Condominium Royal, 09.00 AM.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda, terlihat sama sibuknya dari beberapa pelayan kediaman. Keenan atau putra sulung Kaviandra memiliki mansionnya sendiri, rumahnya berada di salah satu kondominium terbaik di negara S.
"Paman Tang, apa Tuan Muda baik-baik saja?!" Suara pria yang tidak terlalu dominan membuyarkan aktivitas kepala pengurus rumah di Condo.
Pria yang menyapa itu bernama Samuel Park, atau lebih akrab di panggil Sam. Dia merupakan asisten khusus Keenan. Pria itu bergegas mendekati paman Tang dengan sedikit gelisah. Pria paruh baya yang disapa Sam melirik dengan memetakan senyuman lebar ke arah asal suara.
"Sepertinya begitu, Tuan sedang beristirahat di kamarnya."
Braaak!
Keduanya kini mendongak setelah mendengar bunyi pintu yang dibanting cukup kencang membuat jantung Sam seolah berhenti berdetak. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya yang atletis, dia mengerti mengapa sepagi ini tuannya yang memang sudah terbiasa arogan, jauh lebih arogan lagi dalam menyambut pagi mereka.
"Sam, persiapkan rapat koordinasi dengan bagian sistem!" Keenan berjalan menelusuri anak tangga, dia langsung memberi perintah pada anak buahnya.
"B-baik Tuan," ujar asisten Sam menanggapi cepat. "Apa anda baik-baik saja?" Dengan takut-takut Sam bertanya mengkhawatirkan kondisi tuannya.
Sam bahkan telah menyeka keringat di dahi dengan tangan yang bergetar, berharap tuannya tidak mencercanya berlebihan seperti yang sudah-sudah jika misi mereka tidak sempurna.
"Kau tahu─" Keenan melangkah tegap dengan sorot mata yang tajam menusuk netra asistennya.
Pria itu berujar dingin dan terus mendekati Sam, bersiap mengintimidasi anak buah kepercayaannya. "Jika Ken telat menarik tubuhku, serta lupa mengaktifkan shields-nya, niscaya hari ini aku sedang dalam peti mati menunggu dikuburkan, dan aku akan menarikmu ikut serta setelahnya!"
Glek!
Sam menelan ludahnya dengan susah payah, dia mengerti saat ini tuannya dalam mode kebangkitan utusan alam baka. Sam mencoba tenang, dia akan membiarkan tuannya mengamuk sampai kondisi tuannya tenang, baru dia akan angkat bicara.
"Ini kemunduran Samuel!" berang Keenan kembali arogan menarik kerah baju asistennya.
Sam sampai lupa caranya bernafas, semua pelayan kediaman tidak ada yang berani melanjutkan aktivitas mereka. Termasuk paman Tang, mereka semua terdiam, jika ingin selamat.
"Bagaimana bisa EYES milikku tidak mendeteksi adanya TNT di gedung itu, hah?!"
Keenan menatap nyalang, seolah menantang berduel dengan asistennya. "Katakan pada Mr. Huang, jika tidak mempunyai jawaban atas kesalahan ini, maka aku tidak ingin lagi mendengar nafasnya!"
DEG!
Semua orang sangat mengerti bagaimana sifat tuannya jika dalam kondisi emosi. Bagi tuan mereka, nyawa itu tidak berharga. Kali ini misinya gagal, tentu saja Keenan merasa kebanggaannya hancur seketika. Teknologi ciptaan yang di banggakannya gagal menjalankan fungsinya.
Keenan telah melepaskan emosi selama sembilan puluh detik, dia melepaskan Sam yang masih mematung seperti manekin. Keenan mendengus kasar, menegaskan jasnya dan bersiap keluar. Paman Tang menyadari dan segera mencoba menghentikan Keenan dengan hati-hati.
"Maaf Tuan Muda─"
"Hm?!" Keenan berhenti dan berbalik badan, dia menatap tajam pengurus rumah yang sudah mengabdi pada keluarga Kaviandra hampir separuh usianya itu.
"Saya mendapat kabar dari kediaman besar, Nona Muda telah kembali."
Sebelumnya, Karen memang memberi pesan pada kepala pengurus Chen untuk memberitahukan paman Tang tentang keberadaannya di kediaman, dengan begitu Keenan akan segera mengunjunginya.
"Karen?!" gumamnya merubah raut wajahnya seketika. "Heh, Si Degil ini datang tidak mengabariku, awas ya!" Keenan terkekeh dengan sedikit senyuman.
"Sam, mundurkan rapat! Aku sudah berbaik hati memberikan kalian kesempatan mencari jawaban, tapi ingat aku menginginkan jawabannya setelah jam makan siang!"
Keenan mengkoreksi titahnya pada Sam dan dia segera merubah tujuannya.
"Huh!" Sam mengusap dadanya lega. "Tadi setengah horor dia bilang harus segera ditangani!" umpat Sam lirih mengambil oksigen yang sebelumnya dia tahan.
"Sam, kamu kayak baru kenal Tuan saja!" sahut pengurus Tang terkekeh dengan menggelengkan kepala dan kembali pada pekerjaannya.
***
Tanpa menunggu lama Keenan telah berada di kediaman besar, seluruh pelayan menunduk menyambut kedatangan tuan mudanya yang merupakan ahli waris utama KGroup. Pria itu langsung berjalan menuju ruangan yang sudah sangat dihapal dimana keberadaan gadis kesayangannya.
Di ruang makan kediaman yang cukup luas yang bergaya kerajaan, sudah terlihat dua wanita yang tengah berbincang saling melempar umpatan seperti biasanya.
"Lu datang ga bawa oleh-oleh?!" sungut Farah kesal.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan bersedekap tangan dan menatap wajah sepupunya kesal. Karen yang ditatap demikian justru terbahak. Sudah sangat lama rasanya, dia tidak merasakan lagi atmosfer seperti sekarang ini.
"Dih, sebaaal!" Farah masih merutuk kesal. "Tinggal aja jauh di Negeri Paman Sam, beliin gantungan kunci, apa magnet kulkas aja kagak mampu! Lu Ratu tega emang... Huaaa!"
Sudah hal yang biasa melihat Farah merengek manja pada Karen, bahkan pada paman dan bibinya Farah berani melakukannya. Karen memperlakukan Farah benar-benar seperti adik kandungnya sendiri.
Karen menggelengkan kepalanya dengan tingkah kekanak-kanakan Farah yang tidak pernah luntur, walau gadis kecil mereka tahun ini sudah menginjak usia kepala dua. "Minta dibeliin apa sih? Di sini juga kan ada?"
"Dah gak usah lebay, gimana kuliahmu? Udah lulus?"
"Ya belum lah, aku baru masuk semester lima." Farah memasukan roti panggang kemulutnya.
"Buruan, biar cepet jadi sekretaris aku." Karen menatap Farah lekat dengan perasaan bahagianya.
"Benarkah? Sekarang pun aku siap... Aku siap... Aku siap!"
Farah kembali membuat hari Karen berwarna dengan tingkah absurd-nya. Farah tengah meng-copy kata yang selalu diucapkan salah satu tokoh kartun kuning yang terkenal.
"Karen?!"
Kedua gadis itu langsung membalikan wajah mereka menatap asal suara. Suara husky dari pria paling tampan, paling dingin, dan paling arogan di kediaman Kaviandra, yang juga mampu mengoyak batin para wanita tengah kembali berada di kediaman. Dialah raja alam baka Keenan Kaviandra!
"Kakaaak!"
Karen bangkit segera dari kursi dan berlari kecil memeluk tubuh Keenan dengan sangat erat. Keenan membalas memeluk adiknya tak kalah erat.
"Kakak rindu sekali!" ucapnya sendu. "Bagus ya, kamu ga ada bilang sama kakak mau pulang!"
Tidak akan ada yang percaya bahwa, pembunuh paling kejam itu memiliki hati yang lembut pada keluarganya. Keenan melonggarkan pelukan, mengapit kedua pipi tirus adiknya sampai bibir gadis itu mengerucut. Tak sampai di situ, Keenan mencium pipi adiknya gemas. Tanpa mereka sadari Farah memperhatikan keduanya dengan perasaan yang tidak nyaman, alias cemburu berlebihan.
Farah membuang muka, dia tidak ingin melihat pemandangan menyesakan hatinya. Dia bahkan menghembuskan nafasnya berat. Sudah tidak bisa disembunyikan lagi dan memang tidak seharusnya dia cemburu pada saudara kandung pria tambatan hatinya. Farah kembali merutuki tingkah Karen, kadang gadis itu tidak habis pikir dengan Keenan yang seolah memiliki sifat menyimpang kepada adiknya.
Bagi yang tidak mengenal dan tidak mengetahui dua bersaudara Kaviandra, Keenan memang sangat memanjakan adiknya. Bahkan tak jarang Farah beranggapan bahwa, kakak sepupunya itu kelainan jiwa. Dia lebih sering memperlakukan Karen seperti kekasihnya di banding bersikap seperti memanjakan adiknya.
Bagi keluarga dan orang terdekat, mereka mengetahui bahwa, hanya ada dua wanita yang dihormati bahkan menjadi kelemahan terbesar Keenan. Mereka tentu saja ibu dan adiknya!
"Kak, temani aku seharian di rumah ya hari ini?" Karen menggelayut manja di leher kakaknya, terlihat Farah mencibir aksi Karen di kursinya.
Karen bukan tanpa sebab melakukan hal itu, dia paling senang mengusili sepupunya. Dia tahu, Farah sangat menggilai kakaknya. Walau Farah tidak pernah mengakuinya, tapi Karen bukan orang bodoh yang tidak bisa melihat sikap Farah selama ini saat berdekatan dengan kakaknya.
"Tidak bisa Sayang... Kakak ada pekerjaan siang ini!" hardik Keenan membuyarkan kesenangan Karen. "Mungkin, sore kakak bisa usahakan." Keenan menyentuh hidung mancung Karen dengan jari telunjuk besarnya. Tak ketinggalan senyum menawan dipetakan Keenan di wajah bersih super tampan bagi siapapun yang melihatnya.
'Sial! Aku merasa kenyang melihat senyuman Kak Keenan. Walau senyuman tidak mengenyangkan, tapi tadi itu benar-benar bisa melayangkan anganku terbang ke atas awan! Huh, mengapa juga Kak Keenan sangat tampan dan tak tergapai, huhu...'
Farah kembali mengaduk hot chocolate di hadapannya dengan raut wajah lemas, dia tidak sanggup lagi melihat tingkah duo keong racun mengoyak batinnya.
Karen menyadarinya, dia menyunggingkan senyuman culas dan kembali menuju kursi. Karen juga mulai bersiap melancarkan serangan berikutnya. "Heh Degil, tadi katanya kangen sama Kak Keenan?!" Karen menatap serius Farah. "Kamu nanyain mulu kan tadi, dimana Keenan? Kakak pasti ikut kamu kan, mana? Mana?" Karen cekikikan mencecar dan menggoda Farah dalam waktu bersamaan.
Farah mendelik dengan hampir mengeluarkan seluruh bola matanya. Farah juga membuka mulutnya lebar, jantungnya sudah berdegup dua kali lipat dengan begitu cepat dari sebelumnya. Apalagi saat Keenan ikut serta memperhatikan keberadaannya. Farah jauh lebih ingin mengubur dirinya dalam lubang sekarang juga.
"Bang-sat," lirih Farah menegaskan bahasa bibirnya di hadapan Karen.
Farah seperti tengah dilucuti saat ini, dia bahkan tidak memiliki keberanian menatap wajah pria yang telah mencuri hatinya. Karen menyadari perubahan sikap Farah, dia malah semakin gencar memanasi dengan terus bermanja ria di samping kakaknya.
Keenan yang tidak tahu apa-apa tentu saja merespon tindakan adik kesayangannya. Dia tak kalah mesra memperlakukan Karen. Sungguh hati Farah terasa panas membara saat ini, dia berusaha bersikap wajar, walau sejujurnya inginnya melerai dan memaki di depan kedua bersaudara yang tidak memiliki ahlaq di hadapan jomblo seperti Farah.
--- To be continue ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments