuka. Ruang kerja Keenan menggunakan smart door lock dia bisa membuka tanpa menyentuhnya dengan akses yang berada di jam tangan dan macbook miliknya.
Farah mengembangkan senyumnya saat pintu sudah bisa dia buka. Dia mendorong pintu dengan kakinya, kedua tangannya tengah sibuk memegang nampan berisi makan siang milik kakak sepupunya. Keenan memperhatikan kedatangan sepupu tengilnya. Dia mengusap rahang tegasnya dan mendengus kesal menatap tajam kedatangan sepupu tengilnya.
"Makan siangnya sudah siap Tuan!" canda Farah menatap Keenan dengan kerlingan matanya. 'Bodo amat lah, sekalian aja ga tau diri ga usah nanggung!' batin Farah merasa gelisah namun dia sudah kepalang basah.
"Apa kamu tidak paham apa arti kata tidak ingin diganggu?" tanya Keenan dingin mengejek adik sepupunya.
"Cih," Terdengar dengusan lirih Farah, gadis itu membuang wajahnya. "Kakak ni, setengah horor tadi nyuruh aku makan siang tepat waktu! Giliran sendirinya belum?!" Farah menggerutu dengan wajah yang di buat seperti bebek. "Iron man dan team avenger aja butuh makan loh!" sambungnya tidak patah semangat untuk terus membujuk kakak sepupunya menerima makanan yang dia siapkan. "Diri sendiri aja ga di jaga, gimana mau jagain aku, eh maaf salah server!" lirih Farah mengatupkan bibirnya erat semoga kakak sepupunya tidak mendengar kekonyolannya.
"Hahaha!" Keenan sudah tidak bisa lagi menahan untuk tidak terbahak. "Kamu bilang apa barusan, hm?!" Keenan bangkit dari tempat duduknya dan mendekati keberadaan Farah.
Denyut jantung Farah berdebar tak karuan, dia merasa tidak pernah seberuntung sekarang. Keenan selalu cepat mendatangi dirinya. "Jangan dia anggap becanda Kak, aku serius! Eh," Farah semakin menjadi membuat wajah Keenan bersemu merah.
"Taruh makanan ini disana!" Keenan memberikan perintah dengan isyarat pada Farah.
Farah tersenyum manis sejenak di hadapan Keenan, segera dia menaruh nampannya di atas meja yang di tunjuk kakaknya. Keenan menggelengkan kepala kemudian kembali menuju tempat duduknya. "Sekarang pergilah!"
Farah mendongak dengan perasaan dongkolnya, Keenan selalu menolak keberadaannya. Padahal, justru ini demi kebaikannya. Pada dasarnya Farah memang degil dan bebal. Farah menyeringai, demi mendapatkan validasi, dia tentu harus sedikit mencari perhatian. Farah tidak pergi, melainkan berjalan menuju salah satu lemari yang berjejer buku yang tersusun rapi.
"Hiish!" Terdengar Keenan merutuk dan memijit keningnya atas kelakuan Farah. "Apa kamu tidak mendengar aku menyuruhmu keluar?!" pekik Keenan mulai kembali tersulutkan emosinya.
"Kakak galak bener sama aku!" Farah menoleh menatap kakak sepupunya. "Aku kan cuma baca-baca buku Kakak, aku kan gak ngapa-ngapain!"
Keenan semakin takjub dengan keberanian Farah menyulutkan emosinya. "Kamu benar-benar senang di dekatku?"
Sejenak Keenan memiliki ide gila untuk kembali membalas kelakuan sepupunya. Bagi keduanya, mereka mempunyai 1001 cara untuk membalas satu sama lain. Agak lain memang!
"Sini suapi aku!" Keenan memekik memberikan perintah pada Farah.
Farah melengkungkan senyuman kemenangan, dengan cepat dan riang gembira gadis itu menarik kursi terdekat untuk duduk di sebelah pria pujaannya.
"Aaaa..." Farah memekik girang menyuruh Keenan membuka mulutnya.
Sejenak Keenan menghembuskan nafas pasrahnya, dengan masih sibuk menggerakan jemari tangannya dengan lincah di atas keyboard miliknya, Keenan membuka mulut dan menerima suapan makanan yang Farah berikan. Sejenak, Farah memperhatikan pekerjaan kakak sepupunya yang sedikitpun tidak dia mengerti.
"Lagi!" bentak Keenan membuyarkan penglihatan Farah. "Kau sungguh lamban, cepat! Aku tidak memiliki banyak waktu!" Keenan kembali dengan kearoganannya, Farah tersentak serta gugup bersamaan. Dia menjadi repot sendiri dengan peralatan makannya.
"Hiish!" Farah merutuk sebal, dalam benaknya mereka akan beradegan romantis saling suap, nyatanya boro-boro romantis. Sakit telinga iya!
"Cepat lah!" berang Keenan kembali membentak. "Apa kamu tidak tahu waktu itu adalah uang!"
Dengan cepat Farah menyuap kembali steak ke dalam mulut kakak sepupunya.
"Apa tanganmu patah, Farah Lee!" sungut Keenan berselang tak lebih dari lima detik.
Praang!
"Aaarrghh!" Farah ikut frustasi dengan bentakan Keenan yang terus meneriakinya lamban. Farah menaruh garpu dan pisaunya dengan arogan.
"Apa Kakak tidak mengunyah makanan Kakak, hah?!" Farah mencerca Keenan dengan berani tanpa pikir panjang. "Apa gigi Kakak juga setajam gigi Megalodon, hah?!" sambungnya kembali menggebu meneriaki Keenan. "Aku kan harus memotong dagingnya! Apa Kakak mau aku suapi gelondongan begini?!" Dengan emosi yang sudah tidak bisa Farah tahan, dia memasukkan daging dalam potongan besar ke mulut kakak sepupunya segera.
"Hmmpp!" Mata Keenan terbelalak dengan keberanian Farah, mulutnya penuh oleh daging yang di paksa masuk oleh tangan adiknya. "Pppuufft!" Dengan cepat juga Keenan memuntahkannya segera.
"Farah Lee!" maki Keenan benar-benar tidak tahan lagi.
"Ups!" Farah segera menaruh piring di meja kerja kakaknya, dia harus bersiap kabur saat ini juga.
Bug!
Dengan cepat Keenan menarik tubuh Farah merangkul pinggangnya dan memagut bibir menggoda gadis tengilnya. Farah memberontak sejenak, dia tidak ingin terus dilecehkan tapi apa daya, kekuatannya tentu tidak sebanding dengan pria di depannya.
Farah tidak menyangka, bahwa tautan keduanya terasa begitu lembut. Keenan perlahan melepaskan cengkraman tangannya. Dia menuntun Farah untuk duduk di pangkuannya. Farah hanya bisa patuh jika ingin berumur panjang. Keduanya kembali saling membelitkan lidah mereka, mengabsen tiap inci rongga mulut masing-masing, mereka telah saling bertukar saliva.
Farah begitu terbuai oleh sikap Keenan. 'Duh pengen dorong tapi doyan, ga dorong kok kayak murahan!'
Dia merutuk sikap tidak berpendiriannya, tangannya segera dia rangkulkan di belakang kepala Keenan, dia tak ingin kalah memberikan sentuhan sensualitas pada pria pujaannya. 'Kamu hanya boleh aku miliki seorang, Keenan Kaviandra!'
--- To be continue ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments