"Duh, pagi Pak maaf saya terlambat!"
"Huuu!"
Sorak sorai para mahasiswa lainnya mengolok kedatangan Meishya yang sudah sangat sering terlambat. Gadis itu masuk dengan terengah dan membuyarkan sesi pembelajaran.
"Haish, Meishya kamu sudah sangat sering terlambat di kelas saya! Setelah ini kamu menghadap ke ruang konseling!"
Meishya terlihat meringis namun dia bisa apa? Segera dia menuju tempat duduknya yang sudah dipersiapkan Farah tepat di sebelahnya.
"Lu live sampe jam berapa bangun sampe siang terus?!" cicit Ceillyn setengah berbisik.
Meishya hanya menjawab dengan memutar bola matanya malas. Dia tengah mengisi energinya setelah berlari kencang dari pelataran kampus menuju kelas mereka yang berada di lantai tiga.
"Ssstt... Ayang!"
Farah mendelik ke arah asal bisikan yang merupakan pria paling berisik di kelasnya. Farah hanya menaikan kedua alisnya sebagai jawaban. Keduanya mengamati dosen mereka yang telah kembali menerangkan mata pelajaran mereka.
"Sore ini hang out bareng kuy, aku teraktir!" Axcel berbisik antusias mengajak Farah.
"Sorry, minggu ini gak bisa!" tolak Farah segera.
"Ih, lu mah gitu ah." Axcel mendengus sebal. "Kita karaoke, nonton film, makan mukbang terserah kamu mau apa ,aku yang belanjain!" Axcel tidak patah semangat dalam menggencarkan serangan mencari perhatian Farah.
"Gue denger oy, pajak pendengaran harus dan wajib diikutsertakan!" Ceillyn menimpali dan ikut menimbung dengan sama ikut berbisik mengancam.
"Gue juga!" sahut Meishya tak mau kalah.
Braaak!
"Aaarrghh!" pekik keempatnya terkejut, penghapus papan tulis melayang ke arah mereka.
Aksi pelemparan penghapus dan keterkejutan dari keempat murid yang berada di barisan belakang menjadi bahan tertawaan seluruh kelas.
"Jika kalian masih terus ribut, silahkan keluar sekarang juga!" pekik sang dosen lantang membuat keempatnya menunduk menyesal. Tapi tidak dengan Axcel yang mencibir meremehkan.
Bruk!
"Aaw, Ayang sakit!" rintih Axcel dibuat manja saat Farah memukul bahunya dengan buku tebal.
"Awas aja ya, kalau sampe kampus telpon Bibi gue, you have some trouble, young man!" Farah merutuk kearah Axcel yang justru di sambut pria sebelahnya dengan suka cita.
"Pria kita ini bucinnya parah kali wak!" cicit Ceillyn di sambut anggukan mengejek Meishya.
"Alah, seluruh kampus mana berani berurusan ama keluarga you, Ay!" Axcel kembali membuat ulah. "Ini akal-akalan dosen mesum itu aja yang caper sama you!"
Tuk!
"Issh, Ayang jahaat~"
"Ich, geli gua dengernyaaa!" pekik Ceillyn disambut Meishya yang sama tengah bergidig.
Axcel mengerling mencium pena yang di lempar oleh Farah kearahnya barusan. "Hih!" Farah menggosok wajah Axcel dengan kertas, kembali membuat keributan.
'Hahaha, Farah Sayang, aku semakin ingin mendapatkanmu.' Walau tengah disiksa oleh Farah, Axcel justru menyukainya.
Dosen Victor berbalik menatap kembali barisan belakang, inginnya dia merutuk. Hanya saja, dosen itu justru menyukai tingkah Farah yang menggemaskan saat ini. 'Bisa-bisanya aku suka sama muridku sendiri.'
Waktu bergulir dengan begitu cepat, seluruh sesi pembelajaran telah Farah selesaikan. Farah telah berada di kediamana besar setelah di jemput oleh pengurus Chen seperti biasanya. Gadis itu terus memekik mencari keberadaan sepupunya.
"Kareeen, I'm coming home!"
"Nona, Nona Muda belum kembali dari luar." Salah satu pelayan menghampiri dan menjelaskan keberadaan sepupunya.
Farah segera menekuk wajahnya sebal, dia buru-buru pulang demi kembali melepas rindu dengan Karen sekarang sirna sudah. Farah merogoh saku celana dan menghubungi seseorang.
"Halo!" Farah menyapa dengan nada sedikit meninggi. "Lu mah gitu, lagi dimana? Katanya janji mau hang out bareng!" Farah segera mencecar sepupunya setelah sambungannya dijawab di seberang sana.
"Sorry Sayangnya aku, aku lagi di Square nih... Buruan gabung!"
"Ish!" Farah merutuk sebal dia ditinggalkan begitu saja. "Tunggu aku bersiap lebih dulu, gak mungkin ke klub pake kaos ama celana!"
"Ok Sayang, be careful!"
Keduanya mematikan sambungan telepon mereka. Farah bergegas menuju kamarnya dan kembali bersiap keluar kediaman.
Farah sudah mengenakan pakaian terbaik, touch up tipis-tipis, tak lama kemudian dia melesat menuju salah satu pub terkenal disana. Farah kembali diantar oleh paman Chen menuju tempat dimana sepupunya berada. Mereka telah sampai di tempat tujuan, gadis itu bergegas masuk dan langsung disambut dengan dentuman keras musik EDM yang mendominasi, semua yang mendengarnya terasa ingin ikut menggoyangkan tubuhnya. Farah menyelidik setiap sudut klub.
Beberapa pasang mata tengah menatapnya penuh gairah, bagaimana tidak? Farah mengenakan mini dres tanpa lengan yang panjangnya sepuluh centi dari atas lututnya. Rambut yang digerai, sedikit bergelombang menutupi sebagian permukaan kulit mulus punggungnya yang putih bak pualam. Tak lupa dia juga mengenakan high heels dan tas mini yang senada dengan pakaiannya.
Farah cepat-cepat mencari keberadaan sepupunya sebelum beberapa pria mendekatinya. Tak berselang lama, lambaian tangan wanita yang ia kenal membuat ia berlari kecil menemuinya. Senyumannya kembali memudar saat Farah menyadari Karen tidak sendiri. Dia tengah berada dengan pria yang tidak ia kenal. Bahkan pria asing itu tengah memeluk pinggang Karen mesra dan erat.
"Siapa?!" terlihat raut wajah Farah tidak suka.
"Selow, Baby!" Karen terkekeh melihat sepupunya dalam mode posesif. "Kenalin ini pacar aku!" Karen merangkul lengan si pria mesra.
Pria yang ditaksir Farah berusia sama dengan Keenan tersenyum kearahnya, kemudian menjulurkan tangan sebagai tanda perkenalan keduanya. "Hai, aku Erick Shin, calon suami Karen!"
Karen tersipu saat mendengar buaya itu menggoda disampingnya. Farah membuka mulut lebar, dia menjabat tangan Erick sejenak. "Farah Lee, adik kesayangan Karennina!"
Farah segera menarik lengan Karen untuk menjauh sejenak dan meminta persetujuan. "How come?"
"Bagaimana, gimana?" Karen menautkan kedua alisnya menggoda. "Ini namanya fase jatuh cinta," bisik Karen menatap prianya lekat.
Farah mencibir dengan bersedekap tangan tidak suka, pantas saja Karen jauh lebih acuh padanya sekarang ini. Ternyata Karen tengah dalam mode jatuh cinta berjuta rasanya!
"Yuks Say, kita berdansa!" Giliran Karen menarik tangan Farah menuju area tengah dance floor dan meliuk-liukkan tubuh mereka.
Erick ikut membaur, pria itu memiliki keberanian memeluk Karen erat dari belakang dengan tangan yang terus menggerayangi tubuh seksi wanitanya.
Farah semakin tidak suka, tidak sepatutnya mereka melakukan hal itu di depan umum. Inginnya dia mengingatkan sepupunya, tapi sepertinya percuma. Orang kalau sedang jatuh cinta, kadang struktur otaknya sedikit mengalami kerusakan.
Di tengah gerakan tubuhnya yang tidak selepas biasanya, Farah mengamati Erick terus mencumbu tubuh Karen dimuka umum. Bahkan pria itu seperti sedang membisikkan sesuatu pada sepupunya.
"Udahan yuk, lu pulang duluan ya? Gue ada urusan!" Karen mendekat merangkul bahu Farah.
"Dia mah gitu!!" rengek Farah sudah mengira. "Gue gak suka ama cowok itu! Kenapa kamu mau di pegang-pegang ama dia sih?!" Farah mengumpat mengingatkan sepupunya.
"Hahaha, tenang aja... Ini bagian dari kedewasaan. Lagian, yang dia bilang calon suami itu bener!"
Farah terbelalak tidak percaya.
"Aku akan menikah dalam waktu dekat dengannya, jadi ya─" Karen meminta pengertian pada sepupunya.
Farah mendengus pasrah, dia memang tidak berhak ikut campur dalam urusan pribadi Karen.
"Aku berharap kamu tidak salah memilih seseorang yang akan jadi pasangan hidupmu." Farah berujar sendu membuat keadaan mereka sedikit kurang nyaman.
"Aku janji, aku sepenuhnya milikmu esok!" Karen mengacak rambut Farah gemas.
Karen segera menyuruh Farah menghubungi kembali paman Chen. Namun, Farah menolak, dia meminta sedikit waktu di dalam klub. Karen sempat beradu mulut dengan Farah, dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada adik kesayangannya.
"Janji hanya sampai jam sepuluh, setelah itu pulang!" Karen menatap tajam Farah.
"Iya, iya, gih sana!" Farah masih begitu kesal, Karen mencium keningnya mesra.
"Jangan ngambek terus, ilang cantiknya!"
Farah tersipu, tak lama Karen pamit beserta Erick. Pria itu tidak menyangka, kekasihnya begitu menyayangi Farah yang hanya seorang adik angkat saja. Bayangan Karen menghilang setelah tubuhnya keluar dari area klub. Farah kembali mendengus kesal, dia juga menghentakan kakinya. Tak ingin berlama-lama dengan kekesalannya, dia segera menuju meja bartender dan memesan cocktail favorit.
"Farah!"
Suara pria yang tak asing di telinganya membuat Farah memutar badan menatap ke arah asal suara.
"Axcel?" Farah berkerut, pasalnya pria di hadapannya jauh lebih maskulin dari tampilan saat di kampus.
Axcel berpenampilan lain tentu saja, dia mengenakan kaos polos dibalut kemeja yang terbuka seluruh kancingnya. Di padukan dengan ripped jeans dan sneakers yang seluruh perpaduan warnanya match dan sangat menggoda terlebih dengan anting salib di cuping kanannya membuat dia semakin terlihat swag dimata Farah. Mendadak tenggorokan Farah haus saat ini juga.
Axcel tidak sendirian, dia bersama rekannya yang berjumlah beberapa pria yang tidak di kenal oleh Farah. Gadis itu kembali mengernyitkan kening, selama ini dia tidak mengetahui bahwa Axcel memiliki teman lain selain dia dan kedua teman lainnya. Axcel segera mendekati Farah dengan sumringah setelah berpamitan pada rekannya.
"Ayang ko sendirian, gak ngajak-ngajak!"
Farah kembali membuka mulutnya membuat Axcel begitu gemas. Bayangan Farah Axcel juga berkata layaknya pria normal kembali sirna saat pria disampingnya justru terdengar seperti banci perempatan.
"Ayang cantik banget sih!" Axcel menarik beberapa helai rambut panjang Farah dan menciumnya.
Farah mendadak merinding disko, Axcel sendiri sungguh telah tergoda luar biasa. Nafasnya terdengar semakin berat dan memburu, kedua netranya tajam menilik setiap inci tubuh Farah. 'Sialan Farah Lee, kamu sungguh pandai menggoda ku! Adik juniorku saja menggeliat siap berdiri tegak melakukan ceremony!'
--- To be continue ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments